METODE PENCELUPAN BERKOAGULAN PROSES PENCUCIAN LEACHING

19 Surfaktan alkanolamida tidak bermuatan atau tidak terjadi ionisasi daripada molekul. Disamping itu alkanolamida dapat digunakan pada rentang pH yang luas, biodegradabel, lembut dan bersifat noniritasi, baik untuk kulit maupun mata. Surfaktan ini juga menghasilkan reduksi tegangan permukaan yang besar, toksisitas yang rendah dan pembusaan yang bagus serta stabil. Surfaktan alkanolamida juga sangat kompatibel dengan ketiga jenis surfaktan lainnya yaitu surfaktan anionik, kationik dan amfoterik. Sebagaimana surfaktan nonionik lainnya, alkanolamida menunjukkan performa yang baik seperti kelarutan yang tinggi, stabil terhadap berbagai enzim dan media yang alkali. Karena sifat-sifatnya tersebut maka surfaktan ini dapat digunakan sebagai bahan pangan, obat-obatan, kosmetika danaplikasi industri serta dapat digunakan pada rentang penggunaan surfaktan anionik [23]. Dalam penelitian ini, sumber trigliserida yang digunakan adalah asam palmitat dari turunan minyak kelapa sawit yaitu RBDPS Refined Bleached Deodorized Palm Stearin. RBDPS Refined Bleached Deodorized Palm Stearin dipilih sebagai sumber trigliserida karena memiliki sifat kemurnian yang tinggi serta harga yang relatif lebih terjangkau.

2.8 METODE PENCELUPAN BERKOAGULAN

Terdapat dua metode pencelupan yang umumnya digunakan dalam produksi sarung tangan yaitu metode pencelupan langsung dan metode pencelupan berkoagulan. Metode kedua adalah metode yang sangat sering digunakan dalam industri [24]. Metode pencelupan merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam pembuatan produk lateks seperti sarung tangan, balon, kondom, dan lain-lain. Metode pencelupan adalah proses dimana cetakan berlapis koagulan dicelupkan ke dalam lateks karet alam dalam beberapa kali pecelupan [25]. Proses dimulai dengan membersihkan cetakan dan berakhir dengan memisahkan film dari cetakannya. Operasi pembersihan termasuk mencuci cetakan dengan larutan asam, kemudian dinetralkan dengan larutan basa dan diikuti dengan pembilasan dan pengeringan di dalam oven. Cetakan yang telah dibersihkan dicelupkan pada tangki koagulan pada sudut yag telah ditentukan untuk beberapa waktu, kemudian ditarik perlahan dari tangki pencelupan. Universitas Sumatera Utara 20 Pada tangki koagulan, cetakan dicelupkan selama 16 detik agar terbentuk lapisan tipis dan seragam pada permukaan cetakan. Hal ini dapat diperoleh dengan perendaman perlahan dan penarikan cetakan diikuti dengan manipulasi mekanik dan evaporasi koagulan secara cepat. Cetakan yang sudah dilapisi dikeringkan dalam oven dan dicelupkan pada tangki lateks. Formulasi koagulan merupakan campuran dari garam kalsium, air atau alkohol, agen pembasah dan agen anti-lekat. Tangki umumnya dilengkapi dengan pengaduk untuk mencegah terjadinya pengendapan bahan kimia. Sebuah saringan juga digunakan untuk menahan gelembung-gelembung udara dan bekas koagulum yang mungkin terbentuk [24].

2.9 PROSES PENCUCIAN LEACHING

Lateks terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet yang terdispersi dalam air. Bahan bukan karet meliputi karbohidrat, asam nukleat, karotenoid, senyawa nitrogen atau protein, dan ion-ion organik, jumlahnya relatif kecil sebagian larut dalam air dan sisanya terdapat pada permukaan partikel karet yang berdiameter tidak lebih dari 3 mm. Walaupun jumlahnya sedikit, peranan bahan bukan karet sangat penting dalam mengendalikan sifat karet dan lateks. Keberadaan protein dalam partikel karet sudah lama diketahui dimana 50 protein dalam lateks terdapat pada serum C, sisanya terdapat pada permukaan partikel karet dan fraksi dasar. Dewasa ini telah diketahui bahwa beberapa jenis protein dapat menimbulkan reaksi alergi. Protein tersebut bersifat tahan panas hingga 120 o C, larut air, dan mempunyai kisaran BM 5-200 kD kasus alergi terhadap protein lateks mulai diketahui pada tahun 1979. Menurut Food and Drug Administration FDA 8 – 12 pekerja kesehatan di Amerika menderita alergi akibat penggunaan produk jadi lateks, terutama mereka yang bekerja di ruang praktek gigi, ruang operasi, dan ruang gawat darurat. Para penata rambut, tukang kebun, dan pekerja di pabrik pengolahan karet juga mempunyai resiko tinggi untuk terkena alergi. FDA juga menambahkan 67 penderita spina bifida sangat peka terhadap protein lateks, karena seringnya penderita tersebut menggunakan kateter dari lateks. Universitas Sumatera Utara 21 Alergi pada produk lateks mempunyai hubungan dengan protein terekstraksi extractable protein, EP dalam lateks. Selain itu, telah didapat kepastian bahwa zat aditif yang ditambahkan ke dalam lateks tidak menyebabkan alergi. Alergi dapat ditimbulkan dari produk lateks yang mengandung kadar EP lebih dari 100 mgg. Kenyataan tersebut cukup menimbulkan kekhawatiran, sebab kisaran kadar EP dari berbagai produk lateks bisa bervariasi antara 8 sampai 700 mgg sehingga resiko terkena alergi menjadi tinggi [26]. Pada umumnya setiap proses produksi barang jadi karet, supaya hasilnya tidak berbau setelah disimpan beberapa bulan, maka selalu dilakukan pencucian selama proses produksi. Hal ini dilakukan karena proses pencucian bertujuan di samping menghilangkan bahan baku bukan karet, misalnya protein, lemak, dan karbohidrat yang dapat menyebabkan bau tidak sedap, juga dapat meningkatkan penampilan serta sifat mekanik barang jadi karet tersebut [8]. Pada proses pencucian film lateks karet alam sangat mempengaruhi sifat fisik film, hal ini disebabkan pada waktu pencucian dapat melarutkan bahan -bahan bukan karet, sehingga permukaan film karet menjadi lebih bersih, licin, dan lebih tipis sehingga dapat meningkatkan perpanjangan putus pada film karet [7]. Pada larutan KOH atau ammonia lebih baik daripada air biasa pada proses pencucian, karena dengan menggunakan larutan KOH atau amonia turunnya kadar protein terlarut dapat mencapai 97 sementara itu dengan air biasa hanya 75. Hal ini disebabkan karena molekul protein terekstrak yang bersifat amfotir dalam keadaan basa larutan KOH daya kelarutannya lebih tinggi daripada dalam keadaan netral [8]. 2.10 PENGUJIAN DAN KARAKTERISASI 2.10.1 UJI KEKUATAN TARIK TENSILE STRENGTH

Dokumen yang terkait

Pengaruh Leaching Pada Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Mikrokristal Selulosa Avicel Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

1 11 101

Pengaruh Perlakuan Leaching Pada Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristal Dari Ampas Tebu Dengan Penyerasi Alkanolamida Terhadap Sifat Mekanik Film

0 0 27

Pengaruh Perlakuan Leaching Pada Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristal Dari Ampas Tebu Dengan Penyerasi Alkanolamida Terhadap Sifat Mekanik Film

0 0 2

Pengaruh Perlakuan Leaching Pada Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristal Dari Ampas Tebu Dengan Penyerasi Alkanolamida Terhadap Sifat Mekanik Film

0 0 6

Pengaruh Perlakuan Leaching Pada Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristal Dari Ampas Tebu Dengan Penyerasi Alkanolamida Terhadap Sifat Mekanik Film

0 0 19

Pengaruh Perlakuan Leaching Pada Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristal Dari Ampas Tebu Dengan Penyerasi Alkanolamida Terhadap Sifat Mekanik Film

0 1 5

Pengaruh Perlakuan Leaching Pada Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristal Dari Ampas Tebu Dengan Penyerasi Alkanolamida Terhadap Sifat Mekanik Film

0 0 23

Pengaruh Leaching Pada Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Mikrokristal Selulosa Avicel Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 0 23

Pengaruh Leaching Pada Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Mikrokristal Selulosa Avicel Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 0 2

Pengaruh Leaching Pada Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Mikrokristal Selulosa Avicel Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 0 5