Pemberdayaan Masyarakat Petani Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc

33 menyerang unsur-unsur pathogen bagi tanaman sehingga ketergantungan terhadap bahan kimia dapat ditekan Burelle et al, 2005.

2.4. Pemberdayaan Masyarakat Petani

Pemerintah Indonesia perlu menerapkan pendekatan pembangunan bagi masyarakat tani disebabkan karena semakin banyaknya gejolak-gejolak sosial yang timbul sebagai dampak dari aktivitas pembangunan. Pendekatan yang diterapkan yakni pendekatan yang dilakukan masyarakat tani lokal bukan sebagai objek tetapi sebagai subjek dengan mengajak masyarakat untuk turut berperan dalam proses pembangunan Hadi, 2002. Wujud peran serta masyarakat dalam Pembangunan Nasional dengan pemberdayaan masyarakat pedesaan yakni adanya gerakan penguatan kemandirian dan posisi sosial ekonomi-politik, untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan Sosial Anonim, 2002. Upaya pemberdayaan masyarakat pedesaan dilakukan dengan cara : a. Melakukan pelatihan pada petani melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu SLPHT pengelolaan makcro kredit pertanian. b. Pembentukan dan pengelolaan kelompok tani, pengembangan pertanian organik terpadu dan pemasaran produk pertanian. c. Memfasilitasi masyarakat dalam perluasan kelompok simpan pinjam. Perintisan kelompok warung sembako, pengembangan tanaman obat dan pekarangan, pendidkan, pengaksaraan, dsb. EKAMAIDA : DENGAN SISTEM INTENSIFIKASI TANAMAN PADI MELALUI PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL DALAM PEMBUATAN KOMPOS STUDI KASUS DI DESA SIDODADI KABUPATEN DELI SERDANG, 2008. 34 d. Pengembangan mutu kehidupan desa. e. Pengembangan Produk dan Pemasaran alternatif Komoditi pertanian. Mengingat kualitas sumber daya petani sangat rendah, maka untuk mengubah perilaku petani dilakukan melalui pendidikan luar sekolah non formal. Bila kita cermati perilaku pelaku usaha tani secara umum saat ini setidaknya ditemukan tidak pandangan dan sekaligus perilaku usaha taninya di lapangan, dapat dianalisis menjadi tiga bagan sebagai berikut : Pandangan I. Perilaku pemberantasan Pandangan ini hanya berpikir bahwa di lahan sawah hanya ada tanaman dan hama, sehingga hama harus dibasmi. Pestisida memegang peranan penting dalam pemberantasan hama. Permasalahan yang timbul apabila pestisida tidak dapat membasmi hama secara tuntas akan memberikan dampak hama menjadi kebal, peledakan hama yang tiba-tiba resurgensi, pencemaran lingkungan, terbunuhnya jasad bukan sasaran sehingga mengurangi keragaman unsur hayati, gangguan terhadap kesehatan manusia dan pencemaran lingkungan. Pandangan II Pandangan ini mulai ada kemajuan bahwa dalam lahan usaha tani, ternyata ada serangga atau makhluk hidup yang berguna dimanfaatkan, namun demikian jika hama dengan perhitungan ambang ekonomi tidak menguntungkan maka pestisida yang dapat menekan serangan hama. Jika dicermati lebih dalam ternyata yang berubah adalah soal waktu dan legalitas penggunaan pestisida, karena ketika ambang ekonomi digunakan sebagai dasar penyemprotan, maka dalam prakteknya EKAMAIDA : DENGAN SISTEM INTENSIFIKASI TANAMAN PADI MELALUI PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL DALAM PEMBUATAN KOMPOS STUDI KASUS DI DESA SIDODADI KABUPATEN DELI SERDANG, 2008. 35 belum memperhitungkan berapa musuh alami yang ada? Bagaimana stadia hama tersebut? Pandangan dan perilaku ini sebenarnya memulai mempraktekkan pengelolaan unsur ekosistem, tetapi belum sempurna dan pada akhirnya tetap menggunakan pestisida selanjutnya dampaknya tetap masih ada. Pandangan ini cenderung sama dengan pandangan dan perilaku konvensional. Dua cara pandang dan perilaku pelaku usaha tani di atas bukan konsep pertanian yang berkelanjutan oleh karena itu sudah saatnya kita berubah pada cara pandang dan perilaku yang holistik, seperti ditunjukkan pada cara pandang ketiga dibawah ini. Pandangan III Pandangan ini menunjukkan bahwa ekosistem pertanian merupakan satu sistem yang dinamis dan dapat dikelola. Berangkat dari pemahaman tersebut maka cara pengolahan usaha tani, dilakukan dengan memanfaatkan potensi yang ada, dengan demikian tidak perlu banyak masukan dari luar. Konsep inilah yang menjadi jiwanya PHT lalu bagaimanakah unsur agro-ekosistem menjadi bermanfaat dan menjadi sumber kekuatan? Proses inilah yang dipelajari oleh petani, melalui kegiatan sekolah lapangan. Berkaitan dengan pengelolaan potensi yang ada, proses belajar diarahkan pada bagaimana petani mampu mengelola unsur ekosistem sebagai sebuah potensi yang dapat dikembangkan, contoh kemampuan petani dalam pengelolaan unsur ekosistem sebagai praktek pertanian yang ramah lingkungan Kuswara, 2006. EKAMAIDA : DENGAN SISTEM INTENSIFIKASI TANAMAN PADI MELALUI PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL DALAM PEMBUATAN KOMPOS STUDI KASUS DI DESA SIDODADI KABUPATEN DELI SERDANG, 2008. BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian