23
Penelitian yang dilakukan oleh Winaryu 2005 dalam Galileo 2007 menunjukkan bahwa limbah pepaya dan EM-4 Emulsifier Mikroorganisme
berpengaruh terhadap lamanya pengomposan sampah organik, yaitu pada konsentrasi 100 ml limbah pepaya membutuhkan waktu pengomposan 36 hari.
Konsentrasi 200 ml limbah pepaya membutuhkan waktu pengomposan 24 hari dan untuk kontrol tanpa perlakuan membutuhkan waktu pengomposan 45 hari, sehingga
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi limbah pepaya inokulan yang ditambahkan semakin cepat waktu pengomposan.
Maria 2006 dalam Galileo 2007 juga meneliti tentang penggunaan inokulan EM-4, kotoran kuda dan limbah buah-buhan dalam proses pengomposan.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa EM-4 merupakan inokulan yang paling cepat dalam proses pengomposan sampah kedelai yaitu 25 hari, inokulan limbah
buah-buhan membutuhkan waktu 30 hari dan kotoran kuda membutuhkan waktu 35 hari.
2.3.2 Peranan Mikroorgasnisme Dalam Proses Dekomposisi Pengomposan
Isroi 1994 menyatakan bahwa proses pengomposan alami memakan waktu yang sangat lama, antara 6-12 bulan sampai bahan organik tersebut benar-benar
tersedia bagi tanaman. Proses pengomposan dapat dipercepat dengan menggunakan mikroba penghancur dekomposer yang berkemampuan tinggi. Penggunaan
mikroba dapat mempersingkat proses dekomposisi dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja.
EKAMAIDA : DENGAN SISTEM INTENSIFIKASI TANAMAN PADI MELALUI PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL DALAM PEMBUATAN KOMPOS STUDI KASUS DI DESA SIDODADI KABUPATEN DELI SERDANG, 2008.
24
Pengomposan merupakan proses penguraian aerobik-termofilik dari konstituen organik misalnya dari sampah 1 buangan organik alami termasuk juga
limbah dari buah-buahan menjadi produk akhir yang relatif stabil, menyerupai humus. Ada 3 group mikroorganisme yang berperan, yaitu: bakteri, aktinomisetes
dan fungi. Bakteri mengurai senyawa golongan protein, lipid dan lemak pada kondisi termofilik serta menghasilkan energi panas. Aktinomisetes dan fungi yang
selama proses pengomposan berada pada kondisi mesofilik dan termofilik berfungsi untuk mengurai senyawa-senyawa organik yang kompleks dan selulosa dari bahan
organik atau dari bulking agent. Faktor kondisi lingkungan selama operasional sangat berpengaruh terhadap aktivitas mikroorganisme dalam proses oksidasi-
dekomposisi tersebut dan pada akhirnya berpengaruh terhadap kecepatan dan siklus proses pengomposan serta kualitas kompos yang dihasilkan Supriyanto, 2000.
2.3.3. Peranan Kompos
Hasil akhir dari pengomposan merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki
sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampahlimbah dapat digunakan
untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah pertamanan, sebagai bahan penutup sampah di
TPA, reklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia Bapedalda Jatim, 2007.
EKAMAIDA : DENGAN SISTEM INTENSIFIKASI TANAMAN PADI MELALUI PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL DALAM PEMBUATAN KOMPOS STUDI KASUS DI DESA SIDODADI KABUPATEN DELI SERDANG, 2008.
25
a. Meningkatkan Unsur Hara Tanah