Magnetic Resonance Angiography MRA Computed Tomographic Angiography CTA

pengukuran ini mempunyai akurasi diagnostik 97. Pulse volume recording digunakan dengan sistem cuffs , dimana Pneumo Plaethysmograph mendeteksi perubahan volume pada tungkai melalui siklus jantung. Perubahan kontur nadi dan amplitudo juga dapat dianalisa. Gelombang normal bila kenaikannya yang tinggi, puncak sistolik yang menajam, pulsasi yang menyempit, adanya dicrotic notch sampai dasar. Pada gangguan arteri perifer, terdapat gambaran gelombang yang mulai landai, puncak yang melingkar,pulsasi yang melebar, dicrotic notch yang menghilang dan melengkung ke bawah.

c. Exercise Stress testing

Pengukuran ABI dilakukan dengan kombinasi pre dan post aktivitas yang dapat digunakan untuk menilai gejala tungkai bawah yang disebabkan gangguan pembuluh darah arteri perifer atau pseudo-claudication dan menilai status fungsi pasien dengan gangguan pembuluh darah arteri perifer. Metode ini baik dan non invasif dalam mendeteksi gangguan pembuluh darah arteri perifer, dimana digunakan bila nilai ABI saat istirahat normal, tetapi secara klinis diduga mengalami gangguan. 44

d. Duplex Ultrasonography

Alat ini berguna dalam mendeteksi PAP pada tungkai bawah yang juga sangat berguna dalam menilai lokasi penyakit dan membedakan adanya lesi stenosis dan oklusi, selain itu juga dapat sebagai persiapan untuk pasien yang akan dilakukan tindakan intervensi. Duplex Ultrasonography merupakan kombinasi analisa gelombang doppler dan kecepatan aliran velosity doppler. 44

e. Magnetic Resonance Angiography MRA

MRA khusus digunakan sebagai diagnosa radiologi penyakit arteri perifer. MRA dilakukan sebagai tindakan lanjutan persiapan evaluasi re-vaskularisasi. 44 21 Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang Di DepartemenSmf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran UsuRsup H Adam Malikrsud dr. Pirngadi-medan, 2008. USU e-Repository © 2008

f. Computed Tomographic Angiography CTA

CTA digunakan sebagai alat terbaru diagnostik penyakit arteri perifer, dengan kemampuan resolusi tampilan gambar lebih baik dan tiap scaning menampilkan 64- channel menggunakan multidetector scanner. ACC AHA merekomendasi CTA dipakai dalam perencanaan tindakan revaskularisasi, yang mempunyai kemampuan menampilkan gambar yang lebih cepat dan ketepatan lebih baik dibanding MRI. 44 22 Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang Di DepartemenSmf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran UsuRsup H Adam Malikrsud dr. Pirngadi-medan, 2008. USU e-Repository © 2008

BAB III PENELITIAN SENDIRI

3.1. LATAR BELAKANG

Gagal ginjal kronik GGK merupakan proses patofisiologi dengan etiologi yang multipel, menyebabkan pengurangan sejumlah nefron dan fungsinya secara progresif yang mendasari terjadinya penyakit ginjal terminal. 1,3 GGK merupakan permasalahan di bidang nefrologi dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Laporan penelitian epidemiologi klinis di Indonesia ternyata mendapatkan bahwa gagal ginjal terminal yang merupakan akibat lanjut dari GGK menempati urutan pertama dari semua penyakit ginjal. 2 Telah diketahui bahwa lebih dari 80 penyebab kematian pada penyakit ginjal adalah kelainan kardiovaskuler. 45,46 Goicechea dkk 2004 dalam sebuah penelitian potong lintang mendapatkan bahwa kematian pada GGK : 22 akibat penyakit jantung koroner, 18 akibat gagal jantung kingestif, 14 akibat penyakit serebrovaskuler dan 14 akibat penyakit vaskuler perifer. 47 Kondisi – kondisi pada GGK yang merupakan faktor resiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler adalah penurunan laju filtrasi glomerulus LFG, mikroalbuminuria, hiperfosfatemia, hipertensi kardiak dan kardiomiopati uremik serta anemia. 47 Penyakit arteri perifer PAP merupakan manifestasi paling sering adanya aterosklerosis, yang mempunyai karakteristik terdapat oklusi aterosklerosis pada tungkai bawah. Gejala PAP paling sering yaitu klaudikasio intermiten, yang dikeluhkan sebagai : rasa nyeri, kram otot atau sakit pada telapak kaki, betis atau bokong. Dimana, pernah dilaporkan bahwa lebih dari 50 pasien yang menderita PAP tidak menunjukkan gejala asimtomatik. Nyeri saat istirahat dan gangren lebih sering dijumpai pada penderita PAP dan hal ini merupakan penyebab 23 Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang Di DepartemenSmf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran UsuRsup H Adam Malikrsud dr. Pirngadi-medan, 2008. USU e-Repository © 2008

Dokumen yang terkait

Hubungan Pasien Penyakit Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis dengan Xerostomia

6 77 65

Hubungan Antara Perkalian Produk Kalsium dan Fosfat Serum dengan Penyakit Arteri Perifer Pada Pasien Hemodialisis Reguler

2 44 112

Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUP H Adam Malik Medan terhadap Kebiasaan Minum

1 40 59

Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan

1 66 71

Penyakit Arteri Perifer Pada Sindroma Metabolik (Penelitian Di Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU/RS H Adam Malik Medan)

7 73 96

Kadar C-Reactive Protein Pada Penderita Ppok Eksaserbasi Penelitian Potong Lintang Di Departemen / Smf Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Usu/ Rsup H Adam Malik / RSUD Dr. Pirngadi Medan Maret 2008 – Juni 2008

0 39 81

Perbandingan Kadar Adiponektin Antara Angina Pektoris Stabil Dengan Sindroma Koroner Akut Penelitian Potong Lintang Di Bagian / Smf Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Usu/ Rs H Adam Malik Medan

2 45 68

Hubungan Pasien Penyakit Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis dengan Xerostomia

0 0 9

Hubungan Pasien Penyakit Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis dengan Xerostomia

0 0 15

Hubungan Antara Perkalian Produk Kalsium dan Fosfat Serum dengan Penyakit Arteri Perifer Pada Pasien Hemodialisis Reguler

0 0 15