Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan konsep dan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa budaya makan sirih di pandang dari aspek budaya merupakan kebiasaan yang di anggap
normatif dan sebagai bagian dari menjaga khazanah bangsa, namun di pandang dari aspek kesehatan budaya makan sirih secara terus menerus dapat berdampak terhadap
kesehatan gigi dan mulut, seperti terjadinya penyakit periodontal. Dari latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang pengaruh budaya makan sirih terhadap kesehatan periodontal pada masyarakat suku Karo di wilayah Kerja Puskesmas Biru-biru Kabupaten Deli
Serdang, sehingga dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut dan upaya promosi kesehatan lainnya.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh budaya makan sirih terhadap status kesehatan
periodontal pada masyarakat suku Karo di desa Biru-biru Kabupaten Deli Serdang?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh budaya makan sirih terhadap status kesehatan periodontal pada masyarakat suku Karo di desa
Biru-biru Kabupaten Deli Serdang.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalalah :
Ada pengaruh signifikan faktor budaya makan sirih Tradisi, Nilai, Sikap Fatalisme, Sikap Ethnocentrism, Komposisi Makan Sirih, Frekuensi Makan Sirih, dan
Lmananya Makan Sirh terhadap status kesehatan periodontal pada masyarakat suku Karo di desa Biru-biru Kabupaten Deli Serdang.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dalam upaya
peningkatan promosi kesehatan di wilayah kerjanya khususnya di wilayah pedesaan.
2. Memberikan informasi terhadap konsekwensi dari budaya makan sirih pada
masyarakat suku Karo. 3.
Memberikan kontribusi referensi bagi penelitian selanjutnya.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan = cultuur bahasa Belanda = culture bahasa Inggris, berasal dari perkataan Latin ”Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan
mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai ”segala daya dan aktivitas manusia untuk
mengolah dan mengubah alam” Widagdho; dkk, 2008. Pendapat lain mengatakan bahwa ”budaya” adalah sebagai suatu
perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena itu mereka membedakan antara budaya dengan kebudayaan. Budaya adalah dari budi
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
yang berupa cipta, karsa dan rasa, dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut Widagdho; dkk, 2008.
Ada 2 sarjana Anthropologi yaitu: A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn yang pernah mengumpulkan sebanyak mungkin defenisi tentang faham kebudayaan yang
termaksud dalam banyak buku dan yang berasal dari banyak pengarang dan sarjana. Hasil penyelidikan itu diterbitkan dalam satu kitab bernama : ”Culture A Critical
Review of concept and Defenitions” 1952. Pada masyarakat Kebudayaan sering diartikan sebagai The General Body of
The Arts, yang meliputi seni sastra, seni musik, seni pahat, seni rupa, pengetahuan filsafat atau bagian-bagian yang indah dari kehidupan manusia. Akhirnya kesimpulan
yang didapat adalah hasil buah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup. Segala sesuatu yang diciptakan manusia baik yang konkrit maupun abstrak, itulah
kebudayaan. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Untuk lebih jelas, dapat dirinci sebagai
berikut: 1.
Bahwa kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia. Karena itu meliput i :
a. Kebudayaan material jasmaniah, yang meliputi benda-benda ciptaan
manusia, misalnya : alat-alat perlengkapan hidup.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
b. Kebudayaan non material rohaniah, yaitu semua hal yang tidak dapat
dilihat dan diraba, misalnya: religi, bahasa, ilmu pengetahuan. 2.
Bahwa kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif biologis, melainkan hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar.
3. Bahwa kebudayaan itu diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa
masyarakat akan sukarlah bagi manusia untuk membentuk kebudayaan. Sebaliknya tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia baik secara individual
maupun masyarakat, dapat mempertahankan kehidupannya. 4.
Jadi kebudayaan itu adalah kebudayaan manusia. Dan hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan, yang tidak perlu dibiasakan dengan cara belajar,
misalnya tindakan atas dasar naluri instink, gerak reflek Widagdho; dkk, 2009.
2.2 Culture Behaviorisme