12 Nyeri inflamasi akan menurunkan derajat kerusakan dan menghilangkan respon
inflamasi. Nyeri inflamasi merupakan bentuk nyeri yang adaptif namun demikian
pada kasus-kasus cidera elektif misalnya : pembedahan, cidera karena trauma, dan perlunya penatalaksanaa aktif harus dilakukan. Tujuan terapi adalah menormalkan
sensitivitas nyeri.
24,27,28
Nyeri maladaptif tidak berhubungan dengan adanya stimulus noksius atau penyembuhan jaringan. Nyeri maladaptif dapat terjadi sebagai respon kerusakan
sistem saraf nyeri neuropatik atau sebagai akibat fungsi abnormal sistem saraf nyeri fungsional.
2.2.1. Sensitisasi Perifer
Cidera atau inflamasi jaringan akan menyebabkan munculnya perubahan lingkungan kimiawi pada akhir nosiseptor. Sel yang rusak akan melepaskan komponen
intraselulernya seperti adenosine trifosfat, ion K
+
, sel inflamasi akan menghasilkan sitokin, chemokin dan growth faktor. Beberapa komponen diatas akan langsung
merangsang nosiseptor nociceptor activators dan komponen lainnya akan menyebabkan nosiseptor menjadi lebih hipersensitif terhadap rangsangan berikutnya
nociceptor sensitizers.
28
Sensitivitas daripada terminal nosiseptor perifer tidaklah tetap, dan aktivasinya dapat dilakukan baik melalui stimulasi perifer berulang atau melalui
perubahan komposisi kimia dari terminal dapat mensensitisasi neuron sensor primer. Fenomena ini dikatakan sebagai sensitisasi perifer.
2,22-24
Komponen sensitisasi, misalnya prostaglandin E
2
akan mereduksi ambang aktivasi nosiseptor dan meningkatkan kepekaan ujung saraf dengan cara berikatan
pada reseptor spesifik di nosiseptor. Berbagai komponen yang menyebabkan sensitisasi akan muncul secara bersamaan, penghambatan hanya pada salah satu
substansi kimia tersebut tidak akan menghilangkan sensitisasi perifer. Sensitisasi perifer akan menurunkan ambang rangsang dan berperan dalam meningkatkan
sensitivitas nyeri di tempat cidera atau inflamasi.
28
Universitas Sumatera Utara
13
Peripheral Sensitisation
Tissue damage Inflamation
Sympathetic terminalis Sensitising ‘Soup’
Hydrogen ion Histamin
Purines Leucotrienes
Noradrenaline Potassium ions Cytokines
Nerve growth factor Bradykinin
Prostaglandin 5-HT Neoropeptides
High threshold nociceptor Tranduction sensitivity
Low threshold nociceptor
Gambar 2.2.1. Mekanisme sensitisasi perifer.
29
2.2.2. Sensitisasi Sentral
Sama halnya dengan sistem nosiseptor perifer, maka transmisi nosiseptor di sentral juga dapat mengalami sensitisasi. Sensitisasi sentral dan perifer bertanggung jawab
terhadap munculnya hipersensitivitas nyeri setelah cidera. Sensitisasi sentral memfasilitasi dan memperkuat transfer sipnatik dari nosiseptor ke neuron kornu
dorsalis. Pada awalnya proses ini dipacu oleh input nosiseptor ke medulla spinalis activity dependent, kemudian terjadi perubahan molekuler neuron transcription
dependent.
28
Sensitisasi sentral dan perifer merupakan contoh plastisitas sistem saraf, dimana terjadi perubahan fungsi sebagai respon perubahan input kerusakan
jaringan. Dalam beberapa detik setelah kerusakan jaringan yang hebat akan terjadi aliran sensoris yang massif kedalam medulla spinalis, ini akan menjadi jaringan saraf
didalam medulla spinalis menjadi hiperresponsif. Reaksi ini menyebabkan munculnya nyeri akibat stimulus non noksius dan daerah yang jauh dari jaringan
cedera juga menjadi sensitif rangsangan nyeri.
28
Universitas Sumatera Utara
14
2.3. NOSISEPTOR