Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Hipotesis Pembibitan

commit to user 2 Salah satu usaha untuk mendapatkan pertumbuhan bibit yang baik adalah menggunakan zat pengatur tumbuh. Sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang banyak digunakan digunakan dalam pembibitan tanaman, sitokinin berfungsi memacu pembelahan sel dan pembentukan organ, menunda penuaan, meningkatkan aktivitas wadah penampung hara, memacu perkembangan kuncup samping tumbuhan dikotil, dan memacu perkembangan kloroplas dan sintesis klorofil, selain itu sitokinin mendorong diferensiasi jaringan dalam pembentukan tunas Abidin, 1994. Menurut Hartman dan Kester 1983 sitokinin merupakan ZPT yang merangsang pembentukan tunas dan pembelahan sel terutama jika diberikan bersama-sama dengan auksin.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh sitokinin jenis BAP dan frekuensi pemberian dapat mempercepat pertumbuhan bibit kakao hingga saat bibit siap salur.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP dan frekuensi pemberian yang memberikan pengaruh terbaik dalam pertumbuhan bibit kakao hingga bibit siap salur.

D. Hipotesis

Diduga perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh BAP konsentrasi 50 ppm dan frekuensi pemberian 4 kali dapat memberikan pengaruh yang baik dan mempercepat pertumbuhan bibit kakao. commit to user 3 II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Morfologi Tanaman Kakao

Budidaya kakao umumnya dilakukan di daerah yang beriklim basah sampai sedang tipe Af sampai Aw menurut Koppen, A sampai D menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson. Daerah produsen kakao umumnya memiliki curah hujan berkisar antara 1.250-3.000 mm tiap tahun dengan suhu antara 18-32 C. Tanaman kakao termasuk golongan tanaman C 3 yaitu tanaman yang mampu memfiksasi CO 2 dalam keadaan yang tidak ada cahaya asalkan tersedia energi untuk melakukan fiksasi. sehingga mampu melakukan fotosintesis pada suhu rendah Suhadi, 2002. Ditinjau dari wilayah penanamannya, kakao ditanam pada daerah-daerah yang berada pada 10 LU sampai dengan 10 LS Siregar et al ., 1989. Tanaman kakao berasal dari daerah sungai Amazon dan sungai Orimico. Penanaman kakao pertama diusahakan oleh penduduk maya dan orang-orang Indian astec Purseglove, 1974. Menurut Tjitrosoepomo 1988 cit. Phai 2008, sistematika tanaman kakao sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : dicotyledonae Sub Kelas : Dialypetalae Ordo : Malvales Family : Sterculiaceae Genus : Theobroma Species : Theobroma cacao L. Menurut Cheesman 1998 cit. Wood dan Lass 2001, kakao dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu criollo, forastero dan trinitario. Sifat criollo adalah pertumbuhannya kurang kuat, daya hasil lebih rendah daripada forastero , relatif gampang terserang hama dan penyakit. Permukaan kulit criollo kasar, berbenjol-benjol, dan alur-alurnya jelas. Kulit tebal tetapi lunak sehingga mudah pecah. Kadar lemak dalam biji lebih rendah daripada forastero tetapi ukuran biji besar, bentuknya bulat dan memberikan cita rasa khas yang baik. Lama fermentasi bijinya lebih singkat daripada tipe forastero. 3 commit to user 4 Dalam tata niaga kakao criollo termasuk kelompok kakao mulia fine - flavoured , sementara itu kakao forastero termasuk kakao lindak bulk . Tanaman kakao berbunga sepanjang tahun dan tumbuh secara berkelompok pada bantalan bunga yang menempel pada batang tua, cabang dan ranting, pada masing-masing tangkai bunga tumbuh secara teratur. Bunga tanaman kakao mempunyai tipe seks hemaprodit yaitu setiap bunga memiliki benang sari dan putik Heddy, 1990.

1. Akar.

Akar tanaman kakao mempunyai akar tunggang radik primaria . Pertumbuhannya dapat mencapai 8 meter ke arah samping dan 15 meter ke arah bawah. Kakao yang diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak membentuk akar tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut akan membentuk dua akar yang menyerupai akar tunggang. Pada kecambah yang telah berumur satu sampai dua minggu terdapat akar-akar cabang radik lateralis yang merupakan tempat tumbuhnya akar-akar rambut fibrilla dengan jumlah yang cukup banyak. Pada bagian ujung akar ini terdapat bulu akar yang dilindungi oleh tudung akar calyptra . Bulu akar inilah yang berfungsi menyerap larutan dan garam-garam mineral. Diameter bulu akar hanya 10 mikro dan panjang maksimum hanya 1 milimeter Siregar et al ., 1989.

2. Batang

Diawal pertumbuhannya tanaman kakao yang diperbanyak dengan biji akan membentuk batang utama sebelum tumbuh cabang-cabang primer. Letak pertumbuhan cabang-cabang primer disebut jorquette , dengan ketinggian yang ideal 1,2-1,5 meter dari permukaan tanah dan jorquette ini tidak terdapat pada kakao yang diperbanyak secara vegetatif Siregar et al ., 1989. Ditinjau dari segi pertumbuhannya, cabang-cabang pada tanaman kakao tumbuh ke arah atas dan samping. Cabang yang tumbuh kearah atas disebut cabang orthotrop dan cabang yang tumbuh kearah samping disebut commit to user 5 dengan plagiotrop . Dari batang kedua jenis cabang tersebut sering ditumbuhi tunas-tunas air yang banyak menyerap energi, sehingga bila dibiarkan tumbuh akan mengurangi pembungaan dan pembuahan Siregar et al ., 1989.

3. Bunga

Bunga kakao tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak calyx sebanyak lima helai dan benang sari androeciu m berjumlah 10 helai. Diameter bunga 1,5 centimeter. Bunga disangga oleh tangkai bunga yang panjangnya 2-4 centimeter Siregar et al., 1989. Pembungaan kakao bersifat cauliflora , artinya bunga-bunga dan buah tumbuh melekat pada batang atau cabang, dimana bunga terdapat hanya sampai cabang sekunder Ginting, 1975 cit Jalil, 2005. Tanaman kakao dalam keadaan normal dapat menghasilkan bunga sebanyak 6.000- 10.000 pertahun tetapi hanya sekitar lima persen yang dapat menjadi buah Siregar et al ., 1989.

4. Buah

Bentuk, ukuran dan warna buah kakao bermacam-macam serta panjangnya sekitar 10-30 centimeter. Buah ini akan masak 5-6 bulan setelah terjadi penyerbukan. Buah muda yang ukurannya kurang dari 10 centimeter disebut cherelle pentil. Buah ini sering sekali mengalami pengeringan sebagai gejala spesifik dari tanaman kakao, gejala demikian disebut physiological effect thinning , yakni adanya proses fisiologis yang menyebabkan terhambatnya penyaluran hara yang menunjang pertumbuhan buah muda. Gejala tersebut dapat juga dikarenakan adanya kompetisi energi antara vegetatif dan generatif atau karena adanya pengurangan hormon yang dibutuhkan untuk pertumbuhahn buah muda Siregar et al ., 1989. Buah kakao merupakan buah bumi yang dagingnya sangat lunak. Kulit buah mempunyai 10 alur dan tebal kulit buah berkisar antara satu hingga dua cm. pada saat buah masih muda, biji menepel pada bagian kulit buah, tetapi bila buah matang maka biji terlepas dari kulitnya. Didalam commit to user 6 buah terdiri dari 20 hingga 60 biji, panjang biji dua-empat cm, diameter buah sekitar satu-dua cm, berbentuk oval atau elips Duke, 1998. Biji kakao tidak mempunyai masa dormasi sehingga penyimpanan biji untuk benih dengan waktu yang agak lama tidak memungkinkan. Biji ini diselimuti oleh lapisan yang lunak dan manis rasanya pulp atau mucilage , pulp ini dapat menghambat perkecambahan dan karenanya biji yang akan digunakan untuk benih harus dibersihkan dari pulp , pembersihan ini bertujuan untuk menghindari dari kerusakan biji dimana jika pulp ini tidak dibuang maka akan terjadi proses fermentasi sehingga dapat merusakan biji Suharjo dan Butar-Butar, 1979 cit jalil, 2005. Tanaman kakao tergolong jenis tanaman indeterminate artinya bahwa fase pertumbuhan vegetatif maupun generatif tanaman dapat terjadi secara bersamaan. Namun demikian sebelum tanaman memasuki fase pertumbuhan generatif terlebih dahulu akan mengalami fase pertumbuhan juvenil. Rentang waktu yang dibutuhkan tanaman melalui fase pertumbuhan juvenil tersebut merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pengusahaan tanaman kakao. Akhir fase pertumbuhan juvenil atau awal tanaman memasuki pertumbuhan generatif ditandai oleh pembungaan tanaman. Lama masa pertumbuhan juvenile pada tanaman kakao berkisar antara 1-2 tahun. Suhendi dan Agung, 2001.

B. Pembibitan

Tujuan utama pembuatan pembibitan adalah sebagai upaya penyediaan bibit yang berkualitas baik dalam jumlah yang memadai, sesuai dengan rencana penanaman. Dari bibit yang berkualitas baik diharapkan akan diperoleh tanaman yang baik pula. Sebaliknya bibit yang jelek akan menghasilkan tanaman yang jelek pula Khaerudin, 1994. Bibit tanaman merupakan aspek penting untuk memperoleh hasil yang tinggi maka diperlukan bibit yang berasal dari klon-klon unggul. Perlu pula dipilih jenis yang terbukti cocok untuk kawasan-kawasan tertentu dan yang terbaik sesuia dengan peta kecocokan lahan dan klimat dengan commit to user 7 keterangan-keterangan pedoman teknis untuk pemupukan tanaman secara tepat Siswoputranto, 1993. Pembibitan tanaman kakao umumnya dilakukan dalam kantong plastik polibag. Sebelum dipindahkan ke dalam polibag terlebih dahulu biji-biji tersebut dikecambahkan dalam bedengan persemaian. Benih yang disemai pada persemaian dalam keadaan tegak, dimana ujung biji tempat tumbuh radikula ditegakkan di sebelah bawah. Jika keadaan lingkungan mendukung pertumbuhan benih, maka benih tersebut akan berkecambah pada umur 4-5 hari setelah disemai, tetapi biji yang belum berkecambah masih dapat dibiarkan selama 2-3 hari sebelum dibuang sebagai biji apkir bagi yang tidak tumbuh Siregar et al., 1989. Benih yang sudah berkecambah dipersemaian dan harus segera dipindahkan ke polibag adalah jika keping benih katiledon telah tersembul keatas permukaan media persemaian atau jika keping telah terbuka dan sepasang daun kecil telah terbentuk. Pemindahan yang terlambat dapat menyebabkan terputusnya akar tunggang; akar tunggang sangat penting bagi kelanjutan pertumbuhan tanaman cokelat Sunanto, 1992 Stadia kecambah yang baik untuk dipindahkan ke polibag adalah kecambah yang keping bijinya belum terbuka, karena jika keping bijinya sudah terbuka berarti akar tunggang sudah panjang serta akar lateral telah bercabang-cabang. Hal ini akan menyulitkan pada saat pemindahan dan sering mengakibatkan akar tunggang menjadi bengkok, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat Soeratno, 1980 cit Jalil, 2005. Selanjutnya Siregar et al ., 1989 menambahkan bahwa, agar bibit tidak rusak maka pencabutan bibit dari persemaian sebaiknya dengan menyertakan pasir bedengan. Somatic Embryogenesis adalah proses dimana sel somatik yang ditumbuhkan dalam kondisi yang terkontrol berkembang menjadi sel embriogenetik yang selanjutnya setelah melewati serangkaian perubahan morfologi dan biokimia dapat menyebabkan pembentukan embrio somatik. embrio somatik somatic embryo adalah embrio yang terbentuk bukan dari commit to user 8 penyatuan sel-sel gamet jantan dan betina atau dengan kata lain embrio yang terbentuk dari jaringan vegetatifsomatik. Embrio ini dapat terbentuk dari jaringan tanaman yang dikulturkan tanpa melalui proses yang dikenal dengan nama somatic embryogenesis. Jika proses ini terbentuk langsung pada eksplan tanpa melalui proses pembentukan kalus terlebih dahulu, maka prosesnya disebut somatic embryogenesis langsung direct somatic embryogenesis Pusat Penelitian Kopi dan Kakao,2010.

C. Zat Pengatur Tumbuh ZPT