Tahun 2005 sejumlah LSM Lembaga Swadaya Masyarakat NGO yang peduli pada upaya-upaya penanggulangan busung lapar di tanah air secara spontan menggagas
suatu jaringan yang disebut Jaringan Penanggulangan Busung Lapar. Jaringan ini muncul sebagai respon konkret terhadap meningkatnya kasus busung lapar atau gizi buruk, bahkan
telah menjadi ancaman serius terhadap masa depan negeri ini. Data Departemen Kesehatan pada tahun 2004 menunjukkan, sekitar 5 juta anak balita terancam kekurangan
gizi, 3,6 juta anak balita menderita kurang gizi dan 1,5 juta anak balita menderita gizi buruk. Data tersebut sejatinya hanyalah fenomena “Gunung Es.” Artinya, yang terjadi
sesungguhnya jauh lebih parah dan lebih memprihatinkan. Status gizi masyarakat yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
Pembangunan Nasional. Untuk memperoleh dampak program yang optimal, pendekatan upaya perbaikan gizi masyarakat didasarkan pada pendekatan siklus hidup manusia, yaitu
sejak janin dalam kandungan, bayi, balita, usia sekolah, remaja, dewasa, dan lanjut usia.
2.1.2. Penyebab Gizi Buruk
Berdasarkan Kerangka Pikir Penyebab masalah gizi Unicef, 1990, gizi kurang dan gizi buruk disebabkan oleh penyebab langsung dan penyebab tidak langsung Dinkes
prov. Sumut, 2006. 1. Penyebab langsung
Makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Timbulnya gizi kurang tidak hanya karena makanan yang kurang, tetapi juga karena penyakit. Anak
yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering diserang penyakit, akhirnya dapat
Elmina Tampubolon : Analisis Implementasi Program Penanggulangan Gizi Buruk Di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2008, 2009
menderita kurang gizi. Demikian juga pada anak yang makan tidak cukup baik, maka daya tahan tubuhnya imunitas dapat melemah. Dalam keadaan demikian mudah
diserang infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan dan akhirnya dapat menderita kurang gizi.
2. Penyebab tidak langsung Ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan dan
kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan di keluarga household food security adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya
dalam jumlah yang cukup, baik jumlah maupun gizinya. Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian, dan
dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial. Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan, adalah
tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan. Ketiga faktor penyebab tidak langsung tersebut berkaitan
dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan dan keterampilan, terdapat kemungkinan makin baik tingkat
ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan anak, dan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada dan demikian juga
sebaliknya.
Berbagai penelitian membuktikan lebih dari separuh kematian bayi dan balita disebabkan oleh keadaan gizi yang jelek. Resiko meninggal dari anak yang bergizi buruk
Elmina Tampubolon : Analisis Implementasi Program Penanggulangan Gizi Buruk Di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2008, 2009
13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54 penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak jelek Adisasmito,
2008.
2.2. Implementasi Program Penanggulangan Gizi Buruk