BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam bab-bab terdahulu, terdapat beberapa hal yang
dapat dijadikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Menurut sejarah pembentukan KUHAP, peran yang ingin diberikan kepada
Hakim WASMAT dalam proses pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan adalah pengawasan guna memperoleh kepastian bahwa putusan
pengadilan dilaksanakan sebagaimana mestinya dan mengadakan pengamatan untuk bahan penelitian agar dapat diketahui manfaat dari pemidanaan bagi
pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan selain pengaruh timbal balik terhadap narapidana selama menjalani pidananya, setelah selesai
menjalani pidana, dan juga bagi pemidanaan bersyarat. Peran dan tanggung jawab tersebut sekaligus menjadikan Lembaga Pemasyarakatan turut berperan
dalam proses perkara pidana yang sejalan dengan konsep peradilan pidana terpadu integrated criminal justice.
2. Implementasi tugas Hakim WASMAT terhadap Kejaksaan adalah memastikan
bahwa putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap telah dilaksanakan oleh Jaksa sebagai eksekutor sebagaimana mestinya. Dalam
pelaksanaan putusan pengadilan tersebut secara administrasi Jaksa mengirimkan
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
tembusan berita acara pelaksanaan putusan pengadilan yang ditandatangani oleh Jaksa, Kepala Lembaga Pemasyarakatan dan terpidana kepada pengadilan yang
memutus perkara pada tingkat pertama dan panitera mencatatnya dalam register pengawasan dan pengamatan. Berdasarkan ketentuan yang berlaku Hakim
WASMAT memeriksa dan menandatangani register pengawasan dan pengamatan tersebut setiap kali ada pelaksanaan putusan pengadilan oleh Jaksa,
namun hasil penelitian menunjukkan bahwa Hakim WASMAT hanya memeriksanya secara berkala dan tidak teratur. Sedangkan inti dari pengamatan
yang dilakukan Hakim WASMAT adalah 1 mengumpulkan data-data mengenai perilaku narapidana; dan 2 mengadakan evaluasi mengenai
hubungan antara perilaku narapidana dengan pidana yang dijatuhkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi tugas Hakim WASMAT untuk
mendukung pola pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Siborongborong sudah berjalan, namun pelaksanaannya kurang efektif dan
belum dirasakan manfaatnya bagi pemidanaan. 3.
Faktor penghambat implementasi tugas Hakim WASMAT terhadap pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan adalah 1 tidak sinkron-nya ketentuan
KUHAP mengenai Hakim WASMAT dengan UU Pemasyarakatan; 2 kelembagaan Hakim WASMAT masih sangat terbatas dari segi jumlah dan
kepadatan tugas-tugas Hakim WASMAT sebagai hakim yang juga menangani perkara di pengadilan, sehingga ada kesan tugas pengawasan dan pengamatan
hanya sebagai tugas “sampingan”; 3 terbatasnya sarana dan prasarana untuk
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
mendukung tugas Hakim WASMAT terutama mengenai anggaran dalam DIPA. Upaya yang dilakukan terhadap permasalahan yang berkaitan dengan materi
hukum adalah pada tataran normatif diperlukan pembaharuan KUHAP dan UU Pemasyarakatan. Sedangkan dari sisi kelembagaan diperlukan penambahan
jumlah Hakim WASMAT dan pegawai yang membantunya serta diperlukan pendidikan dan pelatihan bersama-sama dengan petugas pemasyarakatan untuk
memahami konsep pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Selanjutnya dari dari sisi sarana dan prasarana diperlukan anggaran yang relatif
cukup dalam DIPA dan dalam penggunaannya diperlukan transparansi.
B. Saran