59
R-C-N O
CH
2
-CH
2
-OH
CH
2
-CH
2
-OH
OH OH
n OH
O O
R-C-N O
CH
2
-CH
2
-OH
CH
2
-CH
2
-OH
OH OH
n OH
O O
a b
c Gambar 4.7 Struktur kimia senyawa : a Alkanolamida; b Selulosa
Mikrokristal; c Interaksi Antara Alkanolamida Dengan Selulosa Mikrokristal
4.4 PENGARUH LEACHING PADA FILM LATEKS KARET ALAM
BERPENGISI SELULOSA MIKROKRISTAL DARI AMPAS TEBU DENGAN PENYERASI ALKANOLAMIDA TERHADAP SIFAT-
SIFAT MEKANIK PRODUK LATEKS KARET ALAM
Berikut ini merupakan pembahasan mengenai pengaruh perlakuan leaching pada film lateks karet berpengisi selulosa mikrokristal dari ampas tebu dengan
penyerasi alkanolamida terhadap sifat-sifat mekanik produk lateks karet alam diantaranya adalah sebagai berikut.
4.4.1 PENGARUH PENAMBAHAN ALKANOLAMIDA PADA SIFAT MEKANIK
PRODUK LATEKS
KARET ALAM
SETELAH PERLAKUAN LEACHING
Berikut ini menunjukkan pengaruh pengaruh penambahan alkanolamida pada
perlakuan leaching dengan menggunakan larutan pencuci air dan amonia 1 pada film lateks karet alam terhadap sifat mekanik produk kateks karet alam.
Alkanolamida Selulosa Mikrokristal
Alkanolamida Selulosa Mikrokristal
Universitas Sumatera Utara
60
4.4.1.1 PENGARUH PENAMBAHAN ALKANOLAMIDA TERHADAP KEKUATAN TARIK TENSILE STRENGTH FILM LATEKS
KARET ALAM SETELAH LEACHING
Gambar dibawah ini menunjukkan pengaruh penambahan alkanolamida pada pengisi selulosa mikrokristal dari ampas tebu terhadap kekuatan tarik tensile
strenght produk lateks karet alam setelah leaching.
a
b Gambar 4.8 Pengaruh Penambahan Alkanolamida Terhadap Kekuatan Tarik Tensile
Strenght Pada Produk Lateks Karet Alam Setelah Leaching a Tanpa Penambahan Alkanolamida b Dengan Penambahan Alkanolamida
Pada gambar 4.8 menunjukkan kekuatan tarik dari film lateks karet alam berpengisi selulosa mikrokristal meningkat dengan adanya penambahan penyerasi
alkanolamida. Adanya penambahan alkanolamida ke dalam kompon karet berpengisi selulosa mikrokristal, maka interaksi antara selulosa mikrokristal dengan karet alam
5 10
15 20
25
5 10
15
K ek
u atan
T ar
ik M
P a
Pembebanan Pengisi phr
Tanpa Perlakuan Air
Amonia 0 Alkanolamida
5 10
15 20
25
5 10
15
K ek
u atan
T ar
ik M
P a
Pembebanan Pengisi phr
Tanpa Perlakuan Air
Amonia 2,5 Alkanolamida
Universitas Sumatera Utara
61 menjadi lebih kuat, dengan asumsi rantai karbon panjang yang non polar akan
berinteraksi dengan molekul karet alam yang non polar, sedangkan gugus amida yang polar akan berinteraksi dengan selulosa mikrokristal yang juga polar, sehingga
akan terbentuk ikataninteraksi karet alam —Alkanolamida—selulosa mikrokristal.
Kekuatan tarik film lateks karet alam sebelum dan setelah adanya perlakuan leaching yang memakai penyerasi alkanolamida lebih baik dibandingkan tidak
memakai penyerasi alkanolamida, hal ini dikarenakan kemampuan alkanolamida dalam memodifikasi selulosa mikrokristal sehingga memiliki interaksi yang baik
dengan lateks karet alam. Namun terlihat pada gambar, adanya perlakuan leaching menyebabkan kekuatan tarik menurun baik yang menggunakan penyerasi
alkanolamida maupun tidak menggunakan penyerasi alkanolamida.
4.4.1.2 PENGARUH PENAMBAHAN ALKANOLAMIDA TERHADAP PEMANJANGAN SAAT PUTUS ELONGATION AT BREAK FILM
LATEKS KARET ALAM SETELAH LEACHING
Gambar dibawah ini menunjukkan pengaruh penambahan alkanolamida pada pengisi selulosa mikrokristal dari ampas tebu terhadap pemanjangan saat putus
elongation at break film lateks karet alam setelah leaching.
a 250
500 750
1000 1250
1500
5 10
15
P em
an jan
gan S
aat P
u tu
s
Pembebanan Pengisi phr
Tanpa Perlakuan Air
Amonia 0 Alkanolamida
Universitas Sumatera Utara
62 b
Gambar 4.9 Pengaruh Penambahan Alkanolamida Terhadap Pemanjangan Saat Putus Elongation At Break Pada Produk Lateks Karet Alam Setelah Leaching a Tanpa
Penambahan Alkanolamida b Dengan Penambahan Alkanolamida Dari gambar 4.9, pemanjangan saat putus dari film lateks karet alam sebelum
dan setelah perlakuan leaching yang berpengisi selulosa mikrokristal meningkat walaupun tidak begitu signifikan dengan adanya penambahan alkanolamida.
Sehingga dapat dikatakan penambahan alkanolamida kedalam lateks karet alam berpengisi selulosa mikrokristal dapat meningkatkan ekstensibilitas film lateks karet
alam. Efek dari bahan penyerasi alkanolamida sama seperti bahan pemlastik minyak yang dapat meningkatkan pemanjangan saat putus. Adanya alkanolamida
mempunyai pengaruh
sebagaimana meningkatnya
pemlastik yang
akan meningkatkan
kemampuan deformasi
dengan meningkatnya
kemampuan pemanjangan saat putus. Moneypenny et al, mengatakan bahwa bahan pemlastis
plasticizer dapat berfungsi untuk meningkatkan sifat-sifat mekanik seperti kekuatan hardness dan fleksibilitas flexibility dari produk vulkanisat karet.
Pada gambar diatas memperlihatkan pemanjangan saat putus pada film lateks karet alam. Sampel kontrol merupakan sampel lateks karet alam tanpa perlakuan
leaching. Dimana adanya perlakuan leaching menggunakan amonia 1 pemanjangan putusnya lebih tinggi dibandingkan dengan air untuk 0 alkanolamida
dan 2,5 alkanolamida. Hal ini dikarenakan larutan amonia 1 dapat mengekstrak bahan bukan karet dan protein penyebab alergi. Sehingga diameter partikel rata-rata
lebih kecil yang menyebabkan film menjadi lebih tipis dan lentur, maka akan meningkatkan perpanjangan saat putusnya. Pada film lateks karet alam tanpa adanya
250 500
750 1000
1250 1500
5 10
15
P em
an jan
gan S
aat P
u tu
s
Pembebanan Pengisi phr
Tanpa Perlakuan Air
Amonia 2,5 Alkanolamida
Universitas Sumatera Utara
63 perlakuan perpanjangan putusnya paling rendah dibandingkan memakai perlakuan
leaching. Hal ini disebabkan gaya adhesi antara partikel tinggi, sehingga dapat meningkatkan kerapatan sambung silang dan film menjadi lebih kaku, maka
perpanjangan putusnya dapat menurun.
4.4.1.3 PENGARUH PENAMBAHAN ALKANOLAMIDA TERHADAP MODULUS TARIK TENSILE MODULUS FILM LATEKS KARET
ALAM SETELAH LEACHING
Gambar dibawah ini menunjukkan pengaruh penambahan alkanolamida pada pengisi selulosa mikrokristal dari ampas tebu terhadap modulus tarik tensile
modulus film lateks karet alam setelah leaching.
a
b 0.0
0.2 0.4
0.6 0.8
1.0
5 10
15
M
100
M P
a
Pembebanan Pengisi phr
Tanpa Perlakuan Air
Amonia 0 Alkanolamida
0.0 0.2
0.4 0.6
0.8 1.0
5 10
15
M
100
M P
a
Pembebanan Pengisi phr
Tanpa Perlakuan Air
Amonia 2,5 Alkanolamida
Universitas Sumatera Utara
64 c
d Gambar 4.10 Pengaruh Penambahan Alkanolamida Terhadap Modulus Tarik Tensile
Modulus Pada Produk Lateks Karet Alam Setelah Leaching a M
100
Tanpa Penambahan Alkanolamida b M
100
Dengan Penambahan Alkanolamida c M
300
Tanpa Penambahan Alkanolamida d M
300
Dengan Penambahan Alkanolamida Gambar 4.10 diatas terlihat bahwa penambahan alkanolamida kedalam
kompon karet alam berpengisi selulosa mikrokristal menghasilkan tensile modulus M
100
dan M
300
yang lebih tinggi dibandingkan tidak memakai penambahan alkanolamida. Peningkatan nilai modulus tarik ini menyebabkan film menjadi lebih
kaku. Efek kekakuan ini disebabkan oleh peningkatan kerapatan sambung silang, melalui peningkatan interaksi baik pengisi selulosa mikrokristal maupun
alkanolamida dengan molekul karet alam, sehingga menyebabkan rantai-rantai molekul karet alam susah untuk bergerak. Hal ini dapat disebabkan oleh interaksi
antara pengisi dengan karet, yang menyebabkan segmen dari molekul karet tidak 0.0
0.5 1.0
1.5 2.0
2.5 3.0
3.5 4.0
5 10
15
M
300
M P
a
Pembebanan Pengisi phr
Tanpa Perlakuan Air
Amonia 0 Alkanolamida
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0 2.5
3.0 3.5
4.0
5 10
15
M
300
M P
a
Pembebanan Pengisi phr
Tanpa Perlakuan Air
Amonia 2,5 Alkanolamida
Universitas Sumatera Utara
65 dapat bergerak secara bebas pada permukaan pengisi. Namun dengan adanya
perlakuan leaching pada film lateks karet alam menyebabkan timbulnya gaya adhesi yang menurunkan ikatan antara pengisi dengan alkanolamida. Hal ini akan
berpengaruh kepada modulus tarik dari film lateks karet alam dimana pada data terlihat adanya perubahan modulus tarik setelah perlakuan leaching yaitu menurun.
4.4.2 PENGARUH PERLAKUAN LEACHING PADA SUHU DAN WAKTU VULKANISASI YANG BERBEDA TERHADAP SIFAT MEKANIK
FILM LATEKS KARET ALAM
Berikut ini menunjukkan pengaruh perlakuan leaching dengan menggunakan
larutan pencuci air dan amonia 1 pada film lateks karet alam terhadap sifat mekanik produk kateks karet alam.
4.4.2.1 PENGARUH PERLAKUAN LEACHING PADA SUHU DAN WAKTU VULKANISASI YANG BERBEDA TERHADAP KEKUATAN TARIK
TENSILE STRENGHT
Gambar dibawah ini menunjukkan pengaruh perlakuan leaching pada suhu dan waktu vulkanisasi yang berbeda terhadap kekuatan tarik tensile strenght film
lateks karet alam.
a 20
40 60
80 100
120
5 10
15
K ek
u atan
T ar
ik M
P a
Pembebanan Pengisi phr
Amonia, T = 150 C Amonia, T = 100 C
Air, T = 150 C Air, T = 100 C
Tanpa Perlakuan, T = 150 C Tanpa Perlakuan, T = 100 C
t = 10 menit
Universitas Sumatera Utara
66 b
Gambar 4.11 Pengaruh Perlakuan Leaching Pada Suhu Dan Waktu Vulkanisasi Yang Berbeda Terhadap Kekuatan Tarik Tensile Strenght Produk
Lateks Karet Alam a Pada waktu vulkanisasi 10 menit b Pada waktu vulkanisasi 20 menit
Dari gambar 4.11 diatas memperlihatkan pengaruh perlakuan leaching pada produk film lateks karet alam berpengisi selulosa mikrokristal dan penambahan
penyerasi alkanolamida. Gambar tersebut menunjukkan bahwa suhu vulkanisasi pada 150
o
C memiliki kekuatan tarik yang lebih tinggi dibandingkan dengan suhu vulkanisasi pada 100
o
C. Hal ini disebabkan oleh banyaknya ikatan sambung silang yang terbentuk pada suhu vulkanisasi tinggi. Pada gambar juga terlihat bahwa
semakin lama waktu vulkanisasi maka kekuatan tarik meningkat, hal ini disebabkan karena semakin lama waktu vulkanisasi, menyebabkan jumlah densitas sambung
silang pada film bertambah dan karena karet adalah pengantar panas yang buruk [31].
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa larutan pencucian sangat mempengaruhi sifat mekanik dari film lateks karet alam. Dimana, perlakuan
pencucian menggunakan larutan ammonia 1 mengalami penurunan kekuatan tarik daripada menggunakan larutan air. Kekuatan tarik adalah kemampuan bahan untuk
menerima beban tanpa terjadi kerusakan. Kekuatan tarik suatu bahan ditetapkan dengan membagi tegangan maksimum dengan luas penampang mula-mula sebelum
terdeformasi [48]. Menurut Prihatin.,dkk 2010 hasil pencucian film lateks karet alam
menunjukkan bahwa kekerasan, modulus, dan berat jenis lebih rendah daripada tanpa 20
40 60
80 100
120 140
5 10
15
K ek
u atan
T ar
ik M
P a
Pembebanan Pengisi phr
Amonia, T = 150 C Amonia, T = 100 C
Air, T = 150 C Air, T = 100 C
t = 20 menit
Universitas Sumatera Utara
67 perlakuan pencucian [49]. Menurut Utama., dkk 2004 dengan adanya perlakuan
leaching maka film karet layak dipakai, namun baik tegangan putus, modulus, maupun kekerasan film karet dari film karet rendah protein menurun dibandingkan
dengan tanpa pencucian [50]. Hal ini disebabkan karena larutan pencuci dapat mengekstrak bahan-bahan bukan karet seperti lemak, protein, karbohidrat, dan
kotoran-kotoran lainnya dimana zat tersebut menyebabkan film karet yang dihasilkan tidak homogen [51]. Semakin lama waktu perendaman untuk leaching maka semakin
banyak bahan-bahan bukan karet terestrak dan kandungan protein terestraknya tidak terdeteksi dan hal ini akan mengakibatkan menurunnya kekuatan tarik pada film
lateks karet alam [52]. Akibat adanya proses pencucian pada film lateks karet alam, maka gaya
adhesi antar partikel menjadi lemah. Gaya adhesi adalah gaya tarik menarik antar partikel yang tidak sejenis polar dan nonpolar. Karena terjadi proses adhesi pada
pencucian, maka larutan pencuci dapat mengekstrak protein, karbohidrat, lemak yang merupakan unsur utama pembentuknya alergi pada film lateks karet alam. Dimana
selulosa mikrokristal, protein, lemak, dan karbohidrat memiliki sifat polar, sehingga akan mudah larut dalam air dan ammonia yang bersifat polar. Menurut Sahidin., dkk
2014 senyawa polar akan lebih mudah larut dalam senyawa polar dan senyawa nonpolar akan lebih mudah larut dalam senyawa nonpolar. Karena selulosa
mikrokristal termasuk pada senyawa organik dan bersifat polar maka sebahagian selulosa mikrokristal yang tidak berikatan akan ikut teresktrak pada larutan pencuci
dan akan mengakibatkan kekuatan tarik dari film lateks karet alam menurun. Lebih rendahnya kekerasan, modulus, dan berat jenis mencirikan bahwa film
lateks karet alam setelah di leaching lebih nyaman dipakai, karena lebih lunak dan lebih ringan [49]. Pada larutan ammonia NH
3
kadar yang terestrak lebih banyak dibandingkan air, hal ini disebabkan karena molekul protein terestrak pada larutan
yang bersifat amfoter dalam keadaan basa larutan amonia, daya kelarutannya lebih tinggi daripada dalam keadaan netral [8].
Universitas Sumatera Utara
68
4.4.2.2 PENGARUH PERLAKUAN LEACHING PADA SUHU DAN WAKTU VULKANISASI YANG BERBEDA TERHADAP PEMANJANGAN
SAAT PUTUS ELONGATION AT BREAK
Gambar dibawah ini menunjukkan pengaruh perlakuan leaching pada suhu dan waktu vulkanisasi yang berbeda terhadap pemanjangan saat putus elongation at
break film lateks karet alam.
a
b Gambar 4.12 Pengaruh Perlakuan Leaching Pada Suhu Dan Waktu
Vulkanisasi Yang Berbeda Terhadap Pemanjangan Saat Putus elongation at break Pada Film Lateks Karet Alam Pada a waktu vulkanisasi 10 menit
b waktu vulkanisasi 20 menit 800
850 900
950 1000
1050 1100
1150 1200
1250 1300
5 10
15
P em
an jan
gan S
aat P
u tu
s
Pembebanan Pengisi phr
Tanpa Perlakuan, T = 100 C Tanpa Perlakuan, T = 150 C
Air, T = 100 C Air, T = 150 C
Amonia, T = 100 C Amonia, T = 150 C
t = 10 menit
800 850
900 950
1000 1050
1100 1150
1200
5 10
15
P em
an jan
gan S
aat P
u tu
s
Pembebanan Pengisi phr
Tanpa Perlakuan, T = 100 C Tanpa Perlakuan, T = 150 C
Air, T = 100 C Air, T = 150 C
Amonia, T = 100 C Amonia, T = 150 C
t = 20 menit
Universitas Sumatera Utara
69 Gambar 4.12 menunjukkan hubungan film lateks karet alam tanpa dan
dengan perlakuan leaching pada pemanjangan saat putus elongation at break produk lateks karet alam. Pemanjangan saat putus merupakan besarnya pertambahan
panjang sampel yang diuji hingga sampel tepat putus. Pada gambar tersebut terlihat bahwa nilai pemanjangan saat putus elongation at break pada suhu vulkanisasi 100
o
C lebih tinggi dibandingkan dengan suhu vulkanisasi 150
o
C untuk semua variasi waktu vulkanisasi dan alkanolamida yang digunakan dan semakin lama waktu
vulkanisasi akan meningkatkan nilai densitas sambung silang, sehingga produk film lateks karet alam yang dihasilkan cenderung bersifat lebih rapuh sehingga sifat
elastisnya akan menurun. Sampel kontrol merupakan sampel lateks karet alam tanpa perlakuan
leaching. Pada gambar diatas dapat dilihat untuk perlakuan leaching menggunakan larutan amonia 1 pemanjangan putusnya meningkat dibandingkan menggunakan
air. Semakin baik larutan leaching melakukan estrak maka akan semakin tinggi pemanjangan putusnya. Hal ini disebabkan diameter partikel rata-rata pada film
lateks menjadi lebih kecil dan merata. Dengan demikian, film lateks yang dihasilkan menjadi lembaran lebih tipis dan lebih lentur [49].
Pada proses leaching dapat membentuk lapisan film yang memiliki sifat adhesi yang lemah, yang mengakibatkan kekuatan tarik menurun [7]. Daya adhesi
adalah gaya tarik menarik antar partikel yang tidak sejenis, sehingga akan mengakibatkan larutan pencuci akan menarik bagian dari partikel film yang
mengakibatkan distribusi partikel yang semakin merata dan ukuran partikel makin kecil. Hal tersebut menghasilkan peningkatan properti elongation at break, namun
menurunkan properti tensile strength.
Universitas Sumatera Utara
70
4.4.2.3 PENGARUH PERLAKUAN LEACHING PADA SUHU DAN WAKTU VULKANISASI YANG BERBEDA TERHADAP MODULUS TARIK
TENSILE MODULUS
Gambar dibawah ini menunjukkan pengaruh perlakuan leaching pada suhu dan waktu vulkanisasi yang berbeda terhadap modulus tarik tensile modulus film
lateks karet alam.
a
b 0.4
0.6 0.8
1.0
5 10
15
M
100
M P
a
Pembebanan Pengisi phr
Tanpa Perlakuan, T = 100 C Tanpa Perlakuan, T = 150 C
Air, T = 100 C Air, T = 150 C
Amonia, T = 100 C Amonia, T = 150 C
t = 10 menit
0.4 0.6
0.8 1.0
5 10
15
M
100
M P
a
Pembebanan Pengisi phr
Tanpa Perlakuan, T = 100 C Tanpa Perlakuan, T = 150 C
Air, T = 100 C Air, T = 150 C
Amonia, T = 100 C Amonia, T = 150 C
t = 20 menit
Universitas Sumatera Utara
71 c
d Gambar 4.13 Pengaruh Perlakuan Leaching Pada Suhu Dan Waktu
Vulkanisasi Yang Berbeda Terhadap Modulus Tarik Tensile Modulus Pada Film Lateks Karet Alam Pada a M
100
waktu vulkanisasi 10 menit b M
100
waktu vulkanisasi 20 menit c M
300
waktu vulkanisasi 10 menit d M
300
waktu vulkanisasi 20 menit
Gambar 4.13 memperlihatkan pengaruh perlakuan leaching pada film lateks karet alam dengan pengisi selulosa mikrokristal dari ampas tebu dengan penyerasi
alkanolamida pada waktu dan suhu vulkanisasi yang berbeda terhadap modulus tarik tensile modulus. Dimana sampel kontrol pada grafik adalah sampel lateks karet
alam tanpa perlakuan leaching. Gambar tersebut mengilustrasikan tegangan pada saat perpanjangan 100
M
100
dan perpanjangan 300 M
300
. Modulus tarik saat pemanjangan 100 M
100
0.5 1.0
1.5 2.0
2.5 3.0
3.5 4.0
4.5 5.0
5 10
15
M
300
M P
a
Pembebanan Pengisi phr
Tanpa Perlakuan, T = 100 C Tanpa Perlakuan, T = 150 C
Air, T = 100 C Air, T = 150 C
Amonia, T = 100 C Amonia, T = 150 C
t = 10 menit
0.5 1.0
1.5 2.0
2.5 3.0
3.5 4.0
5 10
15
M
300
M P
a
Pembebanan Pengisi phr
Tanpa Perlakuan, T = 100 C Tanpa Perlakuan, T = 150 C
Air, T = 100 C Air, T = 150 C
Amonia, T = 100 C Amonia, T = 150 C
t = 20 menit
Universitas Sumatera Utara
72 merupakan jumlah gaya yang diberikan saat sampel memiliki pemanjangan sebesar
100. Modulus tarik saat pemanjangan 300 M
300
merupakan jumlah gaya yang diberikan saat sampel memiliki pemanjangan sebesar 300.
Modulus tarik tensile modulus menunjukkan nilai keelastisan elasticity dari produk vulkanisat. Nilai modulus tarik yang kecil menunjukkan sifat bahan yang
elastis elastic sedangkan nilai modulus tarik yang besar menunjukkan sifat bahan yang kaku dan getas stiff. Oleh karena itu, nilai modulus tarik memiliki hubungan
berbanding terbalik dengan pemanjangan saat putus elongation at break dan semakin lama waktu vulkanisasi maka nilai modulus tarik dari produk lateks karet
alam meningkat. Dari gambar di atas, dapat dilhat bahwa peningkatan suhu vulkanisasi akan
meningkatkan nilai modulus tarik dari film lateks karet alam yang dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan suhu yang akan menyebabkan film lateks yang
dihasilkan lebih kaku, sehingga nilai modulus tariknya akan meningkat. Tegangan pada
pemanjangan tersebut
biasanya dinamakan
modulus tarik
yang mengindikasikan tingkat kekakuan dari film lateks karet alam.
Pada perlakuan leaching menggunakan larutan amonia 1 hasil yang didapat untuk perpanjangan 100 dan perpanjangan 300 lebih rendah di bandingkan
memakai air. Hal ini disebabkan karena diameter partikel rata-rata pada perlakuan leaching mengunakan amonia 1 lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan air
sehingga modulus tarik menurun. Akibat adanya perlakuan leaching, maka kerapatan sambung silang menurun dan modulus tarik menurun pula.
Dengan adanya perlakuan leaching dengan air dan amonia 1 maka film karet layak dipakai, namun baik tegangan putus, modulus, maupun kekerasan film
karet dari film karet rendah protein menurun dibandingkan dengan tanpa pencucian.
Universitas Sumatera Utara
73
4.5 KARAKTERISTIK FOURIER TRANSFORM INFRARED FTIR