Latar belakang Dr. Firkarwin Zuska 3. drg. Iis Faizah Hanum, Mkes

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Mulut adalah salah satu organ terpenting pada tubuh manusia, dimana mulut mempunyai peran sebagai pintu masuknya berbagai jenis makanan, minuman serta berbagai jenis kuman, bakteri dan virus. Di dalam mulut terdapat juga organ-organ lain, salah satunya yaitu gigi, yang berfungsi sebagai penghancur atau penguyahpelumat makanan. Gigi juga berfungsi sebagai hiasan yang mencerminkan citra diri seseorang. Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu jenis penyakit yang lazim terjadi di masyarakat. Penyakit ini dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia terutama karies gigi dan penyakit periodontal. Penyakit periodontal dapat didefinisikan sebagai proses patologis yang mengenai jaringan periodontal. Proses penyakit periodontal di mulai dari gusi. Keradangan yang terjadi pada gusi ini disertai dengan tanda- tanda: - Warna gusi berubah menjadi merah - Gusi menjadi membengkak dan membulat - Timbul bau napas yang tidak enak Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010. - Pada keadaan yang lebih parah tampak adanya nanah diantara gigi dan gusi Boediardjo, 1985. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT Tahun 2004, secara umum penduduk mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut, diantara penduduk 15 tahun atau lebih yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut hanya 29 menerima perawatan dari perawat gigi, dokter gigi atau dokter spesialis gigi. Sebagian besar masalah gigi dan mulut terjadi di daerah pedesaan yaitu sebesar 40,6, secara keseluruhan 7 penduduk kehilangan seluruh gigi, tertinggi pada penduduk kelompok umur 65 tahun 30. Dilihat dari pelayanan kesehatan gigi dan mulut, sebagian besar pelayanan yang diberikan adalah pengobatan 85, di susul bedah gigi dan mulut serta tambal 45, konseling 23 serta pemasangan gigi palsu hanya 9 diantara penduduk yang menerima perawatan Depkes RI, 2005. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa secara nasional permasalahan gigi dan mulut masih merupakan masalah kesehatan. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang 2007, diketahui jumlah kunjungan masyarakat ke poli gigi menempati urutan ke sembilan dari sepuluh penyakit terbesar, dengan jumlah kunjungan sebanyak 1.482 kunjungan yang terdiri dari 62,8 berusia lebih dari 15 Tahun, dan 37,2 kunjungan usia 15 tahun. Kunjungan pasien ke poli gigi umumnya menderita gangguan gigi dan mulut, 43,9 diantaranya menderita karies gigi, dan 56,1 lainnya menderita gangguan peridontal. Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010. Penyebab terjadinya gangguan gigi dan mulut pada prinsipnya sama dengan penyebab terjadinya jenis penyakit lainnya baik penyebab langsung seperti bakteri, maupun penyebab tidak langsung seperti karakteristik penderita, kebiasaan, perilaku, dan faktor budaya. Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita masyarakat adalah penyakit karies gigi kemudian diikuti oleh penyakit periodontal di urutan ke dua Depkes RI, 2002. Makan sirih adalah bagian yang melengkapi struktur kebudayaan dan biasanya berkaitan erat dengan kebiasaan yang terdapat pada masyarakat di daerah tertentu. Kuantitas, frekwensi dan usia pada saat memulai makan sirih berubah oleh tradisi setempat. Beberapa pengkonsumsi sirih melakukan setiap hari sementara orang lain mungkin makan sirih sesekali. Frekuensi makan sirih mungkin berkaitan dengan beberapa faktor, seperti: pekerjaan dan pertimbangan sosial ekonomi. Frekwensi kebiasaan makan sirih dimulai pada saat anak-anak dan remaja, tetapi aktifitas makan sirih tersebut lebih banyak dan lebih sering didapati pada orang dewasa baik pria dan wanita Dentika, 2004. Makan sirih merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh berbagai suku di Indonesia. Kebiasaan makan sirih ini merupakan tradisi yang dilakukan turun- temurun pada sebagian besar penduduk dipedesaan yang mulanya berkaitan erat dengan adat kebiasaan masyarakat setempat. Adat kebiasaan ini biasanya dilakukan pada saat acara yang sifatnya ritual. Begitu juga dengan suku Karo yang memiliki Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010. adat kebiasaan tersebut pada tradisi mereka. Kebiasaan ini dijumpai tersebar luas dikalangan penduduk wanita suku Karo Dentika, 2004. Menyirih merupakan proses meramu campuran dari unsur-unsur yang telah terpilih yang dibungkus dalam daun sirih kemudian dikunyah dalam waktu beberapa menit. Menyirih dilakukan dengan cara yang berbeda dari satu negara dengan negara lainnya dan satu daerah dengan daerah lainnya dalam satu negara. Meskipun begitu komposisi terbesar relatif konsisten, yang terdiri dari biji buah pinang Areca Catechu, daun sirih piper betle leaves, kapur kalsium hidroksid dan gambir Uncaria gambir. Secara umum dilihat dari tinjauan geografis, budaya, dan rumpun bangsa, suku Karo adalah salah satu etnis suku-suku bangsa Indonesia yaitu rumpun Batak yang berdiam disebagian besar dataran tinggi Karo serta menganut sistem kekerabatan yang disebut dengan ”Merga” dimana terdapat 5 cabang yaitu Perangin- angin, Karo-karo, Ginting, Sembiring dan Tarigan. Karena kedekatan Pengaruh kekerabatan itu, rumpun etnis Batak ini ada yang memiliki kesamaan kebiasaan yang salah satunya yaitu mengunyah sirih dengan daun sirih, pinang, gambir dan kapur sebagai bahan dasar Boedihardjo, 1981. Pada mulanya menyirih digunakan sebagai suguhan kehormatan untuk orang- orangtamu-tamu yang dihormati pada upacara pertemuan atau pesta perkawinan. Dalam perkembangannya budaya menyirih menjadi kebiasaan memamah selingan di saat-saat santai Dentika, 2003. Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010. Berdasarkan hasil wawancara singkat dengan kepala Puskesmas Biru-biru pada bulan Agustus 2008, bahwa pasien yang datang dengan keluhan gigi dan mulut ke Puskesmas Biru-biru sebahagian adalah wanita yang sering mengkonsumsi sirih. Keadaan ini dimaklumi karena mayoritas penduduknya adalah suku Karo 95,5, sehingga kebiasaan makan sirih menjadi budaya secara turun temurun, dan menjadi suatu menu yang wajib dalam setiap kegiatan-kegiatan adat, atau pesta perkawinan masyarakat Karo. Para pemakan sirih memiliki alasan dan sebab mengapa kebiasaan tersebut dilakukan secara terus menerus. Dilaporkan bahwa makan sirih memiliki beberapa pengaruh yang menjadi daya tarik para pemakan sirih, seperti efek stimulan atau efek euphoria, efek untuk menstimulasi air ludah, obat untuk saluran pernafasan dan menghilangkan rasa lapar, serta kemungkinan memiliki efek untuk menguatkan gigi serta gusi dan sebagai penyegar nafas. Kepercayaan bahwa makan sirih melawan penyakit mulut kemungkinan telah benar-benar mendarah daging diantara para pemakan sirih. Namun penggunaan sirih sebagai obat tradisional yang digunakan sebagai pencegahan penyakit periodontal sedang diteliti di departemen Periodontologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Prayitno, 2003. Pada beberapa studi penelitian diketahui bahwa sugi sirih dan bahan-bahannya mampu menghasilkan sel-sel yang mampu bermutasi dan sel-sel penyebab tumor. Pada sebuah penelitian di Taiwan ditemukan bahwa, makan sirih adalah penyebab utama dari sub mucous fibrosis dan kanker mulut. Sedangkan di India, makan sirih Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010. dengan daun tembakau dengan batangnya adalah sebab terbesar terjadinya sub mucous fibrosis www.indomedia.com , 2007. Pada penelitian yang dilakukan Hiramaya ditemukan bahwa makan daun tembakau berPengaruh dengan kanker mulut yang ditemukan di Asia Tenggara. Para pemakan biji pinang di Taiwan tidak memakan daun tembakau dan biji pinang bersamaan berbeda dengan para pengguna di India dan Sri Langka. Kebiasaan di India yang disebut dengan Pan Supari menggunakan perlakuan lain seperti merendam daun sirih kedalam air jeruk, dan beberapa orang juga menambahkan campuran lain tembakau, cardamon, cengkeh dan camphor yang digunakan pada campuran tersebut untuk menambah aroma. Perlakuan serta penggunaan bahan-bahan lain selain bahan utama daun sirih, buah pinang, kapur, gambir diperkirakan berPengaruh dengan penigkatan jumlah penyakit pada sekitar rongga mulut selain faktor lain yang mungkin berpengaruh seperti frekwensi makan sirih dan cara menjaga kebersihan mulut www.indomedia.com , 2007. Berdasarkan penelitian Suproyo bahwa tingkat keparahan penyakit periodontal pada pemakan sirih lebih tinggi dibandingkan non pemakan sirih dan semua sampel pemakan sirih menderita penyakit periodontal dengan perincian 63,7 gingivitis dan disertai juga dengan kerusakan jaringan pendukung gigi yang lain sebesar 36,3. Derajat terjadinya karang gigi lebih tinggi pada pemakan sirih dari pada non–pemakan sirih dan juga disertai terjadinya atrisi dan abrasi yang berlebihan pada pemakan sirih dengan persentase 66,85 Dentika, 2004. Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010. Berdasarkan konsep dan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa budaya makan sirih di pandang dari aspek budaya merupakan kebiasaan yang di anggap normatif dan sebagai bagian dari menjaga khazanah bangsa, namun di pandang dari aspek kesehatan budaya makan sirih secara terus menerus dapat berdampak terhadap kesehatan gigi dan mulut, seperti terjadinya penyakit periodontal. Dari latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh budaya makan sirih terhadap kesehatan periodontal pada masyarakat suku Karo di wilayah Kerja Puskesmas Biru-biru Kabupaten Deli Serdang, sehingga dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut dan upaya promosi kesehatan lainnya.

1.2 Permasalahan