22
dari Toga Siregar.
23
Secara turun-temurun, sub etnis Mandailing dan Angkola menganut sistem patrilineal yaitu menarik garis keturunan dari pihak ayah. Mempunyai sistem
Mereka merupakan pelopor yang merintis berdirinya tempat- tempat pemukiman yang kemudian berkembang menjadi huta desa. Selanjutnya,
mereka menetap dan berkembang di Sipirok dan kemudian berbaur dengan orang- orang yang datang kemudian ke wilayah Sipirok hingga membentuk satu kesatuan
hidup dan kesatuan budaya yang diikat dengan satu sistem adat istiadat atau sistem nilai budaya yang khas. Selanjutnya, adat istiadat tersebut mereka gunakan secara
terus menerus untuk mengatur cara-cara mereka berinteraksi dalam segala aspek kehidupan mereka. Kesatuan hidup itu sekaligus terikat pula dalam satu identitas
bersama yang muncul dengan satu sebutan, yakni Sipirok, yang hingga kini kesatuan hidup tersebut tetap bereksistensi di Kabupaten Tapanuli Selatan.
2.3 Keadaan Penduduk
Penduduk asli wilayah Tapanuli Selatan memiliki dua jenis suku sesuai dengan daerahnya yaitu Batak Mandailing yang mendiami daerah Mandailing, yang
berbatasan dengan Sumatera Barat dan suku Batak Angkola, yang mendiami daerah bagian utara Kabupaten Tapanuli Selatan seperti Sipirok. Kedua suku ini yaitu Batak
Mandailing dan Angkola menempati sebagian besar dari keseluruhan wilayah Tapanuli Selatan sejak masa tradisional sampai pada saat sekarang ini.
23
Toga Siregar menurut O. Gorga Torsana Siregar dalam bukunya yang berjudul Toga Siregar 1974:6 adalah putra bungsu dari Siraja Lontung yang dilahirkan oleh istrinya Siboru Pareme pada
satu tempat yang bernama Banua Raja. Letaknya di tepi Danau Toba.
Universitas Sumatera Utara
23
kemasyarakatan yang disebut Dalihan Na Tolutiga tumpuan. Sistem kekerabatan ini terdiri dari tiga unsur fungsional yang masing-masing unsur tersebut mempunyai rasa
ketergantungan antara satu dengan yang lainnya, yang berupa ikatan darah geneologis dan ikatan perkawinan. Ketiga kelompok tersebut adalah 1 mora, 2
kahanggi, dan 3 anak boru. Selain itu terdapat sistem sosial berdasarkan garis keturunan yang disebut
marga.
24
Marga merupakan suatu bentuk kelompok kekerabatan kin group yang para anggotanya adalah keturunan dari seorang kakek bersama, oleh karena itu pada
hakekatnya para anggota suatu marga satu sama lain terikat oleh pertalian atau hubungan darah blood-ties.
25
Setiap anggota masyarakat yang mempunyai marga, biasanya menempatkan nama marga di belakang namanya. Orang-orang Mandailing
dan Angkola yang semarga disebut markahanggi.
26
Umumnya sub etnis Mandailing terdiri dari marga-marga seperti Nasution, Lubis, Pulungan, Rangkuti, Batubara,
Daulay, Matodang, Parinduri, Hasibuan dan lain-lain.
27
24
Dalam masyarakat Batak penyebutan sistem klen marga ini berbeda – beda, pada masyarakat Toba, Mandailing-Angkola, dan Simalungun disebut dengan marga, pada masyarakat Karo
dan Pakpak-Dairi disebut merga.
25
Z. Pangaduan Lubis dan Zulkifli B. Lubis, op. cit., hal. 133.
26
Kelompok yang masih satu marga saudara yang masih dekat berabang adik biasanya karena hubungan darah yang masih dekat hubungannya.
27
Pandapotan Nasution, Adat Budaya Mandailing dalam Tantangan Zaman, Medan: Forkala Provinsi Sumatera Utara, 2005, hal. 6.
Adapun sub etnis Angkola umumnya terdiri dari marga-marga seperti Siregar, Harahap, Hutasoit, Rambe,
Ritonga, Pohan, dan lain-lain. Marga-marga tersebut baik Angkola dan Mandailing sebagian bukan merupakan masyarakat asli yang mendiami daerah tersebut, ada juga
beberapa marga yang merupakan pedatang dan mendiami daerah tersebut. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
24
menjadikan wilayah Tapanuli Selatan ditempati oleh penduduk yang heterogen. Masyarakatnya membaur satu sama lain, menjalin interaksi yang saling
berkesinambungan, hingga daerah Tapanuli Selatan sangat identik dengan suku Batak Angkola Mandailing, yang dalam kenyataannya keduanya memang berbeda.
Secara umum, penduduk Kabupaten Tapanuli Selatan menurut data statistik berjumlah 745.961 jiwa di tahun 1980, 954.332 jiwa di tahun 1990, 734.188 jiwa
ditahun 2000. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
25
Tabel II. 2 RATA-RATA PERTUMBUHAN PENDUDUK DARI TAHUN 1980 DAN 1990
No. Kecamatan
Jlh. Penduduk
pada SP. 1980 Jlh.
Penduduk pada SP. 1990
Laju Pertumbuhan
Penduduk
1 Natal
27.424 40.180
3,89 2
Batang Natal
30.444 40.345
2,86 3
Kotanopan 53.687
62.872 1,59
4 Muarasipongi
9.386 9.970
0,61 5
Panyabungan 82.517
99.142 1,85
6 Siabu
50.884 56.237
1,01 7
Batang Toru 33.699
41.436 2,09
8 Batang Angkola
59.462 67.970
1,35 9
Sosopan 14.017
18.574 2,89
10 Sosa
21.471 41.887
6,91 11
Barumun 41.509
52.536 2,38
12 Barumun Tengah
30.860 44.536
3,68 13
Padang Bolak 67.263
87.606 2,68
14 P. Sidimpuan Timur
51.864 -
15 P. Sidimpuan Barat
160.328 57.498
-
16 P. Sidimpuan Selatan
46.221 -
17 P. Sidimpuan Utara
50.498 -
18 Saipar Dolok Hole
17.068 19.834
1,51 19
Sipirok 33.171
37.834 1,35
20 Dolok
21.771 27.721
2,45 Jumlah
754.961 954.245
2,37 Catatan : Tidak termasuk penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap tunawisma,
awak kapal, penghuni perahu rumah apung, dan masyarakat terpencil. : Pada waktu Sensus Penduduk Tahun 1980 masih termasuk Kecamatan
Padang Sidimpuan dan belum terjadi pemekaran. Sumber : Kabupaten Tapanuli Selatan Dalam Angka Tahun 1990.
Universitas Sumatera Utara
26
Tabel II. 3 Jumlah Penduduk Kabupaten Tapanuli Selatan Dirinci Menurut Kecamatan
Tahun 2000 No
Kecamatan Jlh. Penduduk pada SP. 2000
1 Batang Angkola
71.596 2
Sosopan 8.421
3 Barumun
59.416 4
Sosa 50.723
5 Barumun Tengah
54.898 6
Batang Onang 11.550
7 Padangsidimpuan Timur
61.794 8
Siais 24.206
9 Padangsidimpuan Barat
553.274 10
Batag Toru 445.470
11 Sipirok
30.706 12
Arse 8.121
13 Padang Bolak Julu
9.479 14
Padang Bolak 69.209
15 Halongonan
21.741 16
Saipar Dolok Hole 21.684
17 Dolok
20.296 18
Dolok Sigompulon 12.850
19 Padangsidimpuan Selatan
47.973 20
Padangsidimpuan Utara 50.961
Jumlah 734.188
Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2000.
Universitas Sumatera Utara
27
2.4 Kehidupan Ekonomi Masyarakat Sipirok