menutup doujonya dan melarang penggantinya, Kakuzenbo Inshun untuk mengajarkan seni bela diri.
Beberapa tahun kemudian tradisi tombak Hozoin dihidupkan kembali oleh Inshun yang telah menjadi biksu kepala di kuil tersebut. Inshun inilah yang ditantang
Musashi untuk bertarung melawannya. Pada pertarungan ini, Musashi bersenjatakan sebilah pedang kayu pendek, dan
Inshun dengan kamayari tombak sabit. Musashi mengalahkannya dalam dua kali pertarungan berturut-turut. Inshun tidak sakit hati karena dikalahkan Musashi, ia
justru begitu terkesan sehingga menjamunya dan berbincang-bincang tentang seni bela diri sampai pagi. Musashi lalu berterima kasih pada lawannya dan melanjutkan
perjalanannya.
2.5.6 Pertarungan Musashi Melawan Shishido Baiken
Pada tahun1607, ketika Musashi tengah melewati provinsi Iga, ia bertemu dengan seorang lelaki yang hanya dikenal dengan nama keluarganya, Shishido.
Shishido ahli dalam permainan sabit dan rantai yang disebut dengan kusarigama. Shishido tinggal di bagian pegunungan wilayah Iga yang terpencil, dimana ia bertani
dan secara tidak resmi membuka sebuah pandai besi, tempat ia membuat senjatanya sendiri.
Pertarungan antara Musashi dan Shishido berlangsung di sebuah ladang terbuka. Musashi bertarung di bawah pengawasan ketat sejumlah pengikut lawannya.
Universitas Sumatera Utara
Shishido berhasil mengunci pedang Musashi dengan rantainya, lalu ia melangkah pelan untuk menyudahinya dengan sabit. Tetapi Musashi mendadak menghunuskan
wakizashi pedang pendek dan melemparkannya seperti sebilah shuriken, yang menembus dada orang itu hingga tewas. Semua pengikut Shishido yang terguncang
segera menghunuskan pedang dan menyerbu ke arah Musashi. Namun, Musashi justru mengejar mereka dan mereka pun bubar, lari ke segala penjuru.
2.5.7 Musashi dan Kesenian 2.5.7.1 Musashi dan Seni Lukis
Selain mahir dalam bermain pedang, Musashi juga ahli dalam kesenian. Seni yang pertama kali dikenal Musashi adalah melukis. Tidak jelas kapan persisnya
Musashi mulai melukis, tetapi pada usia tiga belas tahun ia membuat sebuah lukisan Daruma di kuil Shoren’in di Hirafuku di Harima, tempat ia tinggal setelah
meninggalkan rumah ayahnya dan mendapat pendidikan formal dan di bawah pengawasan pamannya, biksu Dorinbo.
Musashi mengatakan dengan jelas dalam Kitab Lima Lingkaran bahwa ia tidak pernah memiliki guru untuk belajar jalan pedang atau jalan-jalan lain yang ia
praktikkan, dan kita hanya bisa beranggapan bahwa hal itu juga terjadi pada seni suibokuga Wilson, 2005: 117. Suibokuga adalah lukisan tinta India monokrom yang
diimpor ke Jepang dari Cina di zaman Kamakura 1192-1333. Musashi juga menuliskan dalam Kitab Lima Lingkaran: “Dengan prinsip-prinsip seni bela diri,
orang membuka jalan bagi seni dan pencapaian lain, dan tidak akan keliru memahami
Universitas Sumatera Utara
mereka.” Dari kutipan di atas dapat dikatakan bahwa sekalipun Musashi memiliki guru dalam seni, maka gurunya adalah jalan pedang.
Di usia tua, apalagi setelah kematian seorang daimyo yang merupakan sahabatnya, Hosokawa Tadatoshi, Musashi semakin menutup diri dan lebih banyak
meluangkan waktunya untuk berkosentrasi pada seni. Selain itu ia juga semakin meningkatkan pelajaran tentang meditasi Zen. Dalam tradisi para pelukis Buddhis
Zen, Musashi kebanyakkan melukis para tokoh Zen dan pemandangan burung serta hewan lainnya.
Beberapa lukisan Musashi yang paling tersohor adalah lukisan burung, dan di antara lukisan itu, Burung Tengkek di atas sebuah Cabang Layu adalah karya
terbesarnya, dan saat ini lukisan tersebut tersimpan di Museum Seni Kuboso di Izumi. Sebuah lukisan lain yang menunjukkan kepiawaian Musashi dalam memainkan kuas
serta pengamatannya yang tajam terhadap alam, sekaligus juga memberikan pemahaman tentang wawasan Musashi tentang permainan pedang, adalah lukisan
seekor burung Kasa yang saat ini tersimpan sebagai koleksi keluarga Hosokawa. Tokoh Zen yang banyak dilukis oleh Musashi adalah Daruma dan Hotei. Ada
dua karyanya yang paling terkenal tentang patriark Zen yang betul-betul memikat perhatian. Yang pertama adalah lukisan Daruma yang menunjukkan kosentrasi Zen
penuh, dengan mata terpusat tajam ke arah hidungnya, dan mulut tertarik ke bawah dalam sikap ketetapan hati yang bergeming, yang lain adalah lukisan tiga perempat
wajah tokoh Zen tersebut dengan garis penuh teka-teki yang bisa mengisyaratkan apa pun juga, dari kemarahan sampai penyesalan diri. Musashi juga melukis Hotei yang
Universitas Sumatera Utara
sedang menonton sabung ayam. Lukisan ini sebenarnya bukan karya orisinal Musashi, karena pernah dilukis oleh pelukis Cina, Liang K’ai dan pelukis Jepang, Kaiho Yusho.
Sejumlah orang beruntung memiliki karya-karya Musashi tergerak untuk menorehkan tulisan mereka sendiri di atas latar lukisan-lukisan itu. Salah satu karya
yang berisi tulisan seperti itu adalah lukisan Hotei yang gendut dan bahagia, dengan kantong besarnya tergantung pada tongkat yang ditopang oleh bahu si biksu. Pada
lukisan itu tertulis sebuah syair yang ditulis oleh Hoshina Masayuki, seorang cendekiawan dan administrator dalam pemerintahan Aizu Wakamatsu.
Semua lukisan suibokuga Musashi memang unik dan ini perlu ditegaskan lagi, memberi kita suatu gambaran tentang kehidupan spiritual yang tidak dapat kita
temukan dalam sejarah kehidupan atau tulisan-tulisannya sendiri Wilson, 2005: 139.
2.5.7.2 Musashi dan Kaligrafi
Seperti para seniman dan cendikiawan Zen baik dari Cina maupun Jepang, Musashi juga menciptakan kaligrafi, dan dengan intensitas yang sudah menjadi ciri
khasnya. Perlu diingat bahwa ia tengah berjalan pulang dari pelajaran kaligrafi pada usia tiga belas tahun ketika melihat tantangan pertarungan pedang yang dipasang oleh
Arima Kihei. Kaligrafi Musashi yang paling terkenal dan masih bertahan sampai saat ini
adalah sebuah gulungan kertas bertuliskan 戦
氣 senki, atau “semangat
pertempuran”, dalam huruf berukuran besar dan diikuti oleh huruf-huruf kecil yang
Universitas Sumatera Utara
berbunyi, “Arus dingin menahan rembulan, kejernihannya seperti kaca rias.” Karya ini tersimpan sebagai koleksi keluarga Matsui.
2.5.7.3 Musashi dan Patung Fudo Myo-o
Bidang-bidang seni Musashi menonjol, nyaris seluas bidang-bidang seni pemoles pedang di Kyoto, Hon’ami Koetsu. Kemampuan-kemampuannya yang
didasarkan pada permainan pedangnya mencakup suibokuga dan kaligrafi, dan kedua bidang seni ini diperhalus lagi dengan belajar syair Cina serta mempraktikkan
meditasi Zen. Ada satu lagi bidang seni yang dikuasai Musashi, yaitu seni pahat. Karyanya
adalah sebuah patung kayu yang menampilkan dewa Fudo Myo-o yang secara harafiah berarti “Raja Terang yang Bergeming”, yang selalu siap untuk
menumbangkan musuh-musuh Budha. Patung kecil itu menampilkan Fudo Myo-o dengan kedua kaki tertancap kuat di tanah, memegang sebilah pedang tunggal yang
diacungkan tegak di sisi kanannya. Dengan mata menyala, mulut terkatup rapat, dan kening mengernyit tanda ketetapan hati, serta di belakang dan sampingnya dikitari
oleh nyala api.
Universitas Sumatera Utara
2.5.8 Biografi Inoue Takehiko
Inoue Takehiko lahir pada tanggal 12 Januari 1967 di Okuchi, Kagoshima. Ia adalah seorang mangaka terkenal dengan karyanya yang berjudul Slam Dunk, yang
sukses besar di Jepang dan di luar Jepang. Banyak karyanya yang mengangkat tentang basket, karena Inoue adalah penggemar olahraga itu. Dengan Slam Dunk,
anak-anak di Jepang dan mungkin di luar Jepang mulai bermain basket. Hal ini membuat olahraga basket popular di Jepang dan di Asia Timur.
Sebelum debutnya, Inoue adalah salah seorang asisten Hojo Tsukasa dalam manga City Hunter. Debutnya dimulai di majalah Shonen Jump pada tahun 1988
dengan manga berjudul Chameleon Jail. Inoue mencapai ketenaran dengan manga keduanya, Slam Dunk yang
menceritakan tentang tim basket SMA Shohoku. Manga ini pertama kali diterbitkan di Shonen Jump Shueisha di Jepang pada tahun 1990-1996 dan telah terjual lebih dari
100 juta kopi di Jepang saja. Pada tahun 1995, ia menerima Shogakukan Manga Awards untuk kategori Shonen dan pada tahun 2007, Slam Dunk telah dinyatakan
sebagai manga terfavorit di Jepang. Slam Dunk juga telah diadopsi menjadi sebuah serial anime tv.
Karya berikutnya adalah Buzzer Beater, sebuah kolaborasi dengan ESPN stasiun tv olahraga terkenal di barat pada tahun 1997. Manga yang bercerita tentang
tim basket dari Bumi yang mencoba untuk bersaing di tingkat intergalaksi ini ada di situs web resminya dalam empat bahasa, yaitu Jepang, Inggris, Cina, dan Korea.
Universitas Sumatera Utara
Beater Buzzer diproduksi menjadi serial anime pada tahun 2005 dan di tahun 2007, season keduanya diproduksi oleh TMS Entertaiment.
Vagabond adalah karya Inoue berikutnya yang diadaptasi dari novel karya Yoshikawa Eiji, yaitu Musashi yang dikerjakannya pada tahun 1998. Dengan manga
ini, Inoue menerima Kodansha Manga Awards pada tahun 2000 dan Osamu Tezuka Culture Award pada tahun 2002.
Sementara masih bergulat dengan Vagabond, Inoue mulai mengerjakan Real, manga basket ketiganya yang berfokus pada pemain basket kursi roda. Ia menerima
pernghargaan Excellence di Media Jepang pada tahun 2001 berkat manga ini. Vagabond dan Real adalah manga karyanya yang sampai saat ini belum ia
tamatkan. Karena masalah kesehatannya, ia vakum cukup lama sebagai mangaka. Ia sempat berkata bahwa manga Vagabond dan Real nantinya akan menjadi karya
terakhirnya. Selain sebagai mangaka, Inoue juga bekerja sebagai desainer karakter untuk game RPG, Odyssey Mistwalker Lost yang dirilis untuk konsol Xbox 360.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejarah secara sempit adalah sebuah peristiwa manusia yang bersumber dari realisasi diri, kebebasan dan keputusan daya rohani. Sedangkan secara luas, sejarah
adalah setiap peristiwa kejadian. Dalam Wikipedia Indonesia http:id.wikipedia.orgwikiSejarah sejarah dapat diartikan sebagai kejadian dan
peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Walsh 1967: 18 mengatakan:
History is not just a plain record of past events, but what I shall call later a ‘significant’ record
—
an account in which events are connected together. Sejarah bukan hanya catatan sederhana mengenai peristiwa masa lalu, tapi
merupakan catatan yang signifikan, di mana peristiwa-peristiwa tersebut terhubung bersama-sama.
Catatan itu meliputi tidakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman manusia di masa lampau pada hal-hal yang penting sehingga merupakan cerita yang berarti.
Ali 1965: 7-8, mengemukakan pengertian sejarah mengacu dalam tiga makna:
Universitas Sumatera Utara