B. Alternatif Pemecahan Masalah Terhadap Implementasi Tugas Hakim
WASMAT Dalam Pembinaan Narapidana di Lapas Klas IIB Siborongborong
Untuk mengatasi hambatan dalam implementasi tugas Hakim WASMAT
dalam pembinaan narapidana di Lapas Kls II B Siborongborong, 3 tiga variabel
yang menghambat yang telah diidentifikasi pada subbab faktor penghambat implementasi tugas Hakim WASMAT dalam pembinaan narapidana akan dianalisis
pada sub bab ini.
1. Bidang hukum
Faktor ketidaksinkronnya materi hukum yang berkaitan dengan implementasi tugas Hakim WASMAT untuk mendukung pola pembinaan
terhadap narapidana, maka pada tataran normatif yang harus dilakukan adalah memperbaharui KUHAP dan Undang-undang Pemasyarakatan. Dari pendapat ini,
maka pembentuk undang-undang harus mengadakan pilihan di antara banyak kemungkinan dan syarat-syarat. Pembentuk undang-undang harus menetapakan
prioritas-prioritas serta apa yang dikehendaki dari pandangannya mengenai hukum yang berkembang dengan mengacu kepada politik hukum.
157
Dengan demikian undang-undang merupakan alat untuk mengadakan dan mengarahkan
serta mendorong perubahan dalam masyarakat.
158
Sahardjo, termasuk orang yang ingin mempengaruhi pikiran pembentuk undang-undang agar dapat menerima
157
A.S. Tambunan, Politik Hukum Berdasarkan UUD 1945, Jakarta: Puporis Publisher, 2002, hal. 33-34.
158
Roeslan Saleh, Penjabaran Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam Perundang-undangan, Jakarta: Aksara Baru, 1979, hal. 32.
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
pemasyarakatan sebagai tujuan pidana penjara dan memberikan saran kepada pembentuk undang-undang agar merumuskan hukum pidana yang melindungi
pelaku dan masyarakat serta merubah pandangan masyarakat terhadap narapidana.
159
Undang-undang Pemasyarakatan yang diperbaharui atau yang dicita- citakan ius constituendum harus mengakomodasikan ketentuan tentang
pengawasan dan pengamatan, sehingga sebagai undang-undang pokok pemasyarakatan ketentuan tentang pengawasan dan pengamatan populer di
kalangan Lapas. Selain mengakomodasikan ketentuan tentang pengawasan dan pengamatan ke dalam Undang-undang Pemasyarakatan, yang juga harus
dilakukan adalah melengkapi Undang-undang Pemasyarakatan yang diperbaharui atau dicita-citakan tersebut dengan peraturan organik yang menentukan dengan
rincidetail tentang pengawasan dan pengamatan. Peraturan organik tentang pengawasan dan pengamatan yang dicita-citakan ius constituendum harus
menentukan tidak hanya sejauh mana keaktifan Hakim WASMAT mencegah terjadinya pelanggaran terhadap hak-hak narapidana seperti yang ditentukan di
dalam S.E.-M.A.71985, tetapi juga harus menentukan bagaimana apabila Hakim WASMAT sendiri yang tidak melaksanakan tugasnya. Kalau menurut S.E.-
M.A.71985 dipergunakan istilah metode persuasif yang ditunjang oleh asas kekeluargaan. Apabila Hakim WASMAT menemukan pelanggaran terhadap hak-
hak narapidana, maka seharusnya apabila Hakim WASMAT sendiri yang
159
Petrus Irwan Pandjaitan, Op.,Cit., hal. 71.
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
melakukan pelanggaran, umpama tidak melaksanakan kunjungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ada juga suatu metode untuk
menegur Hakim WASMAT yang bersangkutan. Jika diperhatikan pada pasal-pasal yang mengatur tentang Hakim
WASMAT dalam Rancangan Amandemen KUHAP, maka tampak masih sama pengaturannya dengan KUHAP, perbedaannya terletak pada penempatan
pasalnya, dimana pada KUHAP diatur pada Pasal 277 sampai dengan Pasal 283, sedangkan dalam Rancangan Amandemen KUHAP diatur dalam Pasal 269
sampai dengan Pasal 275.
160
Panitia Amandemen KUHAP hingga saat ini belum sampai pada pembahasan mengenai pasal-pasal yang mengatur tentang Hakim WASMAT.
Namun demikian hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa pengaturan tentang Hakim WASMAT dalam KUHAP akan dilakukan pembahasan dan perubahan
agar dapat menyesuaikan dengan situasi, keadaan dan kebutuhan Hakim WASMAT dalam melaksanakan tugasnya mengalami beberapa masalah sehingga
tidak dapat bekerja secara efektif.
161
Fungsi pengawasan dan pengamatan yang dilakukan oleh Hakim WASMAT dalam Rancangan Amandemen KUHAP diatur dalam Bab XVII
160
H.R. Abdussalam, Tanggapan atas Rancangan Undang-undang tentang Hukum Acara Pidana Dept. Hukum dan HAM R.I., Jakarta: Restu Agung, 2008, hal. 314-316.
161
Ibid.
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
tentang pengawasan dan pengamatan pelaksanaan putusan pengadilan, di antara pasal-pasal yang pokok adalah:
162
Pasal 269 menyebutkan : 1 Pada setiap pengadilan harus ada hakim yang diberi tugas khusus untuk
membantu ketua dalam melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana perampasan kemerdekaan.
2 Hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 yang disebut hakim pengawas dan pengamat, ditunjuk oleh ketua pengadilan untuk paling lama dua tahun.
Pasal 270 menyebutkan : Jaksa mengirimkan tembusan berita acara pelaksanaan putusan pengadilan
yang ditandatangani olehnya, kepala lembaga pemasyarakatan dan terpidana, kepad pengadilan yang memutus perkara pada tingkat pertama
dan panitera mencatatnya dalam register pengawasan dan pengamatan.
Pasal 271 menyebutkan : Register pengawasan dan pengamatan sebagaimana tersebut pada Pasal 278
wajib dikerjakan, ditutup dan ditandatangani oleh panitera pada setiap hari kerja dan untuk diketahui ditandatangani juga oleh hakim sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 277.
Pasal 272 menyebutkan : 1 Hakim pengawas dan pengamat mengadakan pengawasan guna memperoleh
kepastian bahwa putusan pengadilan dilaksanakan sebagaimana mestinya. 2 Hakim pengawas dan pengamat mengadakan pengamatan untuk bahan
penelitian demi ketetapan yang bermanfaat bagi pemidanaan, yang diperoleh bagi perilaku narapidana atau pembinaan lembaga
pemasyarakatan serta pengaruh timbal balik terhadap narapidana selama menjalani pidananya.
3 Pengamatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 tetap dilaksanakan setelah terpidana selesai menjalani pidananya.
4 Pengawasan dan pengamatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 277 berlaku pula bagi pemidanaan bersyarat.
162
Ibid.
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
Pasal 275 menyebutkan : Atas permintaan hakim pengawas dan pengamat kepada lembaga
pemasyarakatan menyampaikan informasi secara berkala atau sewaktu – waktu tentang perilaku narapidana tertentu yang ada dalam pengamatan
hakim tersebut.
Pasal 276 menyebutkan : Jika dipandang perlu demi pendayagunaan pengamatan, hakim pengawas
dan pengamat dapat membicarakan dengan kepala lembaga pemasyarakatan tentang cara pembinaan narapidana tertentu.
Pasal 277 menyebutkan : Hasil pengawasan dan pengamatan dilaporkan oleh hakim pengawas dan
pengamat kepada ketua pengadilan secara berkala.
Apabila diperhatikan ketentuan dalam pasal-pasal yang mengatur tugas dan fungsi Hakim WASMAT dalam rancangan KUHAP tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa rumusan substansi dan penjelasannya tidak mengalami perubahan dari pasal-pasal dan penjelasan sebagaimana diatur dalam KUHAP
sekarang ini UU No. 8 Tahun 1981. Oleh karena itu diharapkan kepada pembentuk undang-undang agar lebih mempertegas dan merinci tugas dan fungsi
Hakim WASMAT dengan memperhatikan pola pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan.
2. Bidang kelembagaan