commit to user
11
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan September 2010 bertempat di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman kakao Theobroma cacao L. varietas Lindak klon ICS 60 berasal dari Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Jember, tanah, pasir, pupuk kandang, sitokinin jenis BAP Benzyl Amino Purine
.
Alat yang akan digunakan antara lain polibag, gelas ukur, paranet, hand sprayer
, alat tulis.
C. Cara Kerja Penelitian
1. Rancangan penelitian
Penelitian disusun menggunakan rancangan acak lengkap RAL dengan tiga ulangan. Perlakuan merupakan kombinasi antara konsentrasi
dan frekuensi pemberian BAP, yang terdiri atas 12 kombinasi, yaitu: a.
S0T1 : Konsentrasi BAP 0 ppm dan frekuensi Pemberian 1 kali b.
S0T2 : Konsentrasi BAP 0 ppm dan frekuensi Pemberian 2 kali c.
S0T3 : Konsentrasi BAP 0 ppm dan frekuensi Pemberian 4 kali d.
S1T1 : Konsentrasi BAP 25 ppm dan frekuensi Pemberian 1 kali e.
S1T2 : Konsentrasi BAP 25 ppm dan frekuensi Pemberian 2 kali f.
S1T3 : Konsentrasi BAP 25 ppm dan frekuensi Pemberian 4 kali g.
S2T1 : Konsentrasi BAP 50 ppm dan frekuensi Pemberian 1 kali h.
S2T2 : Konsentrasi BAP 50 ppm dan frekuensi Pemberian 2 kali i.
S2T3 : Konsentrasi BAP 50 ppm dan frekuensi Pemberian 4 kali 11
commit to user
12
j. S3T1 : Konsentrasi BAP 75 ppm dan frekuensi Pemberian 1 kali
k. S3T2 : Konsentrasi BAP 75 ppm dan frekuensi pemberian 2 kali
l. S3T3 : Konsentrasi BAP 75 ppm dan frekuensi pemberian 4 kali
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Pembuatan larutan BAP
1. 25 ppm
Pembuatan larutan BAP 25 ppm dilakukan dengan cara menimbang 12,5 mg BAP murni kemudian dilarutkan dengan
NaOH 1 N beberapa tetes setelah itu ditambah dengan aquadest hingga mencapai 500 ml dan diaduk hingga homogen.
2. 50 ppm
Pembuatan larutan BAP 50 ppm dilakukan dengan cara menimbang 25 mg BAP murni kemudian dilarutkan dengan NaOH
1 N beberapa tetes setelah itu ditambah dengan aquadest hingga mencapai 500 ml dan diaduk hingga homogen.
3. 75 ppm
Pembuatan larutan BAP 75 ppm dilakukan dengan cara menimbang 37,5 mg BAP murni kemudian dilarutkan dengan
NaOH 1 N beberapa tetes setelah itu ditambah dengan aquadest hingga mencapai 500 ml dan diaduk hingga homogen.
b. Penyiapan benih
Benih yang digunakan adalah biji kakao yang berasal dari varietas Lindak klon ICS 60 yang benar-benar tua. Benih kakao
dikenal tidak memiliki masa dormansi. Benih yang digunakan sebagai bahan tanam dikeluarkan dari bagian dalam buah dan dihilangkan
lendir buah sampai bersih.
commit to user
13
Pembersihan lendir buah dilakukan dengan cara meremas- remasnya menggunakan serbuk kayu lalu dicuci dengan air. Kemudian
benih ditiriskan hingga kering. c.
Pembuatan media tanam Pembuatan media tanam ini dilakukan pada awal pelaksanaan
penelitian, media yang digunakan merupakan campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1.
d. Penanaman pada polibag
Penanaman benih pada polibag dilakukan dengan cara membenamkan bibit pada media. Kemudian polibag yang telah terisi
benih tersebut diletakkan dalam tempat yang telah ada naungannya dan disusun sesuai dengan rancangan yang digunakan.
e. Perawatan
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari 1-2 kali sehari, yaitu pagi hari atau sore hari.
2. Pemberian BAP
Zat pengatur tumbuh diberikan sesuai dengan konsentrasi yang telah ditentukan, yaitu 0 ppm, 25 ppm, 50 ppm, dan 75 ppm.
Frekuensi pemberian zat pengatur tumbuh BAP disesuaikan dengan perlakuan yaitu frekuensi pemberian 1 kali, frekuensi
pemberian 2 kali, frekuensi pemberian 4 kali hingga bibit berumur 2 bulan setelah tanam.
Pemberian zat pengatur tumbuh pada tanaman dilakukan dengan cara disemprotkan pada tanaman menggunakan hand
sprayer tanaman harus disungkup dan disesuaikan dengan
perlakuan.
commit to user
14
f. Pemanenan
Pemanenan bibit kakao dilakukan setelah bibit memenuhi kriteria salur, kriteria salur antara lain: bibit telah mencapai umur 3-5
bulan, tinggi bibit 40-60 cm, jumlah daun minimum 12 lembar dan diameter batang 0,7-1,0 cm Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 1997.
g. Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali mulai dari saat tanam sampai panen.
3. Variabel Pengamatan
a. Tinggi bibit
Tinggi bibit diamati setiap satu minggu sekali dengan cara mengukur tinggi bibit mulai dari pangkal batang diatas permukaan
tanah sampai titik tumbuh tertinggi, dengan satuan cm. b.
Diameter batang Diameter batang diamati satu minggu sekali dengan cara
mengukur besar diameter batang bibit pada bagian batang yang diberi tanda.
c. Jumlah daun
Jumlah daun diamati setiap satu minggu sekali dengan cara menghitung semua daun.
d. Jumlah tanaman yang muncul cabang
Jumlah tanaman yang muncul cabang diamati setiap satu minggu sekali dengan menghitung banyaknya jumlah cabang yang ada.
e. Panjang akar
Panjang akar diukur mulai dari pangkal akar sampai titik tumbuh akar terpanjang dan diukur pada saat dilakukan pemanenan.
f. Kadar klorofil
Kadar klorofil diukur pada saat dilakukan pemanenan dengan menggunakan alat klorofil meter. Pengukuran dilakukan pada daun
commit to user
15
muda yaitu daun ke dua, daun tengah dan daun tua atau daun paling bawah. Kemudian dari ketiganya dirata-rata
g. Berat brangkasan segar
Berat brangkasan segar dihitung pada saat pemanenan dilakukan, dengan cara menimbang seluruh bagian tanaman.
h. Berat brangkasan kering
Berat brangkasan
kering dihitung
setelah brangkasan
dikeringkan dalam oven sampai beratnya konstan. 4.
Analisis Data Data hasil pengamatan dianalisis mengunakan analisis sidik ragam
berdasarkan uji F taraf 5 dan apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji DMRT taraf 5.
commit to user 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tinggi Tanaman