pendekar yang matang dari aliran Shinto-ryu, di kota ia dipandang rendah layaknya seekor ular atau kalajengking.”
2.5.4 Pertarungan Musashi Melawan Klan Yoshioka
Pada tahun 1604, pada usia 21 tahun Musashi memasuki Kyoto dengan niat melawan para maestro pedang di kota itu. Klan Yoshioka adalah klan dengan
permainan pedang yang paling dihormati pada zaman itu. Mendengar hal itu, Musashi tentu saja mendatangi klan tersebut untuk menantang kepala klan Yoshioka
yang saat itu adalah Yoshioka Seijuro kepala klan Yoshioka generasi keempat. Yoshioka generasi pertama adalah Yoshioka Kenpo, dengan nama pribadi
Naomoto, seorang ahli celup warna hitam dan warna teh di wilayah Shijo di Kyoto. Karena jasa Naomoto yang besar dalam perang, Yoshiharu, shogun Ashikaga kedua
menjadikannya instruktur Yoshioka pertama bagi generasi itu. Generasi kedua adalah adik lelakinya, Naomitsu yang juga mengambil nama
Kenpo menjadi instruktur seni bela diri bagi klan Ashikaga. Putra Naomitsu, Naokata, menjadi instruktur generasi ketiga bagi Shogun Ashikaga kelima belas dan terakhir,
Yoshiaki. Yang terakhir adalah putra-putra Naokata, Seijuro dan Denshichiro. Keputusan Musashi untuk menantang Seijuro tidak sembarangan. Dengan
mengalahkan Seijuro, ia tidak hanya menunjukkan pada seluruh dunia apa yang bisa ia lakukan, tetapi juga menunjukkan satu dua hal pada ayahnya, Munisai, yang masih
mengajar seni bela diri di Kyushu.
Universitas Sumatera Utara
Satu generasi sebelumnya, Shogun Ashikaga mengundang Munisai untuk melakukan perbandingan teknik dengan instruktur pedangnya, Yoshioka Naokata.
Kokura Hibun menyajikan uraian pendek mengenai hal itu: “Dengan batas tiga pertarungan, Yoshioka unggul satu kali dan Shinmen menang dua kali. Pada waktu
itu Shinmen Munisai dihadiahi julukan ahli bela diri tanpa tandingan di bawah matahari.”
Dengan alasan ingin menghapus sisa aib yang melekat pada nama keluarganya, Seijuro menerima tantangan Musashi, sekalipun Musashi dianggap tidak
mempunyai pengalaman, status, dan keahliannya barangkali tidak seberapa. Tempat pertarungan itu ditetapkan di luar Kyoto, di sebuah padang rumput di
dekat kuil Rendaiji. Seijuro bersenjatakan sebilah pedang sungguhan, sementara Musashi membawa senjata yang kelak menjadi ciri khasnya bokuto pedang kayu.
Dalam Kokura Hibun digambarkan pertarungannya sebagai berikut : Musashi dan Seijuro bertarung dengan kekuatan naga dan harimau di Padang
Rendaiji di luar Kyoto. Namun, dengan satu pukulan pedang Musashi, Seijuro ambruk dan tidak sadarkan diri. Sebelumnya telah diatur bahwa pertarungan akan
berakhir dengan satu pukulan tunggal, dan karenanya nyawa Seijuro selamat. Murid- muridnya membawanya pergi di atas sebuah usungna dan merawatnya sampai
kesehatannya pulih kembali. Akhirnya ia meninggalkan seni bela diri dan menjadi seorang biksu Budha.
Universitas Sumatera Utara
Setelah kekalahan Seijuro, keluarga Yoshioka berniat untuk mengembalikan nama baik mereka dengan menantang Musashi. Maka diaturlah pertarungan kedua,
kali ini yang menghadapi Musashi adalah adik Seijuro, Denshichiro. Pertarungan diselenggarakan di luar Kyoto pada jam yang sudah ditentukan.
Pertarungan ini berjalan begitu singkat. Musashi datang terlambat pada jam yang sudah ditentukan. Hal ini membuat Denshichiro marah dan melakukan serangan yang
agresif yang didasarkan pada kemarahan. Musashi mengelakan serangan itu, melemparkan pedang dari tangan lawannya, dan menusuknya sampai tembus.
Menurut sejumlah catatan, Denshichiro roboh persis di tempat dia berdiri, dan tewas. Kemudian murid-murid Yoshioka berniat melakukan adauchi balas dendam
terhadap Musashi. Diaturlah satu pertarungan lagi dengan Musashi. Kali ini melawan anak Seijuro, Matashichiro. Namun pertarungan ini hanya jebakan. Rencana
sebenarnya adalah pertempuran besar-besaran. Pertempuran tersebut berlangsung di pinggiran Kyoto, di hutan pinus dekat kuil Ichijoji. Yang melawan Musashi adalah
keluarga Yoshioka yang berjumlah lebih dari seratus orang bersenjata lengkap. Musashi yang mengetahui rencana tersebut menunggu kedatangan klan
Yoshioka. Musashi tiba-tiba melompat dari belakang hutan pinus dan menyerang klan Yoshioka satu per satu. Dengan memanfaatkan kepanikan masal, Musashi
menggiring gerombolan itu persis seperti menggiring ternak, memotong mereka satu per satu sebelum akhirnya menghilang lewat rute yang telah ia rencanakan. Begitulah
Musashi menghabiskan seluruh klan Yoshioka.
Universitas Sumatera Utara
2.5.5 Pertarungan Musashi Melawan Hozoin Inshun