- Bahan pembuat api yang terdiri dari batu pematik, baja, dan ranting-ranting
kering. -
Alat makan yang terdiri dari selembar pembungkus jerami untuk membungkus sisa nasi atau makanan lain, dan sebuah guci bambu.
- Lain-lain berupa surat izin perjalanan, kertas, satu set kuas dan tinta, obat-
obatan, gunting, sandal jerami, tali rami, dan caping. Semua shugyosha pasti membawa sebagian besar barang di atas. Demikian
juga Musashi yang merupakan seorang shugyosha juga pasti membawa barang- barang tersebut ketika melakukan perjalanan. Daftar itu mirip sekali dengan barang-
barang yang dibawa oleh para biksu keliling. Perbedaannya, di luar barang-barang di atas, para biksu tidak akan membawa seperangkat pedang Wilson, 2005: 271-272.
2.5 Musashi
2.5.1 Asal Usul Musashi
Semasa kecil Musashi dikenal dengan nama Miyamoto Bennosuke. Nama “Musashi” diperkirakan dan diambil dari nama seorang biarawan bernama
Musashibō Benkei yang bertugas di bawah Minamoto no Yoshitsune.
Ayah Musashi adalah Hirata Munisai, tapi karena dia adalah seorang samurai pemilik tanah dengan status hamba senior bagi klan Shinmen, maka dia
diperbolehkan memakai nama keluarga itu. Keluarga Shinmen merupakan pilar komunitas prajurit di Mimasaka, dan nenek moyangnya adalah Tokudaiji Sanetaka,
Universitas Sumatera Utara
keturunan generasi ke-28 dari Fujiwara Kamatari yang terkenal. Karena terlibat dalam upaya pemulihan kembali kekuasaan Kaisar Godaigo antara tahun 1334 dam
1338, Saneraka diasingkan ke Awai-no-cho di Mimasaka. Anak lelakinya, Tokuchiyo pergi ke Kyoto dan memohon pengampunan shamen;
赦 免 bagi kejahatan-
kejahatan keluarga itu. Pengampunan diberikan. Klan itu diberi status prajurit dan diubah namanya menjadi Shinmen
新免 , yang berarti “yang baru saja diampuni”.
Tokuchiyo yang kemudian disebut Shinmen Norishige, menikahi anak perempuan Akamatsu Sadanori, gubenur Mimasaka; anak lelakinya Naganori juga menikah
dengan salah seorang anggota klan Akamatsu Wilson, 2005:14-15. Kemudian ayah Munisai menikah dengan salah satu anggota Shinmen dan
istri pertama Munisai, Omasa adalah anak perempuan Shinmen Munesada, Shinmen generasi keempat. Karena genelogi inilah Musashi kadang-kadang menyatakan nama
lengkapnya Shinmen Musashi Fujiwara Genshin Wilson, 2005:15. Dengan demikian Munisai menjadi penguasa kecil di desa Miyamoto,
propinsi Mimasaka. Rumahnya adalah sebuah mansion gaya lama yang dikitari dengan pekarangan yang bagus dan dikelilingi tembok batu, serta sebuah doujo. Di
rumah inilah Musashi kecil bermain-main. Musashi sendiri dalam bukunya Go Rin Sho Book of Five Rings
menyatakan bahwa ia dilahirkan di Harima. Tetapi ada sejumlah lokasi yang secara resmi menyatakan diri sebagai tempat kelahiran Musashi. Desa Miyamoto, Sanomo-
mura di provinsi lama Mimasaka sekarang di Ohara-machi, Aida-gun, Prefektur
Universitas Sumatera Utara
Okayama mengaku bahwa Omasa, istri pertama ayah Musashi, adalah ibu Musashi yang sebenarnya, dan bahwa Musashi dilahirkan di sana. Memang, Miyamoto-mura
kojicho, sebuah edisi salinan dari catatan desa yang lebih panjang dan disusun pada tahun 1689, menyatakan bahwa seorang lelaki bernama Miyamoto Muni dan anak
lelakinya, Musashi, tinggal di sebuah rumah di Miyamoto antara tahun 1575 dan 1596. Namun, menurut teori yang lain, ibu sejati Musashi adalah Yoshiko dan tempat
kelahiran Musashi adalah desa Hirafuku, di Sayo-gun, di provinsi lama Harima sekarang Prefektur Hyogo. Sebuah lokasi lain lagi, desa Miyamoto, Iho-gun, di
Harima sekarang Taishimura di Prefektur Hyogo menyatakan Musashi lahir di sana, berdasarkan pernyataan dalam Harima no kagami, yang ditulis pada tahun 1762.
Selain itu, masih banyak desa lain yang mengajukan kalim serupa Wilson, 2005:270- 271.
Tidak lama setelah Musashi dilahirkan, Munisai menceraikan istri keduanya Yoshiko yang merupakan ibu Musashi. Setelah bercerai, Yoshiko kembali ke
rumahnya di Harima. Karena hubungan Musashi dan sang ayah mulai memburuk, Musashi kecil sering melakukan perjalanan sulit melewati gunung-gunung untuk
mengunjungi Yoshika dan keluarga ibunya, sampai ia akhirnya membagi waktu antara Harima dan Mimasaka.
Pada suatu hari, hubungan Musashi dengan ayahnya meruncing. Cerita berikut ini ditemukan dalam Tanji hokin hikki :
Universitas Sumatera Utara
Bennosuke memperhatikan seni bela diri ayahnya sejak ia masih sangat muda. Ketika bertambah besar, sedikit demi sedikit mulai melontarkan komentar-komentar
kritis. Munisai mulai menganggap anak itu tidak menyenangkan, sekalipun itu anak lelakinya sendiri. Pada suatu hari, ketika Munisai sedang membuat sebuah tusuk gigi,
anak lelakinya mendekat dan mulai mengkritik teknik jitte-nya. Saking marahnya, Munisai mengambil belati yang ia gunakan untuk menyayat tusuk gigi itu, dan
melemparkannya ke arah anak lelakinya seakan-akan itu sebuah shuriken. Bennosuke juga mengelakkan senjata itu, yang lantas terbenam dalam tiang kayu di belakangnya.
Munisai menjadi semakin marah, mengeluarkan pedang pendeknya dan menggunakannya juga sebagai shuriken. Bennosuke juga mengelakkan pedang
pendek itu dengan baik dan lari ke luar. Sejak itu ia tidak pernah kembali ke rumah itu, dan memilih tinggal bersama seorang biksu yang masih sekerabat dengan ibunya
di Banshu. Begitulah ia meninggalkan kota kelahirannya Wilson, 2005:16-17.
2.5.2 Musashi Dalam Pertempuran Sekigahara