2.5.5 Pertarungan Musashi Melawan Hozoin Inshun
Tidak lama setelah Musahi mengalahkan klan Yoshioka, ia mengalihkan perhatian pada bentuk seni bela diri lain, dan mengayunkan kaki ke arah ibu kota
kuno, Nara. Tujuannya adalah menantang biksu Nara terkuat di Kuil Hozoin, sebuah cabang kuil dari Kifukuji yang terkenal.
Para biksu di kuil Hozoin terkenal dengan keahliannya memainkan tombak dan gaya permainannya dikenal dengan gaya Hozoin. Generasi pertama dari teknik
tombak gaya Hozoin adalah Kakuzenbo Hoin In’ei. Ia mula-mula mempelajari permainan tombak di bawah Daizen Taibu Shigetada, lalu ia pernah dikalahkan oleh
pendekar pedang terkenal Kamiizumi Ise no Kami yang kemudian bersama sahabatnya yang juga pernah dikalahkan oleh Kamiizumi, Yagyu Muneyoshi
Sekishusai menjadi murid Kamiizumi. Di bawah bimbingan Kamiizumi, In’ei menjadi ahli dalam permainan pedang dan tombak, tetapi spesialisnya adalah tombak
bermata dua. Karena kecintaan akan senjata, In’ei diusir dari kuil Hozoin. Ia memanfaatkan
kesempatan itu untuk berkelana ke berbagai provinsi dan menemui ahli-ahli bela diri sebelum ia diizinkan kembali ke kuil. Salah satu ahli bela diri yang ia temui adalah
Daizen. Berdasarkan ajaran Daizen, In’ei mengembangkan jurus kamayari, atau tombak-sabit.
Sebelum meninggal di usia 87 tahun, In’ei sadar bahwa para biksu seharusnya tidak menyentuh instrumen kekerasan seperti ilmu bela diri. Oleh karena itu ia
Universitas Sumatera Utara
menutup doujonya dan melarang penggantinya, Kakuzenbo Inshun untuk mengajarkan seni bela diri.
Beberapa tahun kemudian tradisi tombak Hozoin dihidupkan kembali oleh Inshun yang telah menjadi biksu kepala di kuil tersebut. Inshun inilah yang ditantang
Musashi untuk bertarung melawannya. Pada pertarungan ini, Musashi bersenjatakan sebilah pedang kayu pendek, dan
Inshun dengan kamayari tombak sabit. Musashi mengalahkannya dalam dua kali pertarungan berturut-turut. Inshun tidak sakit hati karena dikalahkan Musashi, ia
justru begitu terkesan sehingga menjamunya dan berbincang-bincang tentang seni bela diri sampai pagi. Musashi lalu berterima kasih pada lawannya dan melanjutkan
perjalanannya.
2.5.6 Pertarungan Musashi Melawan Shishido Baiken