Sumber Daya Manusia dalam Program penanggulangan Gizi Buruk

5.2.1. Sumber Daya Manusia dalam Program penanggulangan Gizi Buruk

Sumber daya manusia dalam penanggulangan gizi buruk ialah petugas gizi puskesmas yang terlatih dan kader posyandu yang terampil Dinas Kesehatan Prov. Sumut, 2005. Sumber daya manusia yang terampil berarti baik petugas gizi maupun kader mampu melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan benar. Dari segi kuantitas diketahui bahwa jumlah petugas gizi atau pelaksana gizi di puskesmas hanya satu orang. Menurut petugas gizi informan no. 1 jumlah ini sebenarnya tidak cukup mengingat luasnya wilayah kerja. Sedangkan menurut pimpinan puskesmas informan no.27, satu orang petugas gizi di puskesmas sebenarnya sudah cukup karena selama ini semua program gizi di puskesmas berjalan dengan baik. Kegiatan posyandu juga dapat berjalan dengan baik karena selain petugas gizi ada lima orang petugas puskesmas yang datang dan mengawasi kegiatan di seluruh posyandu yang ada di wilayah kerja puskesmas Medan Labuhan. Hal ini menunjukkan bahwa kepala puskesmas menganggap tugas dari petugas puskesmas yang datang ke posyandu hanyalah untuk pelayanan medis seperti pengobatan atau imunisasi, padahal pelayanan meja keempat di posyandu adalah penyuluhan atau konseling oleh petugas puskesmas. Seharusnya jumlah petugas yang datang ke posyandu berjumlah 2 orang yaitu satu orang petugas gizi dan satu orang petugas lagi adalah juru imunisasi. Berdasarkan hasil wawancara mendalam diketahui bahwa hanya posyandu yang didatangi oleh petugas gizi yang mendapat penyuluhan atau konseling gizi. Sedangkan pada posyandu yang tidak didatangi oleh petugas gizi jarang sekali diberikan penyuluhan Elmina Tampubolon : Analisis Implementasi Program Penanggulangan Gizi Buruk Di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2008, 2009 atau konseling tentang gizi untuk ibu yang balitanya BGM atau yang tidak naik berat badannya dua kali berturut-turut. Rasio ahli petugas gizi per 100.000 penduduk tahun 2008 sesuai dengan Keputusan Menkes No. 1202MENKESSKVIII2003 adalah 17,14 dibulatkan menjadi 17. Dengan kata lain satu orang ahli gizi melayani 5882 orang penduduk. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Medan Labuhan ialah 32.865 jiwa, berarti jumlah petugas gizi yang dibutuhkan di wilayah kerja Puskesmas Medan Labuhan adalah lima atau enam orang. Berdasarkan tingkat pendidikan dan pengalaman kerja dari petugas gizi dirasakan cukup baik karena berlatar belakang pendidikan gizi dan keperawatan, dan sudah bekerja selama 10 tahun. Dari segi kuantitas, jumlah kader lima orang untuk setiap posyandu sebenarnya sudah cukup karena sudah sesuai dengan konsep posyandu lima meja yaitu Pendaftaran, Penimbangan, Penilaian hasil penimbangan, Konseling, penyuluhan atau rujukan, dan Pelayanan gizi oleh petugas Dinas Kesehatan Prov. Sumut, 2005. Jika semua kader posyandu aktif di posyandu tentunya sudah sesuai dengan standar pemantauan pertumbuhan balita tetapi dari hasil pengamatan diketahui bahwa tidak semua kader posyandu yang aktif. Ada enam posyandu Posyandu Mawar IV, Mawar IX, Mawar XI, Mawar XII, Mawar XIV, Mawar XVI yang memiliki empat orang kader yang aktif sedangkan Posyandu Mawar XVIII hanya memiliki dua orang kader yang aktif. Hal ini tentunya akan membuat kegiatan di posyandu tidak dapat berjalan dengan lancar sehingga pelaksanaan kegiatan pemantauan pertumbuhan balita tidak maksimal. Elmina Tampubolon : Analisis Implementasi Program Penanggulangan Gizi Buruk Di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2008, 2009 Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap informan juga diperoleh informasi bahwa di beberapa posyandu, kadernya sering berganti-ganti sehingga banyak kader yang kurang terampil melakukan tugasnya sebagai kader, misalnya: mengisi KMS, mencatat hasil penimbangan ke buku register dan sebagainya. Kader yang sering berganti- ganti berkaitan dengan kurangnya insentif yang mereka terima sebagai kader. Pemberian imbalan sebagai wujud motivator sudah merupakan kebutuhan kader mengingat semakin tingginya tingkat kebutuhan masyarakat. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sahrul 2006 yang menyatakan bahwa pemberian imbalan atau upah perlu diberikan untuk meningkatkan keaktifan kader sebagai wujud kinerja kader terhadap pelaksanaan kegiatan posyandu. Insentif sebagai bentuk motivasi terhadap kinerja kader posyandu M. Syafei dkk, 2008. Latar belakang pendidikan informan yang paling banyak adalah SMP yaitu sebanyak 10 orang dan SMA 9 orang. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kemampuan kader dalam melakukan tugasnya, misalnya dalam pengisian KMS. Tidak semua kader dapat mengisi KMS, bahkan kebanyakan posyandu khususnya di kelurahan Sei Mati, KMS diisi oleh petugas puskesmas yang datang ke posyandu. Semua informan mengatakan pernah mengikuti pelatihan tentang gizi, imunisasi, KB, Demam Berdarah dll. Namun hanya beberapa informan saja yang pernah memberikan konseling gizi di posyandu. Hal ini dikarenakan ada beberapa kader yang tidak pernah mendapat informasi tentang gizi atau hanya sekali saja diberikan penyuluhan atau pelatihan tentang gizi selama menjadi kader. Hasil wawancara dengan kader diperoleh informasi bahwa setiap pelatihan atau penyuluhan yang diberikan oleh petugas, hanya satu Elmina Tampubolon : Analisis Implementasi Program Penanggulangan Gizi Buruk Di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2008, 2009 orang atau 2 orang kader sebagai perwakilan dari setiap posyandu yang mengikuti dan kemudian para kader yang mendapat penyuluhan atau pelatihan tersebut diharapkan akan memberikan informasi yang mereka peroleh kepada rekan-rekan kader di posyandu. Namun kenyataannya banyak yang tidak memberitahukan kepada kader lainnya karena banyak anggota kader posyandu yang mengatakan tidak pernah mendapat penyuluhan tentang gizi.

5.2.2. Dana dalam Program penanggulangan Gizi Buruk

Dokumen yang terkait

Evaluasi Lahan Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)

2 72 89

Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat Di Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan)

9 110 114

Gambaran Epidemiologi Penyakit Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Provinsi Sumatera Utara

3 46 8

Penanggulangan Gizi Buruk Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang

2 77 121

Evaluasi Kesesuaian Lahan Desa Sihiong Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir untuk Tanaman Anggur, Stroberi, Apel dan Jambu Biji

5 89 45

Pengaruh Sosio-Ekonomi, Pengetahuan dan, Sikap Ibu Terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Tahun 2016

7 35 101

Evaluasi Program Penanggulangan Gizi Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Tirto II Kabupaten Pekalongan Tahun 2010.

1 2 1

Pengaruh Sosio-Ekonomi, Pengetahuan dan, Sikap Ibu Terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Tahun 2016

0 0 16

Pengaruh Sosio-Ekonomi, Pengetahuan dan, Sikap Ibu Terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Tahun 2016

0 0 2

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM PENANGGULANGAN GIZI BURUK PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN LABUHAN, KOTA MEDAN TAHUN 2008 (ANALYSIS OF THE IMPLEMENTATION OF CHILDREN UNDERNUTRITION IMPROVEMENT PROGRAM IN WORKING AREA MEDAN LABUHAN HEALTH C

0 0 8