Pelaksanaan Penimbangan Balita di Posyandu

dengan baik, yakni dapat dilihat dari penurunan jumlah balita gizi buruk yang belum mencapai target 50.

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pelaksanaan Kegiatan Program Penanggulangan Gizi Buruk

5.1.1. Pelaksanaan Penimbangan Balita di Posyandu

Elmina Tampubolon : Analisis Implementasi Program Penanggulangan Gizi Buruk Di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2008, 2009 Di Indonesia, pemantauan pertumbuhan telah dilaksanakan sejak tahun 1970-an, sebagai kegiatan utama Usaha Perbaikan Gizi Keluarga UPGK. Pada tahun 1980-an untuk mempercepat penurunan angka kematian bayi, angka kematian balita dan angka kematian ibu, kegiatan pemantauan pertumbuhan diintegrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar lain KIA, imunisasi, pemberantasan penyakit di posyandu. Pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan utama Posyandu di seluruh wilayah Indonesia Dinas Kesehatan Prov. Sumut, 2005. Pemantauan pertumbuhan adalah salah satu bentuk kegiatan penanggulangan gizi buruk karena dengan pemantauan pertumbuhan diperoleh cakupan balita yang naik berat badannya dan cakupan balita yang BGM Bawah Garis Merah. Pada balita yang BGM akan diberikan konseling, penyuluhan, atau rujukan balita yang BGM, sakit dan atau tidak naik berat badannya 2 kali berturut-turut ke puskesmas Dinas Kesehatan Prov. Sumut, 2005. Hasil pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa penimbangan balita dan pencatatan hasil penimbangan ke dalam buku dilakukan oleh kader. Dari pengamatan yang dilakukan di lapangan ditemukan beberapa masalah dalam pelaksanaan pemantauan pertumbuhan yaitu: 1. Secara teknis, kemampuan kader dalam melakukan penimbangan dan penilaian status pertumbuhan berdasarkan Kartu Menuju Sehat masih belum memadai. Kesalahan yang sering ditemukan adalah menggunakan timbangan yang tidak layak seperti angka penunjuk di timbangan yang sudah kabur, kesalahan dalam pemasangan timbangan dan pembacaan hasil. Elmina Tampubolon : Analisis Implementasi Program Penanggulangan Gizi Buruk Di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2008, 2009 2. Dalam penilaian pertumbuhan umumnya kader menilai berdasarkan kenaikan berat badan absolut dengan kata lain balita disebut naik berat badannya bila berat badan bulan ini lebih berat dibandingkan bulan lalu. 3. Seringkali balita yang mengalami gangguan pertumbuhan tidak dirujuk ke Puskesmas untuk dirawat. Semua informan baik petugas maupun kader mengatakan bahwa hanya sebahagian ibu yang membawa balitanya untuk ditimbang secara teratur di posyandu. Semua balita yang dibawa ibunya ke posyandu sudah memiliki KMS, yang tidak memiliki KMS biasanya yang baru pertama sekali datang ke posyandu atau karena KMS-nya hilang. Berdasarkan hasil wawancara dengan kader diketahui bahwa setiap balita yang diberikan imunisasi, pengobatan dan penggantian KMS yang hilang atau rusak akan dikenakan biaya. Kader posyandu Sri Bulan II bahkan mengatakan setiap ibu yang datang ke posyandu baik untuk menimbang balitanya maupun untuk imunisasi dikenakan biaya Rp. 1000,-. Berikut adalah cuplikan hasil wawancara dengan informan. “Masyarakat yang datang tidak dikenakan biaya tetapi jika diimunisasi akan dikenakan biaya Rp. 2000. Seluruh uang yang diterima akan dibagi dua yaitu ke kader dan petugas, tetapi jika hanya sedikit misalnya dibawah Rp. 10.000 tidak ada yang diberikan ke petugas” “Biaya yang dikenakan bila diberikan imunisasi atau pengobatan sebesar Rp. 2000 dan biaya mengganti KMS yang hilang sebesar Rp. 1000. Semua uang yang didapat akan dibagi dua yaitu untuk kader dan untuk petugas, tetapi jika didapat sedikit misalnya Rp. 5000 maka petugas tidak meminta bagian” Elmina Tampubolon : Analisis Implementasi Program Penanggulangan Gizi Buruk Di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2008, 2009 “Banyak masyarakat yang membawa balitanya untuk ditimbang dikarenakan adanya PMT yang berasal dari swadaya masyarakat masyarakat dikenakan biaya Rp. 1000 setiap kunjungan ke posyandu. PMT dapat berupa bubur kacang ijo, roti, telur atau buah yang diberikan ke semua balita” “Setiap kunjungan posyandu dikenakan biaya Rp.1000 tetapi tidak dipaksa jika memang tidak memiliki uang. Bila ada suntikan atau pengobatan maka dikenakan biaya Rp.3000. Hasil yang didapat akan dibagi ke petugas, bila didapat Rp. 15.000 maka masing-masing mendapat Rp.7500 tetapi jika hanya sedikit misal Rp. 10.000 maka petugas memberikan seluruhnya kepada kader” Dari kutipan wawancara dapat diketahui bahwa setiap uang yang didapat saat posyandu akan dibagi dua secara rata, namun bila uang yang diperoleh sedikit maka hanya kader yang mendapat bagian. Biaya yang dikenakan di posyandu sebenarnya tidak resmi. Menurut sebagian informan, uang ini digunakan untuk PMT pada posyandu berikutnya. Dengan adanya PMT, maka diharapkan masyarakat akan semakin rajin datang ke posyandu. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diketahui bahwa alasan para ibu tidak datang ke posyandu: 1. Sibuk dengan kegiatan rumah tangga seperti mencuci pakaian, memasak, membersihkan rumah atau anak sedang tidur sehingga tidak tega untuk membangunkan. 2. Jam kunjung posyandu terlalu singkat yaitu hanya 2 jam dari pukul 10.00-12.00 WIB sehingga tidak banyak waktu yang tersedia untuk mereka supaya bisa datang ke posyandu. Elmina Tampubolon : Analisis Implementasi Program Penanggulangan Gizi Buruk Di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2008, 2009 3. Tidak tahu ada posyandu karena jadwal yang berubah jadwal posyandu bertepatan hari minggu atau hari libur dimundurkan satu hari sesudah atau dimajukan satu hari sebelum jadwal posyandu atau lupa ada posyandu. 4. Malas kalau hanya untuk menimbang balitanya di posyandu apalagi kalau dikenakan biaya walaupun cuma Rp. 1000,- Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jadwal posyandu seharusnya tidak sering berubah karena masyarakat jadi tidak tahu kalau ada posyandu, apalagi kalau kader tidak memberitahukan perubahan jadwal tersebut. Jam kunjung posyandu juga seharusnya dapat diperpanjang, tidak hanya dua jam. Perlu juga ditinjau ulang tentang biaya yang dikenakan pada masyarakat yang datang ke posyandu. Semua uraian diatas sebenarnya berkaitan dengan anggaran dana. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa kader hanya memperoleh uang jasa sebesar Rp. 15.000,-bulan dan uang tersebut diberikan per enam bulan. Uang yang diterima tentunya tidak seimbang dengan besarnya tugas dan tanggung jawab yang dipikul oleh kader sehingga akan berpengaruh kepada pelaksanaan kegiatan posyandu.

5.1.2. Pelaksanaan Pemberian Kapsul Vitamin A kepada Balita.

Dokumen yang terkait

Evaluasi Lahan Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)

2 72 89

Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat Di Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan)

9 110 114

Gambaran Epidemiologi Penyakit Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Provinsi Sumatera Utara

3 46 8

Penanggulangan Gizi Buruk Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang

2 77 121

Evaluasi Kesesuaian Lahan Desa Sihiong Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir untuk Tanaman Anggur, Stroberi, Apel dan Jambu Biji

5 89 45

Pengaruh Sosio-Ekonomi, Pengetahuan dan, Sikap Ibu Terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Tahun 2016

7 35 101

Evaluasi Program Penanggulangan Gizi Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Tirto II Kabupaten Pekalongan Tahun 2010.

1 2 1

Pengaruh Sosio-Ekonomi, Pengetahuan dan, Sikap Ibu Terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Tahun 2016

0 0 16

Pengaruh Sosio-Ekonomi, Pengetahuan dan, Sikap Ibu Terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Tahun 2016

0 0 2

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM PENANGGULANGAN GIZI BURUK PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN LABUHAN, KOTA MEDAN TAHUN 2008 (ANALYSIS OF THE IMPLEMENTATION OF CHILDREN UNDERNUTRITION IMPROVEMENT PROGRAM IN WORKING AREA MEDAN LABUHAN HEALTH C

0 0 8