65
menguntungkan sehingga mikroorganisme patogen dalam tanah kalah bersaing. Bahan organik merupakan sumber utama energi bagi aktivitas jasad renik tanah.
Oleh karena itu penambahan larutan MOL dalam proses pembuatan pupuk organik akan lebih efektif perannya dalam peningkatan mikroba tanah. MOL yang dibuat
merupakan kultur campuran dari mikroorganisme lokal yang terdapat dari air beras dan limbah buah-buahan yang dijadikan sebagai dekomposer dalam proses
pembuatan pupuk organik pada pola tanam SRI. Pupuk organik yang mengandung MOL diaplikasikan sebagai inokulan
untuk meningkatkan keragaman dan populasi dalam transformasi juga daur ulang berbagai hara serta produksi senyawa atau metabolit yang dapat mendukung
pertumbuhan tanaman. Kultur campuran mikroorganisme yang terdapat dalam MOL bekerja secara sinergi untuk memfermentasikan bahan organik, baik bahan
oranik yang terdapat di dalam tanah maupun bahan organik yang telah tersedia. Berbagai keuntungan menggunakan bahan organik serta fungsi beberapa
mikroorganisme tersebut akan menciptakan media tumbuh tanaman yang baik sehingga menampilkan pertumbuhan dan hasil tanaman yang baik pula.
4.2.3 Sistem Pertanian Metode SRI dalam Hubungannya dengan Pengelolaan
Lingkungan
Dari hasil kuisioner serta data parameter yang diamati Lampiran 5 dan 6 dan setelah data dirata-ratakan dapat diketahui bahwa penggunaan kompos pada lahan
persawahan dapat menghemat pemakaian pupuk buatan pupuk buatan. Kebutuhan
EKAMAIDA : DENGAN SISTEM INTENSIFIKASI TANAMAN PADI MELALUI PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL DALAM PEMBUATAN KOMPOS STUDI KASUS DI DESA SIDODADI KABUPATEN DELI SERDANG, 2008.
66
pupuk organik per hektar antara 7 – 10 ton, saat penaburan pupuk organik dan meratakan tanah air dijaga agar tidak mengalir supaya nutrisi tidak hanyut.
Selanjutnya di pinggir dan di tengah petakan dibuat parit agar mudah mengutur air. Setelah tanah diratakan air dijaga tetap lembab jangan sampai kering. Tanaman padi
sawah berdasarkan praktek SRI ternyata bukan tanaman air tetapi dalam pertumbuhannya membutuhkan air, dengan demikian maka SRI ditanam pada
kondisi tanah yang tidak tergenang, dengan tujuan menyediakan oksigen lebih banyak di dalam tanah. Kemudian dimanfaatkan oleh akar. Dengan keadaan tidak
tergenang akar akan tumbuh dengan subur dan besar. Maka tanaman dapat menyerap nutrisi sebanyak banyaknya Kuswara, 2006. Dari hasil wawancara
dengan petani di Desa Sidodadi pengurangan pemanfaatan air mampu mencapai 40 pada pola tanam SRI dibandingankan dengan sistem pertanian anorganik.
Pupuk buatan yang digunakan terus menerus mengakibatkan rusaknya sifat fisika tanah dan biologi tanah. Sifat fisika tanah merupakan sifat yang paling
menpengaruhi seperti struktur tanah yang semakin padat sehingga kapasitas infiltrasi tanah akan menurun akibatnya daya memegang air serta unsur hara akan rendah dan
pergerakan air serta udara juga akan sulit, hal ini akan berakibat tingginya tingkat pencucian atau degradasi tanah juga perkembangan tanaman terutama akar akan
terganggu. Pemakaian pupuk buatan mengakibatkan kerusakan sifat biologi. Jumlah dan aktifitas mikroorganisme tanah menurun akibat tidak adanya bahan makanan
berupa bahan organik atau kurangnya kadar karbon di dalam tanah. Mikroorganisme berperan dalam memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Dalam pertanian
EKAMAIDA : DENGAN SISTEM INTENSIFIKASI TANAMAN PADI MELALUI PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL DALAM PEMBUATAN KOMPOS STUDI KASUS DI DESA SIDODADI KABUPATEN DELI SERDANG, 2008.
67
pola tanam SRI permasalahan tersebut dapat diatasi karena salah satu cara yang dilaksakan pada pola SRI adalah penggunaan pupuk yang berasal dari bahan organik
yaitu dengan pemberian kompos yang merupakan salah satu usaha pertanian intensifikasi yang ramah lingkungan. Pertanian SRI yang merupakan teknologi usaha
tani ramah lingkungan, bertujuan mengintensifkan dan mengefisiensikan pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal serta
berbasis pada kaidah ramah lingkungan. Metode SRI dilaksanakn oleh petani Desa Sidodadi dengan pemanfaatan limbah pertanian melalui pengomposan terlebih
dahulu. Kompos merupakan bahan organik yang dibusukkan yang bahan bakunya berasal dari sampah atau sisa tanaman terutama jerami dan juga limbah pertanian
lainnya. Apabila bahan baku tersebut tidak dijadikan kompos atau dibiarkan begitu saja di sekitar areal pertanian dan sekitarnya akan membawa dampak negatif terhadap
lingkungan yaitu polusi udara, air dan tanah yang mengakibatkan keseimbangan ekosistem terganggu dan juga merupakan sumber hama dan penyakit bagi tanaman
maupun manusia. Sebagaimana diketahui bahwa tanah-tanah sawah di Indonesia menurut hasil
penelitian 60 lahan sawah di Pulau Jawa telah mengalami degradasi kesuburan tanah. Diindikasikan oleh rendahnya kandungan bahan organik dibawah l.
Dampak dari rendahnya kandungan bahan organik PO ini antara lain tanah menjadi keras dan liat sehingga sulit diolah, respon terhadap pemupukan rendah, tidak
responsif terhadap unsur hara tertentu, tanah menjadi masam, penggunaan air irigasi menjadi tidak efisien serta produktivitas tanaman cenderung menurun dan semakin
EKAMAIDA : DENGAN SISTEM INTENSIFIKASI TANAMAN PADI MELALUI PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL DALAM PEMBUATAN KOMPOS STUDI KASUS DI DESA SIDODADI KABUPATEN DELI SERDANG, 2008.
68
susah untuk ditingkatkan. Pemupukan pada pertanian anorganik masih mengandalkan pupuk kimia yang menambah biaya produksi, sedangkan produksi padinya rata-rata
hanya 5,04 tonha. Hal ini sangat berbeda sekali dengan prinsip pertanian organik misalkan pada pola tanam SRI yang mampu menghasilkan padi rata-rata 6188 kgha
Anonim, 2006. Produksi padi pada pertanian anorganik cenderung menurun karena
kesuburan tanah yang semakin menurun karena cara-cara pengelolaan tanah sawah yang kurang tepat. Sawah semakin tandus akibat pemberian pupuk buatan yang terus-
menerus, tanpa ada penambahan bahan organik. Penggunaan pestisida yang cenderung berlebihan dan tidak terkontrol mengakibatkan keseimbangan alam
terganggu, musuh alami hama menjadi punah sehingga banyak hama dan penyakit tanaman semakin tumbuh berkembang dengan pesat. Pada pola tanam SRI pestisida
yang digunakan lebih banyak menggunakan ekstrak bahan-bahan alami. Pengendalian hama dilakukan dengan PHT, yaitu dengan mengelola unsur agro-
ekosistem sebagai alat pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pada prinsipnya pengelolaan potensi usaha tani. dalam kaitannya dengan pengelolaan potensi usaha
tani proses belajar diarahkan pada bagaimana petani mampu mengelola unsur agro- ekosistem sebagai sebuah potensi yang dapat dikembangkan. Contoh kemampuan
potensi dalam pengelolaan unsur agro-ekosistem sebagai praktek pertanian yang ramah lingkungan Kuswara, 2006.
Pengendalian hama yang dilakukan di Desa Sidodadi dari hasil wawancara dengan petani mereka hanya melakukan secara alami dan tradisional. Misalnya cara
EKAMAIDA : DENGAN SISTEM INTENSIFIKASI TANAMAN PADI MELALUI PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL DALAM PEMBUATAN KOMPOS STUDI KASUS DI DESA SIDODADI KABUPATEN DELI SERDANG, 2008.
69
pemberantasan keong mas, mereka tidak pernah menyemprot dengan pestisida kimia. Mereka hanya mengambil keong dan telurnya kemudian diolah dengan cara
dihancurkan dan dicampur dengan air untuk dijadikan nutrisi yang berguna bagi tanaman padi. Untuk pemberantasan hama serangga dan ulat daun, para petani
hanya mengutip serangga dan ulat dari batang setelah melihat adanya tanda-tanda serangan. Dengan pola ini mereka bisa memperkecil resiko kerusakan padi tanpa
menggunakan zat kimia. Pemanfaatan dari limbah-limbah hasil pertanian tersebut sebagaimana yang dilakukan petani Sidodadi Kabupaten Deli Serdang melalui teknik
pengomposan maka permasalahan di atas akan dapat teratasi dan memberikan manfaat yang cukup besar terutama dalam pelestarian tanah yaitu kesuburan tanah.
Kabupaten Deli serdang pada umumnya dan desa Sidodadi pada khususnya sangat potensial untuk mengembangkan pertanian organik melalui pola System of
Rice Intensification. Dukungan kelompok tani yang handal merupakan modal yang sangat berharga dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan. Dengan melihat
prakiraan perkembangan jumlah penduduk yang sangat pesat, maka percepatan untuk pengembangan teknologi budidaya dengan pola SRI mutlak diperlukan. Hal ini juga
didukung oleh potensi alam yang sangat subur. Dengan memanfaatkan semua yang tersedia di alam, diharapkan tidak ada lagi keluhan-keluhan petani tentang dampak
kenaikan harga pupuk, kelangkaan pupuk, dan lain-lain. Melalui budidaya padi pola SRI memungkinkan kebersihan lingkungan sekitar akan selalu terjaga. Hal ini karena
sampah-sampah organik akan dapat termanfaatkan untuk budidaya padi. Peran serta masyarakat serta aparatur pemerintah, sangat mendukung keberhasilan pertanian
EKAMAIDA : DENGAN SISTEM INTENSIFIKASI TANAMAN PADI MELALUI PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL DALAM PEMBUATAN KOMPOS STUDI KASUS DI DESA SIDODADI KABUPATEN DELI SERDANG, 2008.
70
ramah lingkungan dengan pola SRI. Dengan hasil budidaya padi SRI akan diperoleh kualitas pangan yang bebas dari residu pestisida dan bahan-bahan kimia lain. Ini
berarti masyarakat akan mengkonsumsi pangan yang sehat. Adanya pangan yang sehat akan melahirkan generasi-generasi penerus yang berkualitas.
EKAMAIDA : DENGAN SISTEM INTENSIFIKASI TANAMAN PADI MELALUI PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL DALAM PEMBUATAN KOMPOS STUDI KASUS DI DESA SIDODADI KABUPATEN DELI SERDANG, 2008.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan