BAB I PENDAHULUAN
Sindroma gagal ginjal kronik GGK merupakan permasalahan bidang nefrologi dengan angka kejadiannya masih cukup tinggi, etiologi luas dan
komplek, sering tanpa keluhan maupun gejala klinik kecuali sudah masuk ke stadium terminal gagal ginjal terminal.
1
GGK adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya
berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu
derejat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap , berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
2,3
Dalam kepustakaan lainnya, GGK adalah ketidak mampuan ginjal untuk mempertahankan keseimbangan dan integritas tubuh
yang muncul secara bertahap, diikuti penimbunan sisa metabolisme protein dan gangguan keseimbangan elektrolit, sebelum masuk ke fase penurunan faal ginjal
tahap akhir.
1
Uremia adalah suatu sindroma klinik dan laboratorik yang terjadi pada semua organ, akibat penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik.
2
Penyakit jantung dan pembuluh darah harus mendapat perhatian khusus, karena merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pasien dialisis.
Hipertensi, gangguan metabolisme lipid dan toksin uremia memegang peranan penting patogenesis dan patofisiologi penyakit kardiovaskular.
4
Akhir - akhir ini diketahui bahwa penyebab kematian penyakit ginjal kronis merupakan faktor
resiko yang bersifat independen, untuk timbulnya suatu generalized
atherosclerosis dan penyakit jantung koroner.
5
Morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskuler meningkat bila dibandingkan dengan penyebab lain,
mortalitas kardiovaskular hampir 40 dan meningkat sampai 50 bila disertai adanya kelainan serebrovaskular pada pasien dialisis regular.
5,6
1
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang Di DepartemenSmf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran UsuRsup H Adam Malikrsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Selama ini penyakit serebrovaskuler dan penyakit kardiovaskuler yang termasuk dalam penyakit aterosklerosis lebih sering dilaporkan dalam
keterkaitannnya dengan penyakit ginjal kronis, bila dibandingkan dengan penyakit arteri perifer PAP pada tungkai bawah.
6
Berdasarkan data yang diperoleh dari the Atherosclerosis Risk in
Communities ARIC Study pada 14.280 orang dewasa dengan laju filtrasi
glomerulus LFG ≥ 90 normal, 60 - 89, dan 15 - 59 mlmenit per 1,73m
2
, setelah diikuti selama 13,1 tahun, insiden terjadinya PAP per 1000 orang
pertahun adalah 4,7 : 4,9 dan 8,6 masing masing untuk fungsi ginjal normal, penurunan fungsi ginjal ringan dan penyakit ginjal kronis stadium 3 dan 4.
7
Prevalensi PAP sangat bervariasi, bergantung pada populasi mana yang diteliti. Di Amerika Serikat, prevalensi penderita yang baru menjalani hemodialisis
berkisar antara 14 - 15. Sedang pada penderita yang menjalani hemodialisis kronis, prevalensinya meningkat menjadi 25 berdasarkan
HEMO study dan
USRDS data base .
8,9
Seperti halnya pada populasi umum, PAP pada penderita penyakit ginjal yang baru menjalani hemodialisis, prevalensinya lebih tinggi pada pria
dibandingkan wanita, lebih tinggi pada penderita diabetes dari pada non diabetes, serta lebih tinggi pada usia lanjut.
10,11
2
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang Di DepartemenSmf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran UsuRsup H Adam Malikrsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB II TINJAUAN PUSTAKA