Variabel dan Definisi Operasional Metode Pengukuran

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status kesehatan Periodontal pada masyarakat suku Karo di desa Biru-biru akibat makan sirih yang diukur berdasarkan pemeriksaan dengan hasil “Baik”, “Parah” dan ”Sangat Parah”. Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Tradisi makan sirih adalah kebiasan-kebiasaan yang dilakukan oleh responden dalam makan sirih baik dari waktu makan sirih atau jumlah sirih yang di makan; 2 Nilai makan sirih adalah penilaian responden terhadap sirih dan kebiasaan makan sirih; 3 Sikap fatalisme adalah respon atau tanggapan responden terhadap sirih, dan makan sirih dari sisi adat istiadat dan kepercayaan mereka; 4 Sikap ethnocentrism adalah respon atau tanggapan responden yang mengakui bahwa makan sirih adalah budaya yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan mereka; 5 Komposisi makan sirih adalah isi dan kombinasi bahan lain yang ada dalam sirih yang akan dikonsumsi; 6 Frekuensi makan sirih adalah rutinitas responden makan sirih dalam sehari; 7 Lama makan sirih adalah jumlah tahun responden makan sirih. Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

3.6 Metode Pengukuran

Metode pengukuran variabel dependen dalam penelitian ini dilakukan dengan pemeriksaan jaringan periodontal observasi. Pemeriksaan dengan cara observasi yaitu memeriksa gigi dan mulut pemeriksaan intra oral pada masyarakat suku Karo yang makan sirih dengan menggunakan alat pemeriksaan yaitu periodontal probe, hasil pemeriksaan dicatat dalam format yang telah disediakan. a. Baik, jika kondisi jaringan periodontal dalam keadaan sehat, yaitu : tidak ada perdarahan, tidak ada karang gigi dan tidak ada pocket. b. Parah, jika kondisi jaringan periodontal dalam keadaan ada perdarahan dan ada karang gigi atau salah satu diantaranya. c. Sangat Parah, jika kondisi jaringan periodontal dalam keadaan ada pocket 4 – 5 mm dan ada pocket ≥ 6 mm, atau salah satu diantaranya. Pengukuran variabel status kesehatan periodontal didasarkan pada skala ordinal berdasarkan hasil pemeriksaan dokter gigi atau perawat gigi dengan melakukan observasi langsung terhadap responden, yaitu : dengan menggunakan alat pemeriksaan periodontal probe dan selanjutnya hasil pemeriksaan tersebut dicatat pada formulir pemeriksaan. Pengukuran variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengukuran variabel tradisi makan sirih didasarkan pada skala nominal dari 6 pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban “ya” dan “tidak”, dan Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010. masing-masing alternatif jawaban tersebut diberikan bobot nilai, jika responden menjawab “Ya” diberi nilai 2, dan Jika responden menjawab “tidak” diberi nilai 1. Kemudian diakumulasi dan dikategorikan menjadi: a. Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ median b. Kurang, jika responden memperoleh nilai median 2. Pengukuran variabel nilai makan sirih didasarkan pada skala nominal dari 5 pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban “ya” dan “tidak”, masing- masing alternatif jawaban tersebut diberi bobot nilai, jika responden menjawab ‘Ya” diberi nilai 2, dan Jika responden menjawab “tidak” diberi nilai 1. Kemudian diakumulasi dan dikategorikan menjadi: a. Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ median b. Kurang, jika responden memperoleh nilai median 3. Pengukuran variabel sikap fatalisme didasarkan pada skala ordinal dari 6 pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban “setuju” kurang setuju” dan “tidak setuju”, dan masing-masing alternatif jawaban tersebut diberikan bobot nilai, yaitu: a. Setuju diberi bobot nilai 2 b. Kurang setuju diberi bobot nilai 1 c. Tidak Setuju diberi bobot nilai 0 Akumulasi dari total nilai tersebut variabel tradisi dikategorikan menjadi: 1 Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ median Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010. 2 Kurang, jika responden memperoleh nilai median 4. Pengukuran variabel sikap ethnocentrisme didasarkan pada skala ordinal dari 5 pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban “setuju” kurang setuju” dan “tidak setuju”, dan masing-masing alternatif jawaban tersebut diberikan bobot nilai, yaitu: a. Setuju diberi bobot nilai 2 b. Kurang setuju diberi bobot nilai 1 c. Tidak Setuju diberi bobot nilai 0 Akumulasi dari total nilai tersebut variabel sikap ethnocentrisme dikategorikan menjadi: 1 Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ median 2 Kurang, jika responden memperoleh nilai median 5. Pengukuran variabel frekuensi makan sirih didasarkan pada skala ordinal dari 1 pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban ”5 kali” 4 – 5 kali” dan ”1 – 3 kali”, dan masing-masing alternatif jawaban tersebut diberikan bobot nilai, yaitu: a. 5 kali diberi bobot nilai 0 b. 4 – 5 kali diberi bobot nilai 1 c. 1 – 3 kali diberi bobot nilai 2 Akumulasi dari total nilai tersebut variabel frekuensi makan sirih dikategorikan menjadi: 1 Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ median Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010. 2 Kurang, jika responden memperoleh nilai median 6. Pengukuran variabel komposisi makan sirih didasarkan pada skala ordinal dari 1 pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban ”pinang, kapur, gambir, tembakau” ”pinang, kapur, gambir” dan ”pinang, kapur”, dan masing-masing alternatif jawaban tersebut diberikan bobot nilai, yaitu : a. Kapur, pinang, gambir, tembakau diberi bobot nilai 0 b. Kapur, pinang, gambir diberi bobot nilai 1 c. Kapur, gambir diberi bobot 2 Akumulasi dari total nilai tersebut variabel komposisi makan sirih dikategorikan menjadi: 1 Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ median 2 Kurang, jika responden memperoleh nilai median 7. Pengukuran variabel lamanya makan sirih didasarkan pada skala ordinal dari 1 pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban ”10 tahun” 6 – 10 tahun” dan ”1 – 5 tahun”, dan masing-masing alternatif jawaban tersebut diberikan bobot nilai yaitu : a. 10 tahun diberi bobot nilai 0 b. 6 – 10 tahun diberi bobot nilai 1 c. 1 – 5 tahun diberi bobot nilai 2 Akumulasi dari total nilai tersebut variabel lamanya makan sirih dikategorikan menjadi: Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010. 1 Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ median 2 Kurang, jika responden memperoleh nilai median Keterangan : Jika sesudah analisis data yang telah dikategorisasi ditemukan hasil dengan data berdistribusi normal maka akan digunakan nilai mean pada metode pengukuran.

3.7 Metode Analisa Data