Alat Tenun Bukan Mesin

54 tetapi sudah dipergunakan untuk keperluan lain misalnya sebagai cinderamata atau souvenir. Adanya transformasi nilai budaya memungkinkan usaha pertenunan berkembang dan usaha seperti ini telah menemukan dimensi baru dalam kehidupan masyarakat Sipirok, karena produksi mereka tidak hanya diarahkan untuk konsumen setempat yang memerlukannya dalam berbagai aktivitas upacara adat melainkan juga diarahkan ke pasar yang lebih luas.

4.1. Alat Tenun Bukan Mesin

Alat Tenun Bukan Mesin ATBM adalah alat tenun dengan tingkat teknologi pertenunan yang sudah lebih maju, menggunakan peralatan rangka kayu yang gerakan mekanisnya dihasilkan oleh tenaga manusia. 35 Hadirnya Alat Tenun Bukan Mesin diantara para pengrajin tenun Sipirok adalah salah satu bentuk dukungan pemerintah daerah Kabupaten Tapanuli Selatan. Alat Tenun Bukan Mesin ini pertama kali diberikan oleh pemerintah daerah Kabupaten Tapanuli Selatan pada tahun 1985 sebanyak 20 unit, yang masing – Alat ini merupakan perombakan dari alat berpenahan pinggang menjadi alat penggerak kaki. Alat Tenun Bukan Mesin ini digerakkan oleh injakan kaki yang mengatur naik turunnya benang, yang dipergunakan sambil duduk di kursi yang menyatu dengan kerangka kayu Alat Tenun Bukan Mesin ini. 35 Dinas Perindustrian Perdagangan dan KoperasiUKM Kabupaten Tapanuli Selatan, Standarisasi dan Proses Produksi Kerajinan Tenun dan Manik, Tanpa Kota dan Penerbit, 2008, hal. 17. Universitas Sumatera Utara 55 masing berharga Rp. 350.000,-. Bantuan ATBM tersebut antara lain diberikan kepada pengrajin di desa Hutasuhut 8 unit, Silangge 6 unit, Padang Bujur 2 unit, Pangurabaan 1 unit, Baringin 2 unit, dan Paran Padang 1 unit. 36 Alat Tenun Bukan Mesin yang digunakan oleh masyarakat penenun di Sipirok adalah Alat Tenun Bukan Mesin jenis dobby. Alat tenun ini adalah alat tenun yang umum ditemukan dikerajinan tenun di Sumatera Utara. Alat tenun jenis ini dapat menghasilkan beberapa macam corak serta anyaman, dimana alat ini dapat dilengkapi dengan 16 buah gun. Alat Tenun Bukan Mesin ini lebih dikenal masyarakat Sipirok dengan sebutan Silungkang, sehingga kain tenunan dari hasil alat tenun ini juga dikenal sebagai kain tenun Silungkang oleh masyarakat Sipirok. 37 1. Jugukan atau tempat duduk ketika sedang menenun. Pada alat tenun ini dilengkapi dengan tempat duduk yang menyatu dengan alat tenun. Penganekaragaman jenis produksi tenun seperti kain sarung atau songket, hiasan dinding, taplak meja, gorden, sajadah, bakal baju dan sebagainya, dimulai dari pengenalan alat tenun jenis ini. Berikut ini akan dijelaskan bagian-bagian serta fungsi-fungsi yang terdapat pada Alat Tenun Bukan Mesin, yaitu: 36 Ahmad Husin Ritonga,dkk., op.cit., hal. 64. 37 Dinas Perindustrian Perdagangan dan KoperasiUKM Kabupaten Tapanuli Selatan, Op.cit., hal. 18. Universitas Sumatera Utara 56 2. Gun atau Guyun, adalah bagian alat tenun yang terdiri dari empat buah, yang biasanya terbuat dari kawat baja untuk menyusun benang. Gun berfungsi untuk mengatur naik turunnya benang ketika berlangsung proses menenun. 3. Suriatau sisir tenunan yang berfungsi untuk merapatkan benang sewaktu terjadi proses menenun kain. 4. Tijak-tijak, yaitu alat untuk mengatur naik turunnya gun ketika terjadi proses menenun, alat ini diinjak dengan kaki untuk menurun dan menaikkan gun sebagai kontrol benang dan motif. 5. Teropong, sebagai tempat atau alat pembawa palet pada waktu terjadi peluncuran benang atau penjalinan benang. Bentuk dan besarnya teropong harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga dapat menjalin benang dengan baik. 6. Boom, adalah alat untuk penggulung benang lungsin. Boom memiliki panjang 140 sampai 150 cm, dan lebar 20 cm dengan ketebalan 4 cm. Boom dipasangkan pada dua buah balok yang dipahat. Alat Tenun Bukan Mesin ini dapat menghasilkan lembaran kain ukuran 2,5 meter dengan kisaran harga Rp. 200.000,- hingga Rp. 500.000,-, akan tetapi, terdapat juga dengan harga diatas Rp. 1.000.000,- sesuai dengan penggunaan bahan dasar kain tenun tersebut. Pertambahan jumlah Alat Tenun Bukan Mesin ini selanjutnya sangat dipengaruhi oleh keberadaan toke ataupun pengusaha kain tenun ini. Para toke Universitas Sumatera Utara 57 ataupun Pengusaha kain tenun ini membeli Alat Tenun Bukan Mesin ini secara pribadi melalui untung yang diperoleh dari hasil penjualan kain tenun sebelumnya.

4.2. Bahan Baku