BAB III PENELITIAN SENDIRI
3.1. LATAR BELAKANG
Gagal ginjal kronik GGK merupakan proses patofisiologi dengan etiologi yang multipel, menyebabkan pengurangan sejumlah nefron dan fungsinya secara
progresif yang mendasari terjadinya penyakit ginjal terminal.
1,3
GGK merupakan permasalahan di bidang nefrologi dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Laporan penelitian epidemiologi klinis di
Indonesia ternyata mendapatkan bahwa gagal ginjal terminal yang merupakan akibat lanjut dari GGK menempati urutan pertama dari semua penyakit ginjal.
2
Telah diketahui bahwa lebih dari 80 penyebab kematian pada penyakit ginjal adalah kelainan kardiovaskuler.
45,46
Goicechea dkk 2004 dalam sebuah penelitian potong lintang mendapatkan bahwa kematian pada GGK : 22 akibat
penyakit jantung koroner, 18 akibat gagal jantung kingestif, 14 akibat penyakit serebrovaskuler dan 14 akibat penyakit vaskuler perifer.
47
Kondisi – kondisi pada GGK yang merupakan faktor resiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler adalah penurunan laju filtrasi glomerulus
LFG, mikroalbuminuria, hiperfosfatemia, hipertensi kardiak dan kardiomiopati uremik serta anemia.
47
Penyakit arteri perifer PAP merupakan manifestasi paling sering adanya aterosklerosis, yang mempunyai karakteristik terdapat oklusi aterosklerosis pada
tungkai bawah. Gejala PAP paling sering yaitu klaudikasio intermiten, yang dikeluhkan sebagai : rasa nyeri, kram otot atau sakit pada telapak kaki, betis atau
bokong. Dimana, pernah dilaporkan bahwa lebih dari 50 pasien yang menderita PAP tidak menunjukkan gejala asimtomatik. Nyeri saat istirahat dan gangren
lebih sering dijumpai pada penderita PAP dan hal ini merupakan penyebab
23
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang Di DepartemenSmf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran UsuRsup H Adam Malikrsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
dilakukannya tindakan amputasi, khususnya pada penderita dengan diabetes.
46,48-49
Dimana, hanya beberapa test diagnostik non invasif yang dapat mengungkapkan adanya suatu aterosklerosis terutama pada pasien yang
asimtomatik. Sebagai contoh, diagnostik yang murah dan mudah dilakukan dengan mengukur tekanan darah TD pada pergelangan tangan dan kaki.
Ketidak sesuaian TD pergelangan kaki dapat menyebabkan aterosklerosis pada arteri tungkai bawah.
46,48-49
Ankle Brachial Index ABI adalah rasio perbandingan tekanan
pergelangan tangan dan kaki, dimana ABI telah secara luas digunakan pada penelitian baik secara klinis atau epidemiologi dalam deteksi dini PAP dan diduga
berhubungan erat dengan adanya PAP pada tungkai bawah. Deteksi PAP menggunakan ABI dapat dihubungkan dengan prevalensi penyakit
kardiovaskular dan dapat memprediksi penyakit kardiovaskular sebagai penyebab mortalitas pada beberapa sampel penelitian.
48-49
Di AS, prevalensi PAP meningkat beberapa kali pada pasien yang menajalani hemodialisis dibanding populasi sehat dengan usia dan jenis kelamin
yang sama. Beberapa penelitian terbaru menyatakan bahwa PAP merupakan prediktor kuat terhadap kejadian kardiovaskular dan mortalitas keseluruhan.
Kelihatannya, PAP semakin sering dijumpai dan tidak terdiagnosa dengan baik dalam pelayanan kesehatan terutama prediksi kardiovaskular dan mortalitas.
48-51
Pasien dengan PAP meskipun tanpa riwayat penyakit jantung koroner atau stroke, mempunyai resiko kematian karena kardiovaskuler yang sama
dengan pasien yang mempunyai riwayat PJK.
45-48
Tingkat keparahan PAP berhubungan erat dengan resiko PJK, stroke dan kematian karena penyebab
vaskular. Nilai ABI yang rendah, mempunyai prediksi lebih besar terjadi resiko kardiovaskuler.
24
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang Di DepartemenSmf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran UsuRsup H Adam Malikrsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Mortalitas terhadap nilai ABI yang rendah sebesar 25.
48, 49,51
Pada populasi dialisis, United States Renal Data System, insiden PAP sebesar 15.
18
3.2. Perumusan masalah