Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
b. Kebudayaan non material rohaniah, yaitu semua hal yang tidak dapat
dilihat dan diraba, misalnya: religi, bahasa, ilmu pengetahuan. 2.
Bahwa kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif biologis, melainkan hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar.
3. Bahwa kebudayaan itu diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa
masyarakat akan sukarlah bagi manusia untuk membentuk kebudayaan. Sebaliknya tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia baik secara individual
maupun masyarakat, dapat mempertahankan kehidupannya. 4.
Jadi kebudayaan itu adalah kebudayaan manusia. Dan hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan, yang tidak perlu dibiasakan dengan cara belajar,
misalnya tindakan atas dasar naluri instink, gerak reflek Widagdho; dkk, 2009.
2.2 Culture Behaviorisme
Dalam teorinya, Berger menyebutkan tiga proses dalam proses konstruksi sosial, yaitu eksternalisasi, objektivikasi, dan internalisasi. Sebuah komunitas sosial
terbentuk dari sekian banyak orang yang memiliki perbedaan latar belakang pengetahuan dan status sosial sebelumnya.
Ketiga proses yang terjadi dalam konstruksi sosial di atas dapat disimpulkan dalam tiga premis momen, yakni: masyarakat adalah produk manusia eksternalisasi,
masyarakat adalah realitas obyektif objektivasi, dan manusia adalah produk masyarakat internalisasi. Dialektika itu dimediasi oleh pengetahuan yang terdapat
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
dalam memori setiap individu, yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman Maliki, 2004.
Dengan demikian, proses kehidupan manusia yang berlangsung dalam komunitas itu yang terbentuk baik secara sadar maupun tidak sadar dalam waktu yang
panjang merupakan hasil dari interaksi orang-orang di dalamnya. Hasil dari proses ini dapat disebut sebagai kebiasaan, tradisi, bahkan budaya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Koentjaraningrat yang menyebutkan budaya adalah produk dari interaksi manusia. Menurutnya budaya adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan serta
karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya melalui proses belajar Koentjaraningrat, 2001.
Matsumoto menjelaskan bahwa budaya sebagai “the set of attitudes, values, beliefs, and behaviors shared by a group of people, but different for each individual,
communicated from one generation to the next”. Lebih luas lagi Tylor menggabungkan pendekatan antara pendekatan proses dan pendekatan struktural
fungsional dan mendefinisikan budaya sebagai “complex whole wich includes knowledge, belief, art, morals, law, custom and any other capabilities and habits
acquired by man as a member of society.” Dari dua pengertian ini dapat dilihat isi content atau dimensi dari budaya terdiri dari pengetahuan knowledge, sikap
attitude, nilai value, moral moral, keyakinan belief, seni art, hukum law, perilaku behavior, kebiasaan habit, dan tradisi custom.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavioris lebih
dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan.
Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa
tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat
jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulusnya. Prinsip-prinsip teori behaviorisme
- Obyek psikologi adalah tingkah laku
- Semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek
- Mementingkan pembentukan kebiasaan
Menurut J.J. Honigmann dalam bukunya The Word of Man yang dikutip oleh Setiadi; Effendi 2008, membagi budaya dalam tiga wujud, yaitu:
1. Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma
dan peraturan. Wujud tersebut dapat menunjukkan wujud ide dari kebudayaan, sifatnya
abstrak, tak dapat diraba, dipegang ataupun difoto dan tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat di mana kebudayaan tersebut hidup. Kebudayaan ideal ini disebut
juga tata kelakuan atau disebut juga adapt istiadat yang mempunyai fungsi mengatur,
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
mengendalikan dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat Wujud tersebut dinamakan system social, karena menyangkut tindakan dan
kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini dapat diobservasi, difoto dan didokumentasikan karena dalam system social ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia
yang berinteraksi dan berPengaruh serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. Dengan kata lain system social ini merupakan perwujudan kebudayaan
yang bersifat konkret dalam bentuk perilaku. 3.
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ini disebut juga kebudayaan fisik. Wujud budaya ini hampir
seluruhnya merupakan hasil fisik aktifitas perbuatan dan karya manusia dalam masyarakat. Sifatnya paling konkret berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat dan difoto yang berwujud besar ataupun kecil. Contohnya : Candi Borobudur besar, kain batik dan kancing baju kecil.
2.3
Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan
Menurut G.M. Foster 1973, yang dikutip oleh Notoatmodjo 2005, aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan seseorang, antara lain adalah :
2. Tradisi
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Ada beberapa tradisi didalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat. Di New Guinea, pernah terjadi wabah penyakit kuru
penyakit ini menyerang susunan saraf otak dan penyebabnya adalah virus. Penderitanya hanya terbatas pada wanita dan anak-anak kecil. Setelah dilakukan
penelitian ternyata penyakit ini menyebar luas karena adanya tradisi kanibalisme, yaitu kebiasaan memenggal kepala orang, dan tubuh serta kepala manusia yang
dipenggal tersebut hanya dibagikan pada wanita dan anak-anak sehingga kasus epidemi penyakit kuru ini hanya terbatas dikalangan wanita dan anak-anak.
3. Nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. Nilai-nilai tersebut, ada yang menunjang dan ada yang merugikan
kesehatan. Beberapa nilai yang merugikan kesehatan misalnya, adanya penilaian yang tinggi terhadap beras putih, meskipun masyarakat mengetahui bahwa beras merah
lebih banyak mengandung vitamin B1 dibandingkan dengan beras putih. Masyarakat lebih memberikan nilai tinggi bagi beras putih, karena mereka menilai beras putih
lebih enak dan lebih bersih. 4.
Sikap Fatalism Hal lain adalah sikap fatalism yang juga mempengaruhi kesehatan. Beberapa
anggota masyarakat dikalangan kelompok yang beragama Islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan sakit ataupun mati adalah takdir, sehingga masyarakat
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.