50
Selain modal milik sendiri, terdapat modal yang diperoleh melalui pinjaman dari saudara atau keluarga. Modal pinjaman ini merupakan tambahan untuk modal
milik sendiri. Hal ini terjadi apabila penenun tidak memiliki sejumlah uang yang cukup untuk proses bertenun yang masih berkelanjutan. Peminjaman juga dapat
dilakukan pada konsumen yang melakukan pemesanan abit godang dan parompa sadun, dan perhitungan pengembalian pinjaman tersebut akan diperhitungkan setelah
pesanan abit godang atau parompa sadun tersebut selesai.
3.4. Tenaga Kerja
Berbeda dengan jenis usaha lainnya, kegiatan bertenun di daerah Sipirok merupakan pekerjaan khas wanita. Para penenun beranggapan bahwa pekerjaan
bertenun merupakan bidang pekerjaan yang hanya sesuai untuk wanita, salah satunya karena dalam mengerjakan tenunan dibutuhkan kesabaran yang tinggi sehingga kaum
pria dianggap tidak mampu melakukannya, dan seorang pria yang mau melakukan pekerjaan itu dianggap aneh dan bahkan memiliki kelainan. Akan tetapi, anggapan
yang demikian hanya berlaku pada proses produksi, sedangkan pada proses
pemasaran kain hasil tenunan kehadiran pria tidak dianggap aneh sama sekali.
Para pengrajin di Sipirok terdiri dari anak-anak gadis juga ibu-ibu rumah tangga. Anank-anak gadislah yang paling banyak menjadikan kegiatan bertenun ini
sebagai lapangan pekerjannya untuk mencari uang. Anak-anak gadis yang berprofesi sebagai penenun ini umumnya tamatan sekolah tingkat SLTP dan SMA, yang tidak
melanjutkan pendidikannya lagi. Mereka lebih memilih bertenun sebagai bidang
Universitas Sumatera Utara
51
pekerjaan ketimbang bekerja disektor pertanian. Bertenun tidak mengharuskan seseorang bekerja sesuai dengan aturan musim, juga tidak menuntut jam kerja yang
ketat, dan dapat dilakukan di rumah sendiri pada sembarang waktu. Hal ini menjadi salah satu alasan pendorong bagi anak gadis di Sipirok untuk menjadi seorang
penenun. Berbeda halnya dengan para ibu rumah tangga yang menjadikan bertenun kain
abit godang dan parompa sadun sebagai usaha sambilan. Mereka ini memilih waktu bertenun yang disesuaikan dengan kesibukan-kesibukan di sawah. Kegiatan bertenun
umumnya dilakukan oleh para ibu rumah tangga selepas kegiatan menanam padi sampai musim panen. Hal ini dikarenakan intensitas pekerjaan di sawah menurun
sehingga mereka punya banyak waktu kosong yang kemudian dimanfaatkan untuk kegiatan bertenun. Seperti yang sudah penulis jelaskan bahwa dalam kegiatan
bertenun terdiri dari beberapa tahap. Ibu-ibu yang tergolong dalam kategori ini menjadikan kegiatan pertenunan sebagai sampingan tidak memilih tahapan
martonun karena membutuhkan waktu yang lama, mereka pada umumnya mengerjakan tahapan-tahapan yang lebih ringan dan sedikit waktu kerja saja seperti
mangunggas, mangulkul atau mangani. Diantara mereka juga memilih bidang pekerjaan ini karena sebagian dari mereka tidak memiliki keahlian dalam hal
bertenun. Sedangkan para anak-anak gadis umumnya lebih berkonsentrasi pada tahapan manonun atau bertenun dan manyimatai atau memasang manik-manik.
Keterampilan bertenun hingga kini masih diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan proses belajar bertenun juga sederhana saja. Seorang gadis
Universitas Sumatera Utara
52
bisa belajar dari ibunya yang pandai dan pernah menjadi penenun. Selain itu, juga bisa belajar kepada kerabat, teman atau bahkan pada seorang pelatih. Belajar kepada
seorang teman atau pelatih biasanya berlaku aturan pengupahan, yaitu berupa beras 1 sampai 3 kaleng
34
3.5. Jaringan Pemasaran