5.2. Metode Taguchi
5.2.1. Penentuan Variabel Tak Bebas
Variabel tak bebas yang dijadikan karakteristik kualitas adalah karakteristik atribut yaitu sosis yang reject cooking dan keriput. Karakteristik
yang digunakan yaitu the smaller the better yang berarti bahwa semakin berkurangnya jumlah produk yang cacat maka akan semakin baik kualitasnya.
5.2.2. Identifikasi Faktor-faktor Variabel Bebas
Pada tahap ini dipilih faktor-faktor mana saja yang akan diselidiki pengaruhnya terhadap variabel tak bebas yang bersangkutan. Diagram sebab
akibat digunakan untuk menggambarkan hubungan kecacatan dengan faktor- faktor penyebabnya. Diagram sebab akibat akan mengidentifikasi berbagai
penyebab potensial dari kecacatan yang terjadi. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, mesin, dan metode. Setiap
kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming bersama dengan karyawan lantai produksi. Berikut hasil brainstorming tersebut
dirangkum dan dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu. Hasil diskusi tentang penyebab kecacatan reject cooking adalah:
1. Manusia Ditinjau dari aspek manusia, faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
kecacatan reject cooking yaitu, operator tidak berkonsentrasi sehingga kurang teliti dalam bekerja. Operator seringkali tidak memperhatikan tekanan uap
smoke house yang kadang tidak stabil selama proses pengeringan berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi kesehatan operator yang disebabkan oleh kelelahan dan penyakit yang diderita operator juga dapat mempengaruhi performa operator saat bekerja.
2. Mesin Ditinjau dari segi mesin, kecacatan dapat terjadi karena beberapa hal, seperti
pengaturan mesin yang kurang optimal dimana parameter mesin tidak sesuai dengan kebutuhan, seperti besar tekanan uap, suhu pengeringan, dan suhu
pemasakan. Jika parameter-parameter tersebut kurang optimal dapat menyebabkan produk sosis tidak matang dengan sempurna atau mengalami
casing pecah. 3. Metode
Ditinjau dari segi metode kerja, kecacatan dapat terjadi karena SOP yang tidak dijalankan dengan benar dan kurangnya perawatan mesin.
Diagram sebab akibat kecacatan reject cooking pada sosis dapat dilihat pada Gambar 5.1.
REJECT COOKING
Mesin Manusia
Tekanan Uap Berubah-ubah
SOP Tidak Berjalan Baik
Perawatan Mesin Kurang
Metode
Suhu Drying I Berubah-ubah
Suhu Pemasakan Berubah-ubah
Suhu Drying II Berubah-ubah
Kelalaian Operator
Kurangnya Konsentrasi
Suhu Drying III Berubah-ubah
Gambar 5.1. Diagram Sebab Akibat Kecacatan Reject Cooking pada Sosis
Universitas Sumatera Utara
Hasil diskusi tentang penyebab kecacatan keriput adalah sebagai berikut: 1. Manusia
Ditinjau dari aspek manusia, faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecacatan keriput adalah kelalaian operator dan kurangnya konsentrasi
operator dalam memeriksa meteran air pada stasiun smoke house. 2. Mesin
Ditinjau dari segi mesin, kecacatan keriput dapat terjadi karena proses showering yang kurang optimal sehingga suhu sosis yang semula 80 – 83
o
C belum mencapai suhu yang diharapkan, yaitu 38 – 40
o
C untuk menjalani proses cooling down dengan NH
3
. Jika suhu sosis belum mencapai 38 – 40
o
C dan langsung dimasukkan ke dalam proses cooling down akan menyebabkan
sosis mengkerut atau keriput. Ditinjau dari segi mesin, proses showering yang kurang optimal dapat disesabkan oleh cycle siklus penyemprotan air yang
kurang optimal. 3. Metode
Ditinjau dari segi metode kerja, kecacatan dapat terjadi karena SOP yang tidak dijalankan dengan benar dan kurangnya perawatan mesin.
Diagram sebab akibat kecacatan keriput pada sosis dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Universitas Sumatera Utara
KERIPUT Mesin
Manusia
SOP Tidak Berjalan Baik
Perawatan Mesin Kurang
Metode
Siklus Penyemprotan Air Tidak Stabil
Kelalaian Operator
Kurangnya Konsentrasi
Gambar 5.2. Diagram Sebab Akibat Kecacatan Keriput pada Sosis
Diagram sebab akibat menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas sosis adalah kemampuan operator, parameter mesin, material yang diolah,
dan metode kerja. Faktor-faktor yang diidentifikasi tersebut masih tercampur tercampur antar faktor kontrol dan faktor gangguan, maka dilakukan klasifikasi
faktor kontrol dan faktor gangguan. Faktor kontrol adalah faktor yang nilainya dapat diatur. Faktor noise gangguan adalah faktor yang tidak dapat dikontrol
atau memerlukan uasaha dan biaya yang besar untuk dikendalikan. Faktor noise meliputi kelalaian dan kurangnya konsentrasi operator serta pelaksanaan SOP
yang kurang berjalan baik. Faktor kontrol meliputi:
1. Suhu Pemasakan
2. Tekanan Uap
3. Suhu pada Drying I
Universitas Sumatera Utara
4. Suhu pada Drying II
5. Suhu pada Drying III
6. Siklus Penyempotan Air
5.2.3. Penentuan Jumlah Level