Preemptif Analgesia PENANGANAN NYERI

26 nyeri pascabedah ditingkat sedang sampai berat. 2 Multimodal analgesia selain harus diberikan secepatnya early analgesia, juga harus disertai dengan inforced mobilization early ambulation disertai dengan pemberian nutrisi nutrisi oral secepatnya early alimentation. 38

2.8.3. Preemptif Analgesia

Preemptif analgesia adalah pengobatan antinociceptive yang ditargetkan untuk memblokir hyperexcitation SSP, dan pada akhirnya mengurangi nyeri pascabedah. Meskipun banyak penelitian, relevansi klinis dari pengobatan tersebut saat ini masih kontroversi. Preemptif analgesia artinya mengobati nyeri sebelum terjadi, terutama ditujukan pada pasien sebelum dilakukan tindakan operasi pre-operasi. Pemberian analgesia sebelum onset dari rangsangan melukai untuk mencegah sensistisasi sentral dan membatasi pengalaman nyeri selanjutnya. Preemptif analgesia mencegah kaskade neural awal yang dapat membawa keuntungan jangka panjang dengan menghilangkan hipersensitifitas yang ditimbulkan oleh rangsangan luka. Dengan cara demikian keluhan nyeri pascabedah akan sangat menurun dibandingkan dengan keluhan nyeri pascabedah tanpa memakai cara preemptif analgesia. Bisa diberikan obat tunggal, misalnya opioid, ketorolak, maupun dikombinasikan dengan opioid atau NSAID lainnya, dilakukan 20 – 30 menit sebelum tindakan operasi. 1.4,5,39-41 Konsep preemptif analgesia pertama kali didalilkan oleh George Washington Crile pada tahun 1900. Crile menyatakan bahwa trauma yang disebabkan oleh operasi menyebabkan ‘shock exhaustion’ pada SSP. Dia menganjurkan untuk melakukan pre-insisi dan infiltasi anestesi lokal intraoperatif pada anestesi umum. Dengan cara ini stimulus noksius dapat dicegah mencapai otak. Dan ide tentang ini kembali muncul tahun 1980. 5,6 Berdasarkan data laboratorium dan beberapa studi klinis, Wall menyebutkan dalam sebuah editorial tahun 1988 bahwa, 1 penurunan masukan rangsangan small- fiber ke dalam SSP selama operasi akan mencegah sensitisasi sentral, dan 2 analgesik yang diberikan sebelum operasi memiliki potensi menghasilkan efek Universitas Sumatera Utara 27 berkepanjangan. Wall dan Woolf menunjukkan bahwa dosis rendah opioid yang diberikan sebelum stimulus nyeri secara efektif dapat mencegah sensitisasi. Sebaliknya diperlukan dosis opioid yang lebih besar untuk menekan spinal cord yang sudah peka. 5 Percobaan pada hewan memperlihatkan keuntungan dari pencegahan sensitisasi sentral dengan infiltrasi lokal anestesi, suatu pendekatan yang secara khusus efektif pada nyeri yang berhubungan dengan diferensiasi, seperti yang terjadi pada amputasi. Secara umum, hasil dari percobaan tadi menjadikan konsep preemptif analgesia dimulai dengan analgesik sebelum onset dari rangsangan melukai untuk mencegah sensitisasi sentral dan membatasi pengalaman nyeri selanjutnya. Pembedahan mungkin merupakan aplikasi klinis dimana teknik preemptif analgesia menjadi sangat efektif karena onset rangsangan yang kuat dapat diketahui gambar 7. 29 Gambar 2.8.3. Perbandingan cara pemberian analgesik. 31 Pada gambar diatas, skematik preemptif analgesia dengan penekanan pada pencegahan sensitisasi sistem saraf selama perioperatif. Tipe nyeri tanpa intervensi ditunjukkan pada gambar A, dimana tergambar nyeri saat awal pembedahan dan selanjutnya berkembang menjadi hipersensitifiti. Gambar B, analgesik diberikan Universitas Sumatera Utara 28 setelah sensitisasi dapat menurunkan nyeri sedikit tetapi tidak memiliki keuntungan jangka panjang. Pada gambar C, analgesik diberikan sebelum pembedahan membatasi nyeri mulai rangsangan dan menurunkan hipersensitifiti selanjutnya. Yang paling efektif adalah pada gambar D di mana analgesik diberikan sebelum pembedahan dan dilanjutkan selama masa perioperatif. 29 Konsep preemptif analgesia yaitu dimulai pemberian analgesik sebelum timbulnya stimulus nyeri untuk mencegah sensitisasi sentral dan mengurangi pengalaman nyeri berikutnya. 2,3 Preemptif analgesia memiliki efek ‘pelindung’ pada jalur nociceptive sehingga memiliki potensi untuk menjadi lebih efektif daripada analgesik serupa pada pemberian setelah pembedahan. Akibatnya, nyeri pascabedah segera dapat dikurangi dan dapat dicegah berkembang menjadi nyeri kronis. 6,7

2.8.4. Non-Farmakologis

Dokumen yang terkait

Perbandingan Efek Analgesia Parecoxib Dengan Ketorolak Sebagai Preemptif Analgesia Pada Anestesi Umum

0 51 66

Perbandingan Ketamin Dosis 0.5 mg kgBB IV dan 1 mg kgBB IV Sebagai Preemptif Analgesia Pada Pascaoperasi Ginekologi Dengan Anestesi Umum

0 0 15

Perbandingan Ketamin Dosis 0.5 mg kgBB IV dan 1 mg kgBB IV Sebagai Preemptif Analgesia Pada Pascaoperasi Ginekologi Dengan Anestesi Umum

1 1 2

Perbandingan Ketamin Dosis 0.5 mg kgBB IV dan 1 mg kgBB IV Sebagai Preemptif Analgesia Pada Pascaoperasi Ginekologi Dengan Anestesi Umum

0 0 7

Perbandingan Efektivitas antara Gabapentin 600 mg dan Gabapentin 900 mg Kombinasi dengan Ketorolak 30 mg 8 Jam sebagai Analgesia Pascabedah pada Total Abdominal Histerektomi dengan Anestesi Umum | Camary | Jurnal Anestesi Perioperatif 898 3274 1 PB

0 0 7

Perbandingan Gabapentin 600 mg dengan 1.200 mg per Oral Preoperatif terhadap Nilai Visual Analogue Scale dan Pengurangan Kebutuhan Petidin Pascaoperasi pada Modifikasi Mastektomi Radikal | Zulfariansyah | Jurnal Anestesi Perioperatif 196 685 1 PB

0 0 9

Perbandingan Nilai Visual Analogue Scale dan Efek Samping dari Gabapentin 900 Mg dengan Gabapentin 1200 Mg per Oral sebagai Preemptif Analgesia Pascabedah dengan Spinal Anestesi

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. FISIOLOGI NYERI - Perbandingan Nilai Visual Analogue Scale dan Efek Samping dari Gabapentin 900 Mg dengan Gabapentin 1200 Mg per Oral sebagai Preemptif Analgesia Pascabedah dengan Spinal Anestesi

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Perbandingan Nilai Visual Analogue Scale dan Efek Samping dari Gabapentin 900 Mg dengan Gabapentin 1200 Mg per Oral sebagai Preemptif Analgesia Pascabedah dengan Spinal Anestesi

0 0 9

PERBANDINGAN NILAI VISUAL ANALOGUE SCALE DAN EFEK SAMPING DARI GABAPENTIN 900 MG DENGAN GABAPENTIN 1200 MG PER ORAL SEBAGAI PREEMPTIF ANALGESIA PASCABEDAH DENGAN SPINAL ANESTESI

0 0 20