B. Implementasi Tugas Hakim WASMAT Terhadap Pembinaan Narapidana di
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Siborong-borong
Berawal dari keluarnya Surat Keputusan Ketua Pengadilan Negeri Tarutung No. W2.46.2437PIDXI2008, yang menetapkan Frans Manurung, SH sebagai
Hakim Pengawas dan Pengamat pada Pengadilan Negeri Tarutung maka sejak itu pula Hakim WASMAT yang dihunjuk memiliki peran yang strategis berkaitan
dengan penegakan hak asasi manusia bagi para narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas. II B Siborong-borong karena para narapidana yang ada di
Lembaga Pemasyarakatan tersebut adalah orang-orang yang telah dirampas akan hak- hak dan kemerdekaannya secara legal. Dalam keadaan seperti ini bukan berarti para
narapidana tidak memiliki hak-hak yang perlu dilindungi sebagai manusia yang memiliki hak asasi. Dengan semakin dijunjung tingginya hak asasi manusia, maka
perlu ada perlindungan hak asasi manusia bagi para narapidana yang sedang menjalani pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan.
Dipilihnya Lapas Klas II-B Siborong-borong sebagai wujud pengimplementasian tugas-tugas Hakim WASMAT karena Lapas Klas II-B
Siborong-borong termasuk salah satu Lapas Klas II-B yang memperoleh predikat terbaik III tingkat nasional pada tahun 2008 dalam menjalankan tupoksinya.
Secara organisataris, lapas Klas II-B siborong-borong memiliki 42 orang Pegawai Lk : 36 orang ; Pr : 6 orang dengan bagan organisasi serta nama pejabat
memangku jabatan tersebut sebagai berikut :
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
KEPALA Sardiaman Purba, Bc.IP,SH
Kasubag TU SR. Tambunan
KAUR WAI KEU Rusli Nadeak
Kaur Wai Dan Keu Jonner Panjaitan
Kasi binadik Giatja Sauduran L.Toruan
Kasi Kamtib Daniel Pasaribu
K P L P Bahera Pardede
Kasubsi Pelaporan JhondulesSimanjuntak
Kasubsi Keamanan Torkis Siregar
Kasubsi Giatja Ectus Purba
Kasubsi Perawatan Raya Sinaga
Kasubsi Registrasi Dorhem Sialagan
Sum ber : Urusan Kepegawaian Lembaga Pe
m as
yarakatan Klas. II B Siborong-borong
Thurma n S.M. Hutapea : Pera
n Hakim Penga
w as Dan Penga
mat Terhada
p Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemas
y arakata
n Klas II B Siborongbor
o ng, 2009
Memperhatikan baganstruktur organisasi Lapas Klas. II B Siborong-borong diatas terlihat dengan jelas bahwa tanggung jawab secara keseluruhan perputaran
roda organiasasi berada dipundak Bapak Sardiaman Purba selaku Kepala Lembaga Pemasyarakatan namun yang bertanggung jawab terhadap jalannya Program
Pembinaan di Lapas Klas. II B Siborong-borong jelas dan terang berada dibawah Kasi Binadik dan Giatja yang dijabat oleh Bapak Sauduran Lumbantoruan yang
sekaligus merangkap sebagai Ketua TPP Lapas Klas. II B Siborong-borong sehingga berhasil ataupun tidaknya program pembinaan didalam Lapas Klas. II B Siborong-
borong sangat tergantung akan keberhasilan TPP dalam menetapkan pola pembinaan yang akan dilaksanakan.
Disamping “Pola”, keberhasilan program pembinaan dilaksanakan sangat tergantung pula akan luas areal lahan atau lokasi keberadaan Lapas tersebut sehingga
bila diperhatikan akan lokasi Lapas Klas II-B Siborong-borong yang berada diatas bukit yang terletak dipinggiran kota Siborong-borong memiliki luas lahan ± 10.000
M
2
termasuk akan halaman dan lokasi pertanian ± 3.000 M
2
dan jauh dari hunian penduduk sekitar, sehingga terkesan bahwa Lapas Klas II-B Siborong-borong
termasuk Lapas yang memenuhi ketentuan sebuah lapas kategori Klas II-B. Hak narapidana sebagaimana diatur dalam Pasal 14 Undang-undang Nomor
12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan adalah sebagai berikut : 1 Narapidana berhak:
a. melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaan; b. mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani;
c. mendapatkan pendidikan dan pengajaran; d. mendapatkan
pelayanan kesehatan dan makanan yang layak;
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
e. menyampaikan keluhan;
f. mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang;
g. mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilaksanakan; h. menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, orang tertentu lainnya;
i. mendapatkan pengurangan masa pidana remisi; j. mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi
keluarga; k. mendapatkan pembebasan bersyarat;
l. mendapatkan cuti menjelang bebas; dan m. mendapatkan hak – hak lain sesuai dengan peraturan perundang –
undangan yang berlaku. 2 Ketentuan mengenai syarat – syarat dan tata cara pelaksanaan hak – hak
narapidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
119
Berkaitan dengan pemberian akan hak-hak warga binaan pemasyarakatan tersebut diatas, dari hasil penelitian di Lapas Klas. II B Siborong-borong bahwa
pelaksanaan pemberian hak-hak warga binaan pemasyarakatan dimaksud berjalan dengan baik dan bila ada yang belum berjalan hanya terkait masalah pemberian hak
untuk melakukan ibadah, itupun terhadap warga binaan pemasyarakatan yang menganut agama Budha dan Hindu karena rumah ibadah untuk ke-dua agama
tersebut belum tersedia, sementara warga binaan pemasyarakatan yang beragama Budha ada sebanyak 2 dua orang pada saat penelitian dilakukan.
Sedangkan bagi warga binaan pemasyarakatan yang beragama Islam dan Kristen tersedia rumah ibadahnya yakni Mesjid dan Gereja masing-masing 1 satu
unit rumah ibadah.
119
Indonesia, Undang – undang Tentang Pemasyarakatan, UU No. 12, LN No. 77, Tahun 1995, TLN No. 3614, pasal 14.
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
Terhadap kegiatan tersebut diatas peran Hakim WASMAT sangat diperlukan karena salah satu tugas pengamatan yang dilakukan oleh Hakim WASMAT di dalam
Lembaga Pemasyarakatan tidak lain adalah : 1
Mengumpulkan data-data mengenai perilaku narapidana; dan 2
Mengadakan evaluasi mengenai hubungan antara perilaku narapidana dengan pidana yang dijatuhkan;
Apakah sudah tepat pembinaan terhadap narapidana dengan perilaku tertentu sehingga pada waktu dilepas dapat menjadi anggota masyarakat yang baik sehingga
pencapaian tujuan arah pembinaan seperti yang dikemukakan oleh Alvi Syahrin , yang tertuju kepada :
1 membina pribadi narapidana agar jangan sampai mengulangi kejahatan
dan mentaati peraturan hukum. 2
Membina hubungan antara narapidana dengan masyarakat luar agar dapat berdiri sendiri dan diterima menjadi anggotanya.
120
Berdasarkan peranan di atas, maka setiap Hakim WASMAT telah dibebani dengan kewajiban tambahan disamping untuk mengetahui sampai dimana
pelaksanaan putusan pengadilan dilakukan oleh kedua aparat penegak hukum di atas. Sehingga untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya dalam arti apakah putusan
tersebut dilaksanakan ataukah tidak bahkan berpengaruh terhadap perilaku narapidana, Hakim WASMAT harus turun ke langsung untuk meninjau Lembaga
Pemasyarakatan Klas. II B Siborong-borong, dengan demikian menunjukkan bahwa
120
Alvi Syahrin, Makalah Pola Pembinaan Bagi para Tahanan dan Narapidana Sebagai Wujud Pelaksanaan Hak Asasi Manusia Rumah Tahanan dan Lembaga Pemasyarakatan di Sumatera
Utara, pada acara Bimtek Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara TA. 2009, di Hotel Madani tanggal 06 sd 07 Mei 2009.
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
Hakim WASMAT tidak tinggal diam ditempat dan hanya menerima laporan secara administratif mengenai keberadaan putusannya melainkan bersifat aktif sampai
mengetahui bahwa putusan pengadilan telah dilaksanakan dengan tepat. Keaktipan Hakim WASMAT ditandai dengan kegiatan-kegiatan:
121
1 Menandatangani register pengawasan dan pengamatan 2 Mengadakan checking on the spot ke lapas untuk memeriksa kebenaran
pelaksanaan putusan pengadilan 3 Mengadakan observasi terhadap keadaan, suasana dan kegiatan-kegiatan yang
berlangsung didalam lingkungan tembok-tembok lembaga 4 Mengadakan wawancara dengan para petugas pemasyarakatan mengenai
perilaku dan hasil-hasil pembinaan 5 Mengadakan wawancara langsung dengan para narapidana yang bersangkutan
mengenai hal ikhwal pelaku terhadap dirinya. 6 Membuat laporan berdasarkan format yang telah tersedia dan dilaporkan
kepada Ketua Pengadilan Negeri. Melakukan checking on the spot ke lembaga pemasyarakatan paling sedikit 3
tiga bulan sekali untuk meneliti kebenaran berita acara pelaksanaan putusan pengadilan yang ditanda tangani oleh jaksa, kepala Lapas dan terpidana.
Pengumpulan data-data mengenai diri terdakwa tidak saja bermanfaat bagi keperluan pemidanaan, akan tetapi juga bagi keperluan pembinaan dan pengamatan
121
Hasil wawancara dengan Bapak Gerchat Pasaribu, Ketua Pengadilan Negeri Tarutung, pada tanggal, 3 Maret 2009.
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
narapidana selama dalam Lembaga Pemasyarakatan dan setelah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan. Dengan hal ihwal yang lengkap itu Hakim WASMAT beserta
pejabat Lembaga Pemasyarakatan akan dapat mengarahkan pembinaan dengan lebih tepat.
122
Dalam hal ini Hakim WASMAT mempunyai peranan penting karena selain turut berkecimpung dalam cara-cara pembinaan dan pengamatan narapidana, juga ia
dapat membantu memperbaiki sentencing policy hakim pidana. Agar tugasnya dapat terlaksana dengan baik seharusnya Hakim WASMAT mempunyai program
pembinaan dan pengamatan yang baik yang disusun bersama-sama dengan pejabat Lembaga Pemasyarakatan.
123
Pasal-pasal dalam KUHAP beserta penjelasannnya tidak mengatur lebih lanjut dan terperinci bagaimana pelaksanaan pengawasan dan pengamatan itu dilakukan.
Dalam Pedoman Pelaksanaan KUHAP sepintas lalu dijelaskan sebagai berikut: “Hakim yang bertugas khusus tersebut di atas melakukan pengawasan dan
pengamatan terhadap narapidana selama mereka menjalani pidana penjarakurungan dalam lembaga pemasyarakatan yang bersangkutan sebagai
pelaksana dari putusan hakim pengadilan negeri tersebut, tentang kelakuan mereka masing-masing maupun tentang perlakuan para petugas pengasuh dari
lembaga pemasyarakatan tersebut terhadap diri para narapidana yang dimaksud. Hakim pengawas dan pengamat tersebut ditunjuk untuk waktu dua
tahun. Dengan ikut campurnya Hakim dalam pengawasan yang dimaksud, maka selain Hakim akan dapat mengetahui sampai dimana putusan pengadilan
itu tampak hasil baik buruknya pada diri narapidana masing-masing yang bersangkutan, juga penting bagi penelitian demi ketepatan yang bermanfaat
bagi pemidanaan pada umumnya”.
124
122
Eddy Djunaedi K., Beberapa Pedoman Pemidanaan dan Pengamatan Narapidana, Jakarta: tanpa penerbit, 1983, hal. 57.
123
Ibid., hal. 58.
124
Pedoman Pelaksanaan KUHAP, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, hal. 184.
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
Garis-garis kebijakan yang dilaksanakan Hakim WASMAT, di samping melakukan pengawasan dan pengamatan agar putusan pidana dilaksanakan
sebagaimana mestinya demi tegaknya wibawa hukum yang berperikemanusiaan dan perikeadilan berdasarkan Pancasila, juga melakukan pengamatan untuk bahan
penelitian yang bermanfaat bagi pemidanaan yang diperoleh dari perilaku narapidana atas pidana yang dijatuhkan kepadanya apakah sudah membawa perbaikan.
125
Pengawasan dan pengamatan tersebut secara garis besarnya dititikberatkan pada usaha pembinaan dan perlindungan narapidana agar diperlakukan secara
manusiawi dan pemberian keterampilan sesuai dengan minat dan bakat sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya dan keluarganya.
Jadi pelaksanaan pengawasan dan pengamatan bukan saja hanya melihat-lihat namun membuat suatu kegiatan psikologis yang bertujuan untuk mengangkat harga
diri narapidana. Banyak macam dalam usaha untuk mengangkat harkat dan martabat narapidana seperti pemberian keterampilan yang tepat sesuai dengan bakat yang
dimiliki dan selaras dengan masa pidana yang akan ia jalani sehingga secara tidak langsung akan menampilkan pengakuan bakat yang dimiliki serta sebagai bekal
hidupnya dimasa yang akan datang sekembalinya narapidana ke tengah-tengah masyarakat.
Adanya koordinasi dan kerjasama yang baik adalah merupakan sarana yang paling tepat dan berhasil guna bagi pencapaian cita-cita dan tujuan yang ingin dicapai
125
HMA Kuffal, Penerapan KUHAP dalam Praktik Hukum edisi revisi, Malang: UMM Press, 2008, hal. 405.
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
mewujudkan narapidana agar dapat kembali ke tengah-tengah masyarakat dengan baik serta patuh akan hukum. Koordinasi diartikan di sini adalah: Kegiatan yang
berhubungan dengan usaha menyatukan dan mengarahkan berbagai kegiatan pembinaan agar setiap gerak dan langkah pembinaan tertuju pada tujuan yakni
pemulihan hubungan. Dengan kata lain, koordinasi dapat diartikan dengan pengaturan tata hubungan dari usaha bersama untuk memperoleh kesatuan tindakan dalam usaha
pencapaian tujuan bersama secara maksimal. Adanya koordinasi dan kerjasama yang baik antara hakim pengawas dan
pengamat dengan Kepala Lembaga Pemasyarakatan serta instansi-instansi yang terkait lainnya adalah merupakan cara yang paling tepat dalam pencapaian tujuan
yang diinginkan, terutama agar putusan pidana dilakukan sebagaimana mestinya dan perlindungan narapidana sesuai dengan prinsip pemasyarakatan dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai kemasyarakatan. Akhirnya narapidana sadar akan perbuatannya berubah menjadi baik serta berguna bagi masyarakat dan bangsa. Bagaimanapun
besarnya kesalahan seseorang termasuk narapidana tetap dilindungi seperti pernyataan Iman Siswoyo bahwa “Hukum suatu negara antara lain bertujuan untuk
melindungi hak-hak seorang warga negara”.
126
Di Perancis, peran hakim dalam bidang ini adalah besar sekali mereka disebut “Judge de’I Application des Peines”
disingkat j.a.p.
127
126
Makalah Iman Siswoyo, Op., Cit, hal. 47.
127
Lintong Oloan Siahaan, Op., Cit, hal. 102
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
Istilah Judge de’I Application des Peines j.a.p sangat populer dan sering dipergunakan di negara Perancis, Portugal, Italia, Jerman dan Brazilia yang dapat
diartikan sebagai Hakim yang melaksanakan Keputusan Pengadilan Rechterder Executive, dimana orientasi pemikiran tentang “Hakim Pelaksana” tersebut akan
mengarahkan kita pada seuatu tata peradilan pidana Perancis yang selalu mengidentifikasikan kepada doktrin “Ketahanan Sosial” Social Defence.
Hal mana hakim-hakim j.a.p tersebut bertugas untuk melakukan tindakan- tindakan di dalam rumah-rumah penjara maupun di luar rumah-rumah penjara
terhadap terhukum. Tugas-tugas ini dikenal dengan istilah pengindividualisasian daripada terhukum-terhukum apakah terhukum dapat ditempatkan diluar penjara atau
tidak atau menempatkan separuh bebas atau membebaskan narapidana dari hukuman bila memenuhi persyaratan. Hakim WASMAT diwajibkan mengunjungi rumah
penjara dalam wilayahnya sekali atau dua kali sebulan. Dari pernyataan diatas akan memperkenalkan kita pada Hakim dengan hukum
Penitentiare yakni disamping Hakim tersebut bertindak sebagai hakim yang mengadili perkara dan juga sebagai pengawas dan pengamat terhadap pelaksanaan
akan putusan yang dibuatnya, juga diaharapkan membiasakan diri dengan beberapa aspek dari hukum Penitentiare yang memberikan sedikit banyak pengaruh dalam
menetapkan pola-pola pembinaan yang akan diberikan bagi si terpidana dan diharapkan juga akan memberikan pengaruh terhadap kebijaksanaan dalam
menjatuhkan hukuman untuk masa-masa yang akan datang.
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
Dimasukkannya istilah yang kita sebut dengan Hakim WASMAT dalam tata peradilan pidana di Indonesia saat itu diharapkan akan keterlibatannya secara
langsung akan suatu proses pelaksanaan putusan di dalam Lembaga Pemasyarakatan tentunya dalam upaya untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia yang merupakan
landasan pertimbangan lahirnya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.
Bila tugas-tugas Hakim WASMAT yang dituangkan dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 serta apa yang ditetapkan Surat Edaran Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1985 saat itu masih banyak yang kurang tentu masih dapat kita maklumi oleh karena merupakan lembaga baru dan belum pernah
ada sebelumnya dalam tata peradilan pidana di Indonesia, namun orientasi kehadiran Hakim WASMAT sudah mengarahkan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan
terbentuknya putusan pengadilan dan pengawasan akan proses penghukuman itu sendiri.
Kewajiban pokok dari Hakim WASMAT dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Putusan Pengadilan seperti yang ditetapkan Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1981 dan Surat Edaran Mahakamah Agung Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1985 diwujudkan dalam beberapa bentuk kegiatan yang
Implementasinya dapat terlihat dari hasil penelitian akan kegiatan dimaksud seperti yang terurai di bawah ini.
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
1. Memeriksa dan Menandatangani Register Pengawasan dan Pengamatan