Asal – usul Tangerang disebut Kota “Benteng”

BAB VI GAMBARAN UMUM

4.1 Asal – usul Tangerang disebut Kota “Benteng”

Pada awalnya dimulai pada tanggal 1 Juni 1660 sesuai dengan arsip VOC oleh F. De Haan, bahwa Sultan Banten telah membangun kerajaan besar di sebelah Barat sungai Untung Jawa. Untuk mengisi wilayah itu Sultan Banten memindahkan enam ribu penduduk dan mengangkat Raden Sena Pati dan Kyai Demang sebagai penguasa di daerah itu yang tertulis pada Dag Register tertanggal 20 Desember 1668. Lalu karena dicurigai akan merebut kekuasaan maka mereka dipecat dan digantikan, karena rasa sakit hatinya Kyai Demang mencoba mengadu domba Banten dengan VOC. Namun usahanya gagal dan ia terbunuh di Kademangan. Dalam Dag Register tanggal 4 Maret 1680 dijelaskan bahwa penguasa Tangerang pada masa itu adalah Keaij Dipattij Soera Dielaga. Kyai Soeradilaga dan putranya meminta perlindungan kompeni dan ia beserta 143 tentaranya diberikan tempat di Universitas Sumatera Utara perbatasan pagar kompeni. Pada pertempuran melawan Banten ia berhasil memukul mundur pasukan Banten, dan atas jasanya itu ia di beri gelar kehormatan lalu semenjak itu pula Tangerang menjadi kekuasaan kompeni, sesuai dengan perjanjian yang ditanda tangani pada tanggal 17 April 1684. Banten kehilangan hak dalam wilayah Tangerang dan wilayah Untung Jawa atau Tangerang menjadi milik kompeni. Lalu kompeni mendirikan benteng dan juga pos-pos keamanan guna mencegah perlawanan dari Banten, benteng ini terbuat dari batu bata yang didapat dari Bupati Tangerang Aria Soetadilaga I. Ketebalan benteng ini adalah 20 kaki atau lebih. Setelah benteng selesai dibangun personilnya menjadi 60 orang Eropa dan 30 orang hitam. Yang dikatakan orang hitam adalah orang-orang Makasar yang direkrut sebagai serdadu VOC. Benteng ini kemudian menjadi basis VOC dalam menghadapi pemberontakan dari Banten. Kemudian pada tahun 1801 , diputuskan untuk memperbaiki dan memperkuat pos atau benteng itu, dengan letak bangunan baru 60 roeden dan menghadap ke tenggara, tepatnya terletak disebelah timur Jalan Besar pal 17. Orang-orang pribumi pada waktu itu lebih mengenal bangunan ini dengan sebutan Benteng. Sejak saat itu, Tangerang terkenal dengan sebutan Benteng. Benteng ini sejak tahun 1812 sudah tidak terawat lagi, bahkan menurut Superintendant of Publik Building and Work tanggal 6 Maret 1816 menyatakan: ...Benteng dan barak di Tangerang sekarang tidak terurus, tak seorangpun mau melihatnya lagi. Pintu dan jendela banyak yang rusak bahkan diambil orang untuk kepentingannya. Tangerang.go.id Universitas Sumatera Utara

4.2 Sejarah Singkat Masyarakat Tionghoa Benteng di Kota Tangerang