Modal Perkembangan Tenun Ulos di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan 1980-2006

48 bergerak-gerak ketika dipijak. Dengan posisi yang demikian, letak duduk dan kaki sipenenun menjadi tetap tidak berubah-ubah. • Pemapan Pemapan adalah berupa kayu broti atau bambu bulat yang biasanya dipakukan ke dinding rumah tempat bertenun, panjang dan besarnya disesuaikan dengan peralatan tenun. Alat ini berfungsi sebagai penahan peralatan tenun supaya tidak bergeser pada waktu kegiatan bertenun dilakukan. Pada pemapan inilah diikatkan peralatan tenun, terutama diikatkan pada “hapit”, yaitu berupa dua buah potongan kayu dengan permukaan rata disatukan, sehingga dapat menjepit benang lungsin. • Tipak, Balobas, Pambirbir, dan Corot Keempat alat ini terdiri dari bilahan papan tipis yang rata, yang digunakan untuk memisah-misahkan benang lungsin ketika melakukan pembuatan motif atau hiasan kain yang akan ditenun.

3.3. Modal

Modal merupakan hal yang sangat penting bagi kegiatan usaha. Demikian juga halnya modal dalam kegiatan bertenun pada masyarakat Sipirok. Modal bagi masyarakat pengrajin di Sipirok tidak hanya mencakup uang saja, akan tetapi modal juga dapat diartikan sebagai keahlian atau keterampilan dalam bertenun, yang dapat diperoleh melalui pelatihan langsung yang diajarkan oleh penenun yang sudah ahli. Universitas Sumatera Utara 49 Dalam proses bertenun, modal bagi masyarakat Sipirok terdiri dari modal tetap dan modal berjalan. Modal tetap adalah modal yang tidak habis dalam sekali pakai dalam proses produksi, yang terdiri dari peralatan serta sarana untuk bertenun, yang umumnya disebut dengan hasaya oleh masyarakat Sipirok. Modal tetap ini umumnya dimiliki masing-masing penenun karena sifatnya yang masih tradisional dapat dengan mudah dibuat oleh kaum laki-laki di Sipirok dengan menggunakan peralatan yang terdapat di sekitar kawasan tempat tinggal masyarakat Sipirok. Modal berjalan adalah modal yang membiayai pelaksanaan proses produksi, yaitu untuk membeli bahan baku dan biaya operasional lainnya. Modal usaha dalam pembuatan abit godang dan parompa sadunumumnya berasal dari modal milik sendiri. Modal milik sendiri adalah modal awal untuk proses menenun yang bersumber dari keuangan pribadi para penenun sendiri. Penggunaan abit godang dan parompa sadun yang masih dalam konteks pelengkap kegiatan upacara adat, maka para konsumennya adalah masyarakat pendukungnya yang dalam hal ini masih terbatas pada masyarakat Angkola-Mandailing. Sehingga jumlah produksi abit godang dan parompa sadun ketika itu masih sedikit dan kegiatan bertenun dilakukan apabila terdapat pesanan dari konsumen. Untuk memesan abit godang dan parompa sadun, umumnya konsumen langsung menemui para penenun di Sipirok tanpa adanya orang perantara. Jikalaupun menggunakan seorang perantara, dapat dipastikan bahwa konsumen merupakan perantauan diluar daerah Angkola- Mandailing, dan peran perantara hanyalah menghubungkan konsumen dengan penenun Sipirok. Universitas Sumatera Utara 50 Selain modal milik sendiri, terdapat modal yang diperoleh melalui pinjaman dari saudara atau keluarga. Modal pinjaman ini merupakan tambahan untuk modal milik sendiri. Hal ini terjadi apabila penenun tidak memiliki sejumlah uang yang cukup untuk proses bertenun yang masih berkelanjutan. Peminjaman juga dapat dilakukan pada konsumen yang melakukan pemesanan abit godang dan parompa sadun, dan perhitungan pengembalian pinjaman tersebut akan diperhitungkan setelah pesanan abit godang atau parompa sadun tersebut selesai.

3.4. Tenaga Kerja