Pengaruh Pupuk Kompos MOL pada Pola SRI Terhadap Unsur Hara

54 pola tanam SRI adalah rata-rata 5041 kgha per masa panen, setelah penerapan SRI hasil panen yang diperoleh responden rata-rata 6188kgha per masa panen. Hasil wawancara peneliti dengan responden dapat diketahui bahwa seluruh responden mengetahui pola SRI dan manfaatnya. Dari dua puluh orang responden yang telah melaksanakan pola SRI dan ternyata ditinjau dari hasil jajak pendapat yang dilaksanakan menunjukkan bahwa sebelum menggunakan pola SRI para petani menggunakan pupuk kimia yang terus menerus, begitu juga pengendalian hama dan penyakit serta penggunaan air jauh lebih banyak selalu dalam keadaan tergenang dan hasil panen juga tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Setelah melaksanakan pertanian dengan pola SRI tenyata dapat mengefisiensikan pemakaian pupuk buatan karena sumber pupuk yang diberikan berasal dari pupuk organik yaitu kompos MOL yang berasal dari hasil sisa panen. Pengendalian hama dan penyakit tanaman menggunakan biopestisida yang ramah lingkungan. Penghematan terhadap penggunaan air juga dapat ditingkatkan serta apa yang dihararapkan petani tentang hasil produksi diperoleh lebih tinggi setelah melaksanakan pola SRI data didukung dari jawaban responden pada Lampiran 6. 4.2. Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Pupuk Kompos MOL pada Pola SRI Terhadap Unsur Hara

Tanah Berdasarkan hasil analisis tanah yang mengunakan pola tanam SRI dan tanah pertanian anorganik Lampiran 1, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa unsur hara EKAMAIDA : DENGAN SISTEM INTENSIFIKASI TANAMAN PADI MELALUI PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL DALAM PEMBUATAN KOMPOS STUDI KASUS DI DESA SIDODADI KABUPATEN DELI SERDANG, 2008. 55 tanah pada pola tanam SRI memiliki tingkat kesuburan yang lebih tinggi dari pertanian anorganik. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa tanah sawah yang diberi kompos MOL berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan parameter fraksi pasir, debu dan liat. Dari hasil persentase yang dihubungkan dengan diagram segitiga tekstur menurut USDA bahwa tekstur tanah dengan perlakuan PO bertekstur lempung berdebu sedangkan tekstur tanah yang meggunakan pupuk anorganik bertekstur lempung liat berdebu. Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan pupuk kompos dapat memperbaiki daya ikat tanah berpasir dan memperbaiki struktur tanah berlempung, sehingga tidak terlalu berderai atau terlalu lekat. Kompos sebagai sumber bahan organik juga dapat meningkatkan daya ikat tanah terhadap air sehingga meningkatkan ketersediaan air untuk tanaman. Selain itu kompos dapat memperbaiki tata udara tanah dan mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara dari pupuk mineral sehingga tidak mudah larut oleh air hujan, penggunaan pupuk menjadi lebih efisien. Kompos meningkatkan struktur tanah sehingga mempermudah pengolahan tanah, tanah pasiran menjadi lebih kompak dan tanah lempung dapat menjadi gembur. Selain itu kompos juga mengandung humus yang sangat dibutuhkan untuk peningkatan pengikatan hara makro dan mikro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman Dalzell et al., 1991. Tanah sawah yang diberi pupuk kompos MOL pada pola SRI berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan variabel karbon, N total tanah, P-tersedia tanah, EKAMAIDA : DENGAN SISTEM INTENSIFIKASI TANAMAN PADI MELALUI PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL DALAM PEMBUATAN KOMPOS STUDI KASUS DI DESA SIDODADI KABUPATEN DELI SERDANG, 2008. 56 kalium, natrium, kalsium dan magnesium tukar, total kation tukar, kapasitas tukar kation tanah. Berpengaruh nyata terhadap peningkatan parameter pH tanah, CN tanah, dan KB kejenuhan basa tanah. Kompos sebagai produk dari proses penguraian bahan organik memiliki sifat-sifat yang baik untuk menyuburkan tanah dan menyediakan unsur hara bagi tanaman. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pH tanah pada pola tanam SRI lebih tinggi dibandingan dengan pH tanah pada sistem pertanian anorganik. Lebih rendahnya pH pada pertanian anorganik disebabkan pemakaian pupuk pabrik terutama urea yang makin lama akan memasamkan tanah. Bahan organik yang terdapat dalam pupuk kompos dalam hal ini pupuk MOL mempunyai daya sangga buffer capasity yang besar sehingga tanah cukup mengandung komponen ini, maka pH tanah relatif stabil Utami et.al, 2003. Adanya pengaruh perlakuan pemberian kompos terhadap pH tanah disebabkan dengan penambahan kompos, kandungan bahan organik dalam tanah meningkat. Jumlah dan aktivitas mikroorganisme tanah juga meningkat. Hal ini didukung oleh hasil pengamatan, dimana populasi mikroba tanah pada perlakuan dengan menambahkan kompos MOL jauh lebih besar dibanding dengan perlakuan pupuk anorganik. Dengan meningkatnya jumlah dan aktivitas mikroorganisme tanah, proses dekomposisi bahan organik tanah meningkat. Dalam proses pelapukan bahan organik dihasilkan ion-ion seperti ion hidroksi yang dapat meningkatkan pH tanah. EKAMAIDA : DENGAN SISTEM INTENSIFIKASI TANAMAN PADI MELALUI PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL DALAM PEMBUATAN KOMPOS STUDI KASUS DI DESA SIDODADI KABUPATEN DELI SERDANG, 2008. 57 Dalam proses amonifikasi dan nitrifikasi juga dihasilkan ion hidroksi yang dapat meningkatkan pH tanah Harjowigeno, 1996. Hasil pengukuran karbon tanah menunjukkan bahwa tanah pada pola tanam SRI meningkat sangat nyata sebesar 1,60 dibandingkan dengan tanah pada pertanian anorganik sebesar 0.76. Sesuai dengan kriteria penilaian sifat kimia tanah Tabel 2 kadar C pada pola tanam SRI masih tergolong rendah, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan kadar C pada pertanian anorganik. Rendahnya nilai C pada pola SRI kemungkinan disebabkan karena pengambilan sampel tanah dilakukan setelah panen. Kadar karbon tanah meningkat secara nyata dengan pemberian kompos. Hal ini disebabkan adanya pelepasan karbon ke dalam tanah akibat terjadinya proses dekomposisi bahan organik baik yang berasal dari bahan organik tanah mapun dari kompos itu sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Hakim et al., 1986, bahwa bahan organik mengalami dekomposisi dan membebaskan sejumlah karbon ke dalam tanah baik sebagai karbon dioksida, ion karbonat, asam karbonat dan juga sebagai karbon. Karbon merupakan komponen paling besar dalam bahan organik. Pemberian kompos MOL sebagai salah satu pupuk organik akan meningkatkan kandungan karbon tanah. Tingginya karbon tanah ini akan mempengaruhi sifat tanah menjadi lebih baik, baik secara fisik, kimia dan biologi. Karbon merupakan makanan mikroorganisme tanah sehingga keberadaan unsur ini dalam tanah akan memacu kegiatan mikroorganisme sehingga meningkatkan proses dekomposisi tanah dan juga EKAMAIDA : DENGAN SISTEM INTENSIFIKASI TANAMAN PADI MELALUI PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL DALAM PEMBUATAN KOMPOS STUDI KASUS DI DESA SIDODADI KABUPATEN DELI SERDANG, 2008. 58 reaksi-reaksi yang memerlukan bantuan mikroorganisme, misalanya pelarut P, fiksasi N dan sebagainya Utami dan Handayani,2003. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa tanah pada pola tanam SRI memiliki nilai N total lebih tinggi dibandingkan dengan sistem pertanian anorganik. Nilai N total pada tanah pola SRI adalah 0,18 dibandingkan dengan N total pada tanah yang mengunakan pupuk anorganik 0,10. Sesuai dengan kriteria penilaian sifat kimia tanah Tabel 2 kadar N pada pola tanam SRI tergolong sedang dibandingkan dengan kadar N pada pertanian anorganik yang masih tergolong rendah. Nitrogen merupakan hara makro utama yang sangat diperlukan tanaman. Unsur ini disebut unsur makro primer karena paling penting dalam siklus hidup tanaman. Peningkatan N total tanah berasal dari mineralisasi bahan organik yang ditambahkkan melalui pupuk organik MOL, sementara dalam sistem pertanian anorganik N ditambahkan dalam bentuk pupuk N seperti NPK. Ternyata penambahan pupuk N dalam tanah tidak mesti diikuti peningkatan N total dalam tanah. Hal ini karena lebih banyak N yang hilang terangkut hasil panen, atau memalui pelindian dan penguapan Utami dan Handayani, 2003. Kadar nitrogen total tanah meningkat secara sangat nyata dengan pemberian pupuk kompos. Kompos merupakan salah satu sumber unsur hara tanah, apabila telah mengalami proses dekomposisi melepaskan nitrogen ke dalam tanah. Bahan organik tersebut mengalami proses dekomposisi menjadi senyawa amino dan selanjutnya asam amino berubah menjadi amonium dan amonium kemudian berobah menjadi nitrit dan nitrit berobah menjadi nitrat yang disebut dengan nitrifikasi dan unsur hara EKAMAIDA : DENGAN SISTEM INTENSIFIKASI TANAMAN PADI MELALUI PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL DALAM PEMBUATAN KOMPOS STUDI KASUS DI DESA SIDODADI KABUPATEN DELI SERDANG, 2008. 59 tersebut merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan sebagai pembentuk protein Harjowigeno, 1986. Dari hasil analisis pada tabel 5 menunjukkan bahwa nilai CN tanah pada pola SRI lebih lebih tinggi dibandingkan dengan nilai CN tanah pertanian anorganik. Sebelum dimanfaatkan bahan organik harus mengalami proses dekomposisi dahulu. Proses dekomposisi yang diprakarsai oleh mikroorganisme MOL yang mengubah bentuk polisakarida berantai panjang menjadi sakarida berantai pendek yang relatif cepat dalam pelepasan haranya. Penurunan nisbah CN dari kompleks organik merupakan karakteristik terjadinya proses dekomposisi Stevenson, 1994. Nilai CN tanah adalah 10 – 12, sehingga bahan-bahan yang mempunyai harga CN mendekati CN tanah, dapat langsung digunakan, begitu juga dengan pupuk kompos MOL. Bahan organik tanah adalah sumber utama energi atau menjadi bahan makanan bagi aktivitas jasad mikro tanah. Penambahan bahan organik dengan CN rasio rendah mendorong pembiakan jasad renik dan mengikat beberapa unsur hara tanaman. Setelah CN rasio turun, sebagian jasad mikro mati dan melepaskan kembali unsur hara ke tanah. Makin banyak bahan organik, makin banyak populasi jasad mikro dalam tanah Bekti dan Surdianto, 2001. Tisdale et al. 1990 mengemukakan nisbah CN 30 akan terjadi immobilisasi N oleh jasad mikro sehingga N tidak tersedia bagi tanaman. Nisbah CN tanah yang diberi pupuk kompos MOL pada pola tanam SRI di desa sidodadi yaitu 8,65 dibandingkan dengan pengunaan pupuk kimia 7,65 . Kandungan CN kedua tanah tersebut masih tergolong rendah sesuai dengan kriteria penilaian sifat kimia EKAMAIDA : DENGAN SISTEM INTENSIFIKASI TANAMAN PADI MELALUI PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL DALAM PEMBUATAN KOMPOS STUDI KASUS DI DESA SIDODADI KABUPATEN DELI SERDANG, 2008. 60 tanah Tabel 2 yang berarti dengan nisbah rendah tersebut pelapukan bahan organik pada tanah sudah seimbang dengan aktivitas mikroba tanah sehingga immobilisasi unsur hara yang ditambahkan tidak akan terjadi. Dalam kondisi demikian, pemberian pupuk N akan memberikan pengaruh yang baik nisbah CN tanah yang rendah juga mampu memperbaiki sifat fisika tanah melalui perbaikan porositas tanah. Perbaikan porositas tanah menyebabkan kondisi tanah lebih oksidatif sehingga dekomposisi bahan organik lebih cepat dan terjadi penurunan nisbah CN tanah Gunarto et al, 2002. Pupuk organik kompos selain berperan sebagai hara juga berfungsi sebagai agen pengikat chelating Al dan Fe sehingga P tanah tersedia. Faktor penyebab rendahnya ketersediaan P dalam tanah di samping kandungan total tanah yang rendah juga erat kaitannya dengan rendahnya pH tanah yang menyebabkan tingginya kelarutan Al dan Fe yang dapat mengikat P. Konsentrasi Al yang relatif tinggi di dalam tanah dapat merupakan racun bagi tanaman dan sekaligus dapat menghambat perkembangan sistim perakaran Koedadiri, 2003. Meningkatnya ketersediaan P tanah hal ini disebabkan bahan organik tersebut melalui proses dekomposisi menghasilkan asam-asam organik dan CO 2 . Gas CO 2 larut dalam air membentuk asam karbonat. Asam tersebut merupakan agen penting dalam mobilisasi dan transport logam, pelapukan batuan dan kelarutan hara terutama fosfor. Peningkatan unsur P dengan perlakukan pemupukan kompos dalam hal ini pupuk kompos MOL disebabkan sifat unsur P dari pupuk organik lebih mudah tersedia daripada unsur P dari pupuk sintesis Kastono, 2005. EKAMAIDA : DENGAN SISTEM INTENSIFIKASI TANAMAN PADI MELALUI PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL DALAM PEMBUATAN KOMPOS STUDI KASUS DI DESA SIDODADI KABUPATEN DELI SERDANG, 2008. 61 Kation basa yang meliputi : kalium, natrium, kalsium dan magnesium dapat ditukar meningkat secara sangat nyata dengan pemberian kompos. Hal ini disebabkan karena pemberian pupuk kompos MOL pada sistem pola tanam SRI yang merupakan pupuk organik yang mengandung hampir seluruh unsur hara tanah. Apabila kompos telah mengalami proses dekomposisi unsur hara yang terkandung dalam kompos tersebut dilepas ke dalam larutan tanah. Menurut Hakim et.al., 1986 hasil dekomposisi bahan organik tanah salah satunya adalah fosfor tanah dalam bentuk H 2 PO 4 dan HPO 4 2- juga dapat menghasilkan unsur hara K + , Ca 2+ , Mg 2+ , OH - dan lain lain. Dengan meningkatnya unsur hara fosfor maka pembelahan sel tanaman, perkembangan akar serta produksi dapat meningkat Harjowigeno, 1996. Hasil pegukuran menunjukkan kandungan K organik sangat nyata meningkatkan pada tanah pertanian pola SRI dibandingkan dengan tanah pada pertanian anorganik. Kalium juga merupakan unsur hara makro primer bagi tanaman. Keberadaan unsur ini sangat penting untuk pertahankan diri tanaman dari serangan hama penyakit dan kekeringan. Peningkatan unsur K pada pola tanam SRI diduga karena adanya proses dekomposisi bahan organik dari pupuk kompos MOL yang menghasilkan asam-asam organik dan unsur hara seperti asam fulvat dan asam humat. Menurut Tan 1982 dalam Kuntyastuti dan Sunaryo 2000 adanya asam humat dan asam fulvat dalam tanah mempercepat pelepasan kembali ion K + yang terikat diantara kisi-kisi mineral. Hasil analisis menunjukkan pemberian pupuk kompos MOL pada pola SRI dapat meningkatkan KTK tanah sebesar 18,00 me100g dibandingkan dengan KTK EKAMAIDA : DENGAN SISTEM INTENSIFIKASI TANAMAN PADI MELALUI PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL DALAM PEMBUATAN KOMPOS STUDI KASUS DI DESA SIDODADI KABUPATEN DELI SERDANG, 2008. 62 tanah pada pertanian anorganik 15,31 me100g Tabel 6. Sesuai dengan kriteria penilaian sifat kimia tanah Tabel 2 nilai KTK tanah pada pola SRI tergolong sedang dan KTK tanah anorganik tergolong rendah. Pemberian kompos yang merupakan salah satu sumber bahan organik tanah merupakan sumber hara tanaman dan juga sebagai penyangga biologi yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi sehingga tanah dapat menyediakan hara dalam jumlah berimbang. Bahan organik tanah dapat meningkatkan KTK tanah KTK tanah meningkat maka proses pencucian unsur hara akan semakin suka Buckman dan Brady, 1984. Total kation basa dapat dipertukarkan dan kapasitas tukar kation tanah meningkat secara sangat nyata dengan pemberian kompos. Kompos sebagai salah satu sumber bahan organik tanah apabila telah mengalami proses dekomposisi akan berubah menjadi humus dimana humus tersebut merupakan koloid organik. Koloid organik mempunyai kapasitas tukar kation tanah yang jauh lebih besar dibanding dengan koloid liat. Kapasitas tukar kation humus 300 me100 g tanah sedangkan liat KTK tertinggi 1000 me100 g tanah. Meningkatnya total kation tanah akibat perlakuan kompos sesuai dengan penjelasan di atas bahwa kompos menghasilkan kation-kation basa seperti K + , Ca 2+ , Mg 2+ setelah mengalami proses dekomposisi secara sempurna Harjowigeno, 1996. Kejenuhan Basa KB adalah kemampuan tanah mengikat unsur-unsur kesuburan dalam kondisi basa, sehingga tanah ini tidak mudah tercuci. Semakin tinggi KB maka tanah tersebut tergolong semakin subur. Kejenuhan basa tanah yang EKAMAIDA : DENGAN SISTEM INTENSIFIKASI TANAMAN PADI MELALUI PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL DALAM PEMBUATAN KOMPOS STUDI KASUS DI DESA SIDODADI KABUPATEN DELI SERDANG, 2008. 63 diberikan pupuk kompos MOL pada pola SRI adalah 76,01 me100g lebih tinggi dibandingkan dengan tanah pada pertanian anorganik 71,29 Tabel 6. Sesuai dengan kriteria penilaian sifat kimia tanah pada Tabel 2, nilai KB tanah pada pola SRI 70 hal ini menunjukkan bahwa tanah pada pola SRI masih tergolong subur walaupun nilai KB lebih rendah dibandingkan dengan tanah pertanian anorganik. Kejenuhan basa nyata meningkat lebih tinggi pada tanah pola SRI dibandingkan dengan tanah anorganik Lampiran 1. kation-kation basa maupun asam yang dapat dipertukarkan ke dalam larutan tanah selama proses dekomposisi bahan organik di dalam tanah mempengaruhi kejenuhan basa. Bila kation asam lebih banyak dilepaskan ke larutan tanah, kejenuhan basa akan rendah, tetapi sebaliknya bila kation basa lebih banyak dipertukarkan ke dalam larutan tanah maka kejenuhan basa akan meningkat Harjowigeno,1996. Pemberian pupuk kompos MOL menpengaruhi nilai KB tanah, tingkat kejenuhan basa tanah mempengaruhi kemudahan suatu kation diserap tanaman. Hal itu terjadi karena dengan pemberian pupuk kompos MOL terjadi interaksi antara partikel bahan organik hasil dekomposisi oleh mikroorganisme yang berasal dari MOL. Pupuk organik di samping menaikkan persentase KB, juga sekaligus menaikkan pH tanah Menlich, 1985.

4.2.2. Populasi Mikroba Tanah Akibat Pemberian Pupuk MOL Pada Pola SRI