72
Pelatihan-pelatihan yang dilakukan dengan mendatangkan para desainer ini diharapkan membuka cakrawala baru serta menggali kreatifitas masyarakat penenun
Sipirok dalam menghasilkan sebuah hasil tenunan yang sesuai dengan selera pasar. Dari hasil-hasil pelatihan yang dilakukan terdapat motif-motif baru yang diciptakan
oleh para penenun, misalnya motif angkar yang kini sangat sering dijumpai dalam produk-produk tenun masyarakat Sipirok. Motif ini diciptakan oleh seorang pengrajin
bernama Advenius Ritonga yang kini lebih sering disebut “bapak angkat” bagi para penenun di Sipirok.
46
Kegiatan promosi merupakan hal yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu kegiatan usaha. Hal ini sangatlah disadari oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Tapanuli Selatan, khusunya yang Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah Tapanuli Selatan yang menangani langsung para
penenun di Sipirok. Para penenun yang dibina oleh Pemerintah Daerah Tapanuli Selatan ini juga sering diikutsertakan dalam pameran-pameran di daerah-daerah,
seperti keikutsertaan dalam pameran kebudayaan di Porsea 1990, di Binjai 1991, Sibolga 1992, Sipirok 1993
5.4. Kain Tenun Sebagai Ikon Sipirok
47
46
Wawancara dengan Ibu Sakinah seorang penenun pada tanggal 20 April 2016.
47
Ahmad Husin Ritonga,dkk., op.cit., hal. 79.
, Medan, Jakarta dan lain sebagainya. Kesempatan ini diharapkan dapat menambah atau memperluas jaringan pemasaran kain tenun
Sipirok.
Universitas Sumatera Utara
73
Kemudian pada tahun 2006, oleh Bupati Tapanuli Selatan ketika itu Ongku P. Hasibuan mengeluarkan Surat Keputusan yang mewajibkan kepada seluruh pegawai
pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan untuk menggunakan seragam yang berasal dari kain tenunan masyarakat Sipirok. Kebijakan ini mulai diberlakukan pada tahun
2008. Sehingga, pegawai pemerintah daerah Tapanuli Selatan setiap hari kamis menggunakan seragam kain tenun Sipirok.
Ketika kebijakan ini dikeluarkan, toke yang menyiapkan kain tenun seragam pegawai ini adalah Advenius. Adven panggilan akrabnya, didatangi oleh istri Bupati
saat itu Nyonya Anna Ongku Hasibuan juga sebagai ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Tapanuli Selatan dan memintanya untuk memproduksi seragam pegawai
pemerintahan. Untuk memenuhi pesanan tersebut, Adven kemudian mendesain motif tenun dengan 20 jenis warna. Dari desain-desain tersebut kemudian terpilih satu
berwarna coklat muda. Kemudian, oleh pemerintah daerah memberikan modal atau uang muka sebesar Rp. 100.000.000,-. Dari uang tersebut, Adven kemudian membeli
10 unit Alat Tenun Bukan Mesin sekaligus melakukan pengajaran atau pelatihan kepada para tenaga kerjanya. Selain bisa mengangkat tenun khas Tapanuli Selatan,
khususnya Sipirok, kebijakan itu juga mengangkat perekonomian perempuan- perempuan penenun di Kecamatan Sipirok.
Universitas Sumatera Utara
74
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kegiatan bertenun sudah demikian menyatu dengan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat Tapanuli Selatan, khususnya masyarakat Sipirok,
yang pada awalnya hanya memproduksi Abit Godang dan Parompa Sadun sebagai atribut dalam berbagai kegiatan upacara adat masyarakat Tapanuli Selatan.
Kedudukan para penenun dianggap penting karena merekalah yang mensuplai kebutuhan berbagai kalangan yang memerlukan kain adat tersebut dalam kehidupan
sosial dan adat. Dalam menghasilkan kain adat, para penenun di Sipirok menggunakan alat tenun sederhana yaitu hasaya. Dari dulu hingga sekarang, kain
tenun abit godang dan parompa sadun tetap dikerjakan dengan menggunakan alat sederhana ini yaitu hasaya, yang tetap mengandalkan keterampilan tangan.
Konsistensi penggunanan alat tenun hasaya dalam memproduksi kain adat, tidak diartikan sebagai tiadanya perkembangan. Akan tetapi, adanya keinginan dari para
penenun untuk tetap menjaga nilai instrinsik produk tenun abit godang dan parompa sadun yang justru terdapat dalam proses pembuatannya menggunakan peralatan yang
sederhana. Konsistensi penggunaan alat hasaya ini untuk membangun citra kerajinan tenun khas Tapanuli Selatan, juga dalam rangka mempertahankan kesinambungan
sejarah dan tradisi masyarakat Tapanuli Selatan.
Universitas Sumatera Utara
75
Seiring dengan perkembangannya, kegiatan bertenun tidak lagi ditujukan pada suplai kebutuhan kain adat untuk kegiatan upacara-upacara adat. Melainkan sudah
ditujukan pada keperluan yang lebih luas, dan produk tenun yang dihasilkan juga kini banyak dipandang sebagai komoditi ekonomis. Pengenalan sekaligus pemberian Alat
Tenun Bukan Mesin ATBM oleh pemerintah daerah Kabupaten Tapanuli Selatan pada penenun Sipirok membuka potensi serta kreatifitas kegiatan pertenunan kain di
wilayah Tapanuli Selatan khususnya Sipirok. Alat Tenun Bukan Mesin ATBM secara teknologis lebih maju jika dibandingkan dengan alat tenun hasaya. Potensi
serta prospek kegiatan pertenunan mulai dikembangkan melalui penggunaan ATBM ini. Dengan ATBM ini lebih banyak alternatif yang tersedia dalam rangka
pengembangan mode, pemerkayaan jenis produksi dan peningkatan kuantitas produksinya, karenanya,tidak dapat dipungkiri lagi bahwa ia berperan dalam sistem
perekonomian masyarakat Sipirok, meskipun secara stastistik belum bisa ditunjukkan besarnya potensi ataupun pengaruh keberadaan pertenunan bagi perekonomian
masyarakat Sipirok. Kenyataan bahwa hingga saat sekarang ini kegiatan bertenun di Sipirok masih bertahan dan malah bergerak kearah kemajuan, sekaligus membuktikan
peranan ekonomisnya. Sehingga, disamping pendapatan dari sektor pertanian, masyarakat Sipirok dapat menambah pendapatannya dari kegiatan bertenun.
Hal ini sejalan dengan harapan Pemerintah Daerah Tapanuli Selatan dibawah naungan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan juga Dewan Kerajinan
Nasional Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan yang sering memberikan pelatihan- pelatihan serta bantuan berupa modal maupun bahan baku kepada para penenun agar
Universitas Sumatera Utara
76
dapat meningkatkan kualitas tenun yang dihasilkan, dengan kreatifitas dan inovasi yang terutama berkaitan dengan motif atau desain tenun yang dihasilkan. Selain itu,
para penenun harus lebih jeli dalam mengamati selera konsumen agar produk tenun yang dihasilkan dapat bersaing dipasaran. Disamping itu, kegiatan promosi juga
dianggap perlu yang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan keputusan pemerintah daerah untuk memakai pakaian tenun Sipirok sebagai
pakaian wajib dikalangan pegawai daerah Kabupaten Tapanuli Selatan. Hal ini merupakan salah satu alternatif yang sangat bijak untuk mendukung serta
mempromosikan hasil kerajinan industri daerah Sipirok.
Universitas Sumatera Utara
77
6.2. Saran