Ruang Lingkup Bidang Usaha Latar Belakang

dengan pendistribusiannya dilakukan oleh sumber daya manusia yang baik dan didukung oleh mesin-mesin modern yang berteknologi tinggi. PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division mengeluarkan kebijakan mutu yang merupakan kebijakan perusahaan yaitu: Senantiasa menghasilkan produk yang bermutu tinggi, halal dan aman untuk dikonsumsi dalam rangka pencapaian visi misi perusahaan sehingga dapat memberikan jaminan kepuasan kepada pelanggan. Menggalang kerjasama, partisipasi aktif dan positif semua karyawan dalam mengembangkan dan meningkatkan mutu kerja secara terus- menerus.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Ruang lingkup bidang usaha pada PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division meliputi : 1. PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division merupakan industri manufaktur yang memproduksi makanan olahan daging ayam yaitu sausage dan further. 2. Bahan baku utama adalah ayam yang sudah beku yang berasal dari PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division dari Cikande dan Salatiga.

2.3. Organisasi dan Manajemen

2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division menggunakan struktur organisasi staf dan lini, yaitu suatu bentuk struktur Universitas Sumatera Utara organisasi dimana wewenang mengalir dari pimpinan kepada bawahannya dan dari bawahan ini kepada bawahannya lagi yaitu dimana perusahaan dipimpin oleh Plant Head. Bentuk atau hubungan garis ditunjukkan dengan adanya spesialisasi atau pembagian tugas setiap unit organisasi departemen sehingga pelimpahan wewenang dari pimpinan dalam bidang pekerjaan tertentu dapat langsung dilimpahkan kepada departeman yang menangani pekerjaan tersebut. Yang termasuk dalam garis hubungan lini adalah Plant Head dengan Plant Manager. Sedangkan bentuk fungsional merupakan hubungan kinerja yang diatur berdasarkan pengelompokkan aktivitas dan tugas yang sama untuk membentuk unit-unit kerja. Hubungan fungsional dijumpai pada hubungan Further Manager, Sausage Manager, Cut Up Manager, Warehouse Manager, Engineering Manager, PPIC Manager, Purchasing Manager, Finance Accounting Manager, dan Personal General Affair Manager. Berikut ini merupakan struktur organisasi PT Charoen Pokphand Indonesia Food Division. Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Struktur organisasi merupakan pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut saling diintegrasikan koordinasi. Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari pada suatu organisasi dibutuhkan personil-personil untuk menduduki jabatan tertentu yang mampu menjalankan tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang dibebankan sesuai dengan jabatan tersebut. Uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan pada PT Charoen Pokphand Indonesia Food Division adalah sebagai berikut: 1. Kepala Unit Plant Head Head of Unit adalah merupakan pimpinan puncak dari PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division yang bertugas untuk : a. Memimpin, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas para manager bagian. b. Merencanakan dan menerapkan kebijaksanaan mengenai perbaikan dan perkembangan umum perusahaan. c. Bertanggungjawab kepada presiden direktur pimpinan perusahaan induk atas jalannya perusahaan. 2. Plant Manager a. Merencanakan dan mengatur jadwal produksi untukk semua jenis produk agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan persediaan di gudang. b. Mengatur pengalokasian sumber daya produksi seperti jam kerja mesin, jam kerja operator, pengiriman bahan baku yang berhubungan dengan proses produksi. Universitas Sumatera Utara c. Melakukan pengawasan dan pengendalian produksi agar hasil produksi sesuai dengan spesifikasi dan standart mutu yang telah ditetapkan. d. Merencanakan perawatan mesin-mesin agar dapat beroperasi lancar. e. Membuat laporan produksi secara berkala mengenai pemakaian bahan. f. Bertanggungjawab terhadap kelancaran proses produksi mulai dari penerimaan bahan baku sampai proses produksi hingga produk akhir. 3. Further Manager a. Bertanggungjawab kepada plant manager atas pelaksanaan kegiatan produksi further. b. Merencanakan dan mengatur produksi further perusahan agar sesuai dengan spesifikasi dan standard mutu yang telah ditentukan. c. Mengawasi dan mengkoordinir pengelolaan persediaan bahan baku, bahan penolong dan bahan-bahan lainnya dalam produksi further. d. Mengawasi jalannya produksi further sesuai dengan program produksi yang telah ditetapkan. e. Membuat laporan produksi further secara periodik mengenai pemakaian bahan dan jumlah produksi. f. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi further untuk mengetahui kekurangan dan penyimpangan sehingga dapat dilakukan perbaikan. 4. Sausage Manager a. Bertanggungjawab kepada plant manager atas pelaksanaan kegiatan produksi sausage. Universitas Sumatera Utara b. Merencanakan dan mengatur produksi sausage perusahan agar sesuai dengan spesifikasi dan standard mutu yang telah ditentukan. c. Mengawasi dan mengkoordinir pengelolaan persediaan bahan baku, bahan penolong dan bahan-bahan lainnya dalam produksi sausage. d. Mengawasi jalannya produksi sausage sesuai dengan program produksi yang telah ditetapkan. e. Membuat laporan produksi sausage secara periodik mengenai pemakaian bahan dan jumlah produksi. f. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi sausage untuk mengetahui kekurangan yang terjadi sehingga dapat dilakukan perbaikan. 5. Cut Up Manager a. Bertanggungjawab kepada plant manager atas pelaksanaan cut up. b. Merencanakan dan mengatur proses cut up perusahan agar sesuai dengan spesifikasi dan standard mutu yang telah ditentukan. c. Mengawasi dan mengkoordinir pengelolaan persediaan bahan baku, bahan penolong dan bahan-bahan lainnya dalam proses cut up. d. Mengawasi jalannya proses cut up sesuai dengan program produksi yang telah ditetapkan. e. Membuat laporan proses cut up secara periodik mengenai pemakaian bahan dan jumlah produksi. f. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan proses cut up untuk mengetahui kekurangan dan penyimpangan sehingga dapat dilakukan perbaikan. 6. Warehouse Manager Universitas Sumatera Utara a. Bertanggung jawab atas pengaturan persediaan bahan baku, produk jadi dan bahan penolong di gudang. b. Membuat laporan penerimaan persediaan dan pengeluaran bahan baku. c. Mengkoordinir dan mengawasi pengelolaan persediaan bahan baku di gudang. d. Bertanggung jawab atas sarana dan prasarana pendukung di gudang. 7. Engineering Manager a. Membuat jadwal pemeliharaan dan perbaikan terhadap mesin-mesin yang ada dalam pabrik. b. Mengeluarkan perintah kerja kepada maintenance section head untuk melakukan perbaikan pada mesin-mesin berdasarkan jadwal permintaan perbaikan dari masing-masing operator. c. Melatih dan mengawasi keterampilan karyawan yang bekerja di bagian maintenance agar mahir dan dapat bekerja dengan baik. d. Menentukan prioritas kerja dan progressing perbaikan mesin. e. Bertanggung jawab kepada plant manager atas kondisi mesin-mesin dan peralatan produksi. 8. PPIC Manager a. Membuat daftar rencana produksi pembuatan sausage dan further. b. Melakukan koordinasi dengan pihak marketing dalam pembuatan sales forecast. c. Melakukan koordinasi dengan pihak warehouse raw material tentang jumlah bahan baku di gudang. Universitas Sumatera Utara 9. Manager Pembelian Purchase Manager a. Membantu plant manager dalam melaksanakan serta mengkoordinir seluruh pengolahan yang berhubungan dengan pembelian, penyimpanan dan pendistribusian bahan-bahan yang digunakan perusahaan. b. Merencanakan sistem pengadaan dan persediaan bahan. c. Mempersiapkan permintaan kebutuhan akan barang dan menentukan standard harga bahan. 10. Manager Akuntansi dan Keuangan Finance and Accounting Manager a. Merencanakan dan mengawasi perencanaan kegiatan akuntansi dari keuangan perusahaan. b. Membantu head of unit dalam melaksanakan anggaran perusahaan. c. Memberikan laporan keuangan kepada pihak pemerintah untuk menetapkan besarnya pajak yang harus dibayar perusahaan. d. Bertanggung jawab atas penentuan biaya perusahaan seperti biaya produksi dan biaya administrasi. 11. Manager Personalia Personalia and General Affair Manager a. Merencanakan perekrutan karyawan sesuai dengan kebutuhan masingmasing departemen. b. Mengatur kegiatan yang berhubungan dengan karyawan dan menciptakan suasana kerja yang nyaman dan berdisiplin. c. Menampung dan mencari keluhan karyawan. d. Mengatur dan merencanakan training untuk peningkatan ketrampilan karyawan. Universitas Sumatera Utara e. Bertanggungjawab terhadap disiplin kerja karyawan. 12. Further Supervisor a. Mengawasi jalannya produksi sesuai dengan program produksi further yang telah ditetapkan. b. Membuat laporan produksi further secara periodik mengenai pemakaian bahan dan jumlah produksi. c. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi further untuk mengetahui kekurangan dan penyimpangan sehingga dapat dilakukan perbaikan. 13. Sausage Supervisor a. Mengawasi jalannya produksi sesuai dengan program produksi sausage yang telah ditetapkan. b. Membuat laporan produksi sausage secara periodik mengenai pemakaian bahan dan jumlah produksi. c. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi sausage untuk mengetahui kekurangan dan penyimpangan sehingga dapat dilakukan perbaikan. 14. Cut Up Supervisor a. Mengawasi jalannya produksi sesuai dengan program proses cut up yang telah ditetapkan. b. Membuat laporan proses cut up secara periodik mengenai pemakaian bahan dan jumlah proses. Universitas Sumatera Utara c. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan proses cut up untuk mengetahui kekurangan dan penyimpangan sehingga dapat dilakukan perbaikan. 13. Warehouse Supervisor a. Membuat laporan penerimaan persediaan dan pengeluaran bahan baku di gudang. b. Mengkoordinir dan mengawasi pengelolaan persediaan bahan baku di gudang. c. Bertanggung jawab atas sarana dan prasarana pendukung di gudang. 14. Engineering supervisor a. Mengeluarkan perintah kerja kepada engineering foreman untuk melakukan perbaikan pada mesin-mesin berdasarkan jadwal permintaan perbaikan dari masing-masing operator. b. Melatih dan mengawasi keterampilan karyawan yang bekerja di bagian maintenance agar mahir dan dapat bekerja dengan baik. c. Menentukan prioritas kerja dan progressing perbaikan mesin. 15. PPIC Supervisor a. Mengontrol stok produksi pada raw material. b. Mengontrol stok produksi pada finish goods. 16. Purchasing Supervisor a. Membantu purchasing manager dalam melaksanakan serta mengkoordinir seluruh pengolahan yang berhubungan dengan pembelian, penyimpanan dan pendistribusian bahan-bahan yang digunakan perusahaan. Universitas Sumatera Utara b. Membantu purchasing manager melaksanakan perencanaan sistem pengadaan dan persediaan bahan. 17. Finance Accounting Supervisor a. Melaksanakan perhitungan akuntansi terhadap pembelian bahan baku dan asset perusahaan. b. Melaksanakan pembayaran transfer dana terhadap pembelian bahan baku dan asset perusahaan. c. Melaksanakan penerimaan pembayaran atas penjualan pakan dan juga hasil sampingan produksi. d. Melaksanakan perhitungan dan pembayaran upah dan lembar kerja karyawan. 18. Personalia and General Affair Supervisor a. Melaksanakan perekrutan karyawan sesuai dengan kebutuhan masing- masing departemen. b. Mengawasi kegiatan yang berhubungan dengan karyawan dan menciptakan suasana kerja yang nyaman dan berdisiplin. c. Mengawasi pelaksanaan training untuk peningkatan ketrampilan karyawan. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mutu adalah suatu ukuran seberapa jauh suatu produk mampu memenuhi harapan dan memuaskan keinginan pelanggan. Mutu merupakan salah satu kriteria penting yang menjadi pertimbangan pelanggan dalam memilih produk. Dengan demikian mutu sangat perlu diperhatikan dan ditingkatkan pada sebuah industri manufaktur agar dapat bertahan dalam dunia bisnis yang kompetitif. Perusahaan yang menghasilkan produk yang lebih bermutu memiliki peluang yang lebih besar untuk memenangkan persaingan sekaligus keuntungan yang maksimal. PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division, Medan merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan daging ayam. Perusahaan ini memproduksi dua jenis produk berdasarkan proses produksinya, yaitu produk naget dan sosis. Produk naget dan sosis merupakan produk makanan untuk manusis. Sosis merupakan produk yang memiliki tingkat kecacatan yang lebih tinggi daripada naget sehingga dijadikan fokus penelitian untuk menyelesaikan masalah mutu. Produk sosis yang dihasilkan melebihi toleransi kecacatan yang ditetapkan perusahaan. Produk dikatakan cacat apabila atribut-atribut dari produk sosis tersebut tidak sesuai dengan standar perusahaan, misalnya produk sosis yang keriput dan reject cooking. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara yang dilakukan dengan bagian produksi, cacat dapat disebabkan parameter proses yang tidak tepat seperti suhu pengeringan, suhu pemasakan, tekanan uap, siklus penyemprotan air serta operator yang tidak melaksanakan prosedur dengan baik. Menghasilkan produk cacat menyebabkan kerugiaan bagi perusahaan. Produk cacat menyebabkan bahan baku dan energi yang digunakan dalam proses pembuatan tidak dihargai sebagaimana mestinya. Sosis yang mengalami reject cooking dan keriput tidak dapat dikirimkan kepada konsumen. Data kecacatan produk sosis di PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division, Medan pada bulan Oktober 2014 – Maret 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.1. berikut. Tabel 1.1. Jumlah Kecacatan Sosis pada Bulan Oktober 2014 – Maret 2015 Bulan Jumlah Produksi Kg Jenis Kecacatan Total Cacat Kg Reject Cooking Kg Keriput Kg Oktober 202600,725 7956,13 2376,51 10332,64 5,1 Nopember 220132,53 5932,57 1772,07 7704,64 3,5 Desember 227153,63 9238,34 1892,19 11130,53 4,9 Januari 225902,56 9819,98 4411,88 14231,86 6,3 Februari 210761,62 4645,19 1466,90 6112,09 2,9 Maret 231293,57 7459,22 2486,41 9945,62 4,3 Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kecacatan produk sosis mencapai 4,5 sedangkan toleransi kecacatan yang ditetapkan perusahaan adalah sebesar 2,5. Berarti kecacatan yang terjadi tersebut melebihi toleransi yang diperbolehkan. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa jumlah kecacatan reject cooking lebih sering terjadi daripada keriput. Universitas Sumatera Utara Produk sosis yang cacat akan diolah kembali mulai dari awal bersama bahan baku segar dengan komposisi maksimal produk cacat sebesar 2,5. Kecacatan tersebut menyebabkan kerugian baik waktu maupun biaya untuk memproduksi kembali produk yang cacat tersebut dan dapat mengurangi mutu dari rasa produk sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang menyebabkan hasil produk tidak sesuai dengan standar spesifikasi perusahaan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan solusi dari permasalahan ini adalah dengan menerapkan metode Taguchi dan Failure Mode and Effects Analysis FMEA. Penyebab kecacatan pada sosis dapat diketahui dengan melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi mutu sosis selama proses produksi sosis. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi mutu sosis dilakukan dengan menggunakan metode Diagram Sebab-Akibat yang akan menghasilkan faktor-faktor variabel bebas yang dianggap penting untuk diselidiki. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu sosis yang terjadi selama proses produksi sosis tidak bekerja secara terpisah melainkan saling berinteraksi sehingga sosis dapat terbentuk dengan baik. Untuk mengetahui seberapa besar interaksi tersebut terjadi dan bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi mutu sosis digunakan metode Taguchi untuk melihat interaksi antar faktor dan menentukan kombinasi faktor dan level faktor agar terjadi penurunan jumlah sosis yang cacat. Universitas Sumatera Utara Failure Mode and Effect Analysis FMEA digunakan untuk mengidentifikasi kegagalan potensial pada faktor-faktor dan menganalisis efeknya serta memprioritaskan tindakan perbaikan yang dapat mengeleminasi kegagalan. Penelitian terdahulu yang berjudul Optimization of EDM Parameters Using Taguchi Method and Grey Relational Analysis for Mild Steel IS 2026 oleh Raghuraman, dkk 2013 menunjukkan bahwa metode Taguchi digunakan untuk menghasilkan produk yang bermutu dengan biaya terendah. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaturan parameter proses yang optimal pada Electrical Discharge Machining EDM untuk mengidentifikasi variasi yang terdapat pada karakteristik performa, seperti tingkat pengikisan material, tingkat penggunaan alat, dan nilai kekasaran permukaan pada benda kerja untuk permesinan Mild Steel IS 2026 mengunakan elektroda tembaga. Eksperimen yang dilakukan dengan orthogonal array L 9 dan analisis dengan Grey Relational didapatkan level yang optimal untuk parameter pada proses EDM. Penelitian tentang aplikasi perbaikan mutu menggunakan FMEA telah dilakukan sebelumnya oleh Lily Octavia 2010 dengan judul Aplikasi Metode Failure Mode And Effects Analysis FMEA Untuk pengendalian mutu pada Proses Heat Treatment PT. Mitsuba Indonesia. PT. Mitsuba Indonesia merupakan pabrikan komponen kelistrikan pada sepeda motor, salah satu permasalahan yang ada pada perusahaan ini adalah pada produk rotor boss. Kegagalan produk yang sering muncul adalah kondisi under hardness dan over hardness, persentase part gagal pada 2009 menjadi 0.73 dari total produksi tahunan. FMEA merupakan metode yang menjadi pilihan untuk mengurangi kegagalan produk tersebut Universitas Sumatera Utara dengan menitik beratkan pada penanggulangan faktor-faktor yang memiliki potensi menyebabkan kegagalan produk.

1.2. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Penggunaan Fuzzy Failure Mode and Effect Analysis (Fuzzy FMEA) Dalam Mengidentifikasi Resiko Kegagalan Pada Proses Produksi di PT. Mahogany Lestari

28 123 220

Penerapan Metode Taguchi Analysis dan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam Perbaikan Kualitas Crumb Rubber Sir 20 di PT Asahan Crumb Rubber

3 74 112

Analisis Pengendalian MutuKernel dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Taguchi di PT. Socfin Indonesia Kebun Matapao

1 8 170

Analisis Pengendalian MutuKernel dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Taguchi di PT. Socfin Indonesia Kebun Matapao

0 0 18

Analisis Pengendalian MutuKernel dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Taguchi di PT. Socfin Indonesia Kebun Matapao

0 0 1

Analisis Pengendalian MutuKernel dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Taguchi di PT. Socfin Indonesia Kebun Matapao

0 0 8

Analisis Pengendalian MutuKernel dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Taguchi di PT. Socfin Indonesia Kebun Matapao

0 0 16

Analisis Pengendalian MutuKernel dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Taguchi di PT. Socfin Indonesia Kebun Matapao

0 0 1

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Perbaikan Mutu dengan Metode Taguchi dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) di PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division, Medan

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN - Perbaikan Mutu dengan Metode Taguchi dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) di PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division, Medan

0 0 8