71
5.3 Pelatihan Tenaga Kerja
Proses belajar menenun biasnaya berlangsung sekitar 1 bulan, tergantung pada tingkat apresiasi dan bakat seseorang dalam menerima pelajaran latihan. Setelah
pandai atau cukup mampu, seorang gadis akan mulai menekuni pekerjaannya sebagai penenun.
Ketika Alat Tenun Bukan Mesin sudah diperkenalkan kepada para penenun di Sipirok, oleh Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan serta Dewan Kerajinan
Nasional Daerah Tapanuli Selatan juga memberikan kesempatan magang atau pelatihan kepada anak-anak gadis yang berminat belajar menenun, melalui balai-balai
pertenunan yang dikelola dan dibina oleh kantor dinas tersebut. Orientasi pelatihan lebih kepada menenun kain songket atau bakal baju serta modifikasi ragam hias.
Dukungan total pemerintah terhadap pengembangan pertenunan di Sipirok sangat diharapkan guna memperluas pasar kain tenunan Sipirok. Seperti pada tahun
2006, pemerintah khususnya Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan beserta Dewan Kerajinan Nasional Daerah Tapanuli Selatan telah mengundang dan
melibatkan sejumlah perancang busana dan desainer tekstil untuk membantu para penenun membuat kain tenun yang berkualitas dengan motif yang sesuai dengan
selera pasar, diantaranya adalah Samuel Wattimena untuk tenun Sumatera utara, Tuty Cholid untuk tenun Bali, dan Ghea S. Panggabean untuk tenun Sumatera Selatan.
45
45
Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tapanuli Selatan, Standarisasi dan Proses Produksi Kerajinan Tenun dan Manik-Manik, Tanpa Kota dan Penerbit, 2008, hal. 29.
Universitas Sumatera Utara
72
Pelatihan-pelatihan yang dilakukan dengan mendatangkan para desainer ini diharapkan membuka cakrawala baru serta menggali kreatifitas masyarakat penenun
Sipirok dalam menghasilkan sebuah hasil tenunan yang sesuai dengan selera pasar. Dari hasil-hasil pelatihan yang dilakukan terdapat motif-motif baru yang diciptakan
oleh para penenun, misalnya motif angkar yang kini sangat sering dijumpai dalam produk-produk tenun masyarakat Sipirok. Motif ini diciptakan oleh seorang pengrajin
bernama Advenius Ritonga yang kini lebih sering disebut “bapak angkat” bagi para penenun di Sipirok.
46
Kegiatan promosi merupakan hal yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu kegiatan usaha. Hal ini sangatlah disadari oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Tapanuli Selatan, khusunya yang Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah Tapanuli Selatan yang menangani langsung para
penenun di Sipirok. Para penenun yang dibina oleh Pemerintah Daerah Tapanuli Selatan ini juga sering diikutsertakan dalam pameran-pameran di daerah-daerah,
seperti keikutsertaan dalam pameran kebudayaan di Porsea 1990, di Binjai 1991, Sibolga 1992, Sipirok 1993
5.4. Kain Tenun Sebagai Ikon Sipirok