65
motif ragam hias pusuk robung, bunga ros, lus-lus, jojak dan sebagainya. Akan tetapi, kebebasan berkreasi lebih luas bagi para penenun, termasuk dalam hal pemilihan
warna dan penentuan motif ragam hias.
4.6. Diversifikasi Jenis Produksi
Kain tenun yang dihasilkan dengan menggunakan alat ATBM sudah beraneka ragam, seperti kain bakal baju, kain songket, sajadah, gorden dari kain tenun, kemeja
tenun,hiasan dinding dan sebagainya, dengan menggunakan corak khas yang diambil dari motif kain adat. Produk-produk yang demikian banyak dibuat oleh penenun yang
menggunakan ATBM, misalnya yang terdapat di Hutasuhut, Silangge, Pangurabaan dan Baringin. Dibeberapa desa di Sipirok hingga kini masih terdapat beberapa unit
ATMB bantuan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan yang masih produktif, disamping ATBM milik pribadi para toke atau pengusaha kain tenun di
Sipirok.
4.7. Prospek Jaringan Pemasaran Produk
Pasar merupakan faktor yang sangat penting bagi kalangan penenun untuk dapat menjual produk-produk yang dihasilkan. Tanpa terbukanya pasar yang luas
maka usaha yang mereka geluti tidak akan bertahan atau berkembang. Dalam aspek jaringan pemasaran kain tenunan, pelaku yang terlibat
didalamnya sedikitnya ada tiga yaitu konsumen, toke dan penenun. Konsumen yang menjadi tujuan ataupun sasaran dari penjualan tenun dapat memesan langsung kepada
para partonun tanpa melalui pedagang maupun toke. Kemudian toke, yang berperan
Universitas Sumatera Utara
66
untuk melakukan pesanan tenun kepada penenun dan kemudian meneruskannya kepada pedagang di pasar atau konsumen. Kemudian penenun, yaitu yang bekerja
untuk menenun kain namun dalam suatu waktu dapat juga bertindak sebagai penjual. Konsumen utama untuk tenun kain Sipirok ini adalah warga pendukung
budaya dimana kain tersebut eksis, yaitu masyarakat Tapanuli Selatan. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan masyarakat diluar yang mengidentifikasikannya sebagai
penduduk asli Tapanuli Selatan. Hal ini dikarenakan penganekaragaman produksi yang dilakukan, yang kini lebih kepada kekinian fashionable juga dalam bentuk
souvenir hiasan. Sehingga selain pemasaran diwilayah-wilayah masyarakat pendukungnya, wilayah-wilayah yang menjadi kawasan wisata merupakan salah satu
sasaran pemasaran produk tenun Sipirok. Seperti di Parapat, Porsea, Tarutung, pematang Siantar, Medan hingga Jakarta.
Selain itu oleh Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan serta Dewan Kerajinan dan Kesenian Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, juga memberikan
berbagai kesempatan berupa keikutsertaan dalam pameran yang diadakan secara rutin yang juga menjadi ajang promosi dan pemasaan hasil produksi tenunan Sipirok.
Misalnya kesempatan pameran pembangunan di Kabupaten Tapanuli Selatan, Medan Fair, Pesta Danau Toba, Jakarta Fair dan sejenisnya.
Semua kesempatan demikian secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak positif dalam menunjang pemasaran hasil produksi pertenunan
Sipirok. Jaringan pemasaran yang semakin meluas itu pada gilirannya mendorong kegairahan berusaha para penenun.
Universitas Sumatera Utara
67
BAB V PERANAN PEMERINTAH DALAM PERKEMBANGAN PERTENUNAN DI
SIPIROK 1980-2006 5.1 Memberdayakan Wanita Sipirok
Secara konseptual, memberdayakan empowerment berasal dari kata ‘power’ yang berarti kekuasaan. Karenanya, ide utama memberdayakan bersentuhan dengan
konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan
dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol.
Dengan demikian, memberdayakan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, memberdayakan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan
atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk idividu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka memberdayakan
menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan
dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial serta memiliki kepercayaa diri, mampu menyampaikan
Universitas Sumatera Utara
68
aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
41
Pemberdayaan wanita Sipirok oleh pemerintah daerah dalam kegiatan bertenun pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
tiap keluarga di Sipirok, yang pada akhirnya diharapkan membawa dampak yang positif bagi daerah Tapanuli Selatan terkhusus wilayah Kecamatan Sipirok. Meskipun
Dari penjabaran diatas, hal ini dapat terlihat pada masyarakat Sipirok diberdayakan oleh pemerintah daerah. Pemberdayaan maasyarakat Sipirok oleh
pemerintah daerah adalah bertujuan untuk mengupayakan tingkat kesejahteraan yang lebih baik bagi masayarakat Sipirok. Masyarakat Sipirok adalah masyarakat yang
sangat bergantung pada sektor pertanian, padahal jika dilihat dari keadaan geografis wilayah Sipirok bukan merupakan wilayah yang luas untuk kegiatan pertanian. Selain
itu waktu luang yang dimiliki petani ketika selesai menanam padi begitu banyak. Sehingga agar waktu luang ini dapat menghasilkan perlu dilakukan kegiatan yang
positif. Seperti yang sudah diketahui pertenunan sudah sejak lama dilakukan oleh
masyarakat Sipirok, sehingga kegiatan bertani sering diselingi dengan kegiatan bertenun. Oleh pemerintah daerah melihat peluang ini, agar dapat memberdayakan
wanita Sipirok, baik yang berprofesi sebagai petani maupun anak gadis yang putus sekolah atau pengangguran.
41
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Refika Aditama: Bandung, 2009, hal. 59-60.
Universitas Sumatera Utara
69
data statistik mengenai pengaruh pertenunan terhadap tingkat kesejahteraan keluarga di Sipirok belum dapat didata diprediksi. Akan tetapi melihat banyaknya wanita
Sipirok yang diberdayakan menjadi penenun terus menerus bertambah setiap tahunnya.
5.2. Bantuan Alat Tenun Bukan Mesin