4. Pertukaran informasi atau komunikasi yang tidak cukup inadequate communication;
5. Kesalingtergantungan dalam pekerjaan misalnya, seseorang tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya tanpa bantuan orang lain;
6. Kompleksitas organisasi konflik cenderung meningkat bersamaan dengan semakin meningkatnya susunan hierarki dan spesialisasi pekerjaan;
7. Peraturan-peraturan, standar kerja, atau kebijakan yang tidak jelas atau tidak masuk akal;
8. Batas waktu penyelesaian pekerjaan yang tidak masuk akal sehingga sulit dipenuhi unreasonable deadlines;
9. Pengambilan keputusan secara kolektif semakin banyak orang yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan, semakin potensial untuk konflik;
10. Pengambilan keputusan melalui konsensus; 11. Harapan-harapan yang tidak terpenuhi karyawan yang memiliki harapan yang
tidak realistik terhadap pekerjaan, upah, atau promosi, akan lebih mudah untuk konflik;
12. Tidak menyelesaikan atau menyembunyikan konflik.
2.2.4 Strategi Mengatasi Konflik
Pengertian manajemen adalah sebuah tindakan yang berhubungan dengan usaha tertentu dan penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencaSpiritual
tujuan sedangkan pengertian konflik adalah segala macam interaksi pertentangan antara dua pihak atau lebih. Konflik dapat timbul pada berbagai situasi sosial, baik
Universitas Sumatera Utara
terjadi dalam diri individu, antar individu, kelompok, organisasi, maupun negara. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen konflik adalah cara
yang digunakan individu untuk menghadapi pertentangan atau perselisihan antara dirinya dengan orang lain yang terjadi di dalam kehidupan.
Manajemen konflik menurut Murni dan Veithzal 2009:346 adalah “Pemecahan masalah dibawah tekanan dan lingkungan emosional”. Adanya batasan
dalam resolusi konflik memungkinkan pemimpin pendidikan memberikan penekanan pada periode singkat dimana terdapat sistem Pendidikan diluarnya.
Manajemen konflik merupakan cara-cara yang dapat dilakukan individu maupun kelompok dalam menyelesaikan konflik, di bawah ini akan dijabarkan
langkah-langkah yang dapat digunakan untuk mengatasi konflik baik antara individu, kelompok, maupun individu-kelompok menurut para ahli.
Menurut Stevenin 2000:134-135, terdapat lima langkah meraih kedamaian dalam konflik. Apa pun sumber masalahnya, lima langkah berikut ini bersifat
mendasar dalam mengatasi kesulitan: 1. Pengenalan.
Kesenjangan antara keadaan yang ada diidentifikasi dan bagaimana keadaan yang seharusnya. Satu-satunya yang menjadi perangkap adalah kesalahan dalam
mendeteksi tidak mempedulikan masalah atau menganggap ada masalah padahal sebenarnya tidak ada.
Universitas Sumatera Utara
2. Diagnosis. Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah diuji mengenai
siapa, apa, mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah utama dan bukan pada hal-hal sepele.
3. Menyepakati suatu solusi Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan dari orang-
orang yang terlibat di dalamnya. Saringlah penyelesaian yang tidak dapat diterapkan atau tidak praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan dengan cara yang
tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik. 4. Pelaksanaan
Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Hati-hati, jangan biarkan pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan arah kelompok.
5. Evaluasi Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah baru. Jika
penyelesaiannya tampak tidak berhasil, kembalilah ke langkah-langkah sebelumnya dan cobalah lagi.
Stevenin 2003:139-141 juga memaparkan bahwa ketika mengalami konflik, ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan di tengah-tengah konflik, yaitu:
1. Jangan hanyut dalam perebutan kekuasaan dengan orang lain. Ada pepatah dalam masyarakat yang tidak dapat dipungkiri, bunyinya: bila wewenang bertambah
maka kekuasaan pun berkurang, demikian pula sebaiknya.
Universitas Sumatera Utara
2. Jangan terlalu terpisah dari konflik. Dinamika dan hasil konflik dapat ditangani secara paling baik dari dalam, tanpa melibatkan pihak ketiga.
3. Jangan biarkan visi dibangun oleh konflik yang ada. Jagalah cara pandang dengan berkonsentrasi pada masalah-masalah penting. Masalah yang paling
mendesak belum tentu merupakan kesempatan yang terbesar. Manajemen konflik dimaksudkan sebagai sebuah proses terpadu menyeluruh
untuk menetapkan tujuan organisasi dalam penanganan konflik, menetapkan cara- cara mencegahnya program-program dan tindakan sebagai tersebut maka dapat
ditekankan tiga hal: 1. Manajemen konflik sangat terkait dengan visi, strategi dan sistem nilaikultur
organisasi manajemen konflik yang diterapkan akan terkait erat dengan ketiga hal tersebut.
2. Manajemen konflik bersifat proaktif dan menekankan pada usaha pencegahan. Bila fokus perhatian hanya ditujukan pada pencarian solusi-solusi untuk setiap
konflik yang muncul, maka usaha itu adalah usaha penanganan konflik, bukan manajemen konflik.
3. Sistem manajemen konflik harus bersifat menyeluruh corporate wide dan meingat semua jajaran dalam organisasi.
2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Konflik