Agar memberdayakan Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP baik di Unit Pelaksana Teknis maupun Kantor Wilayah dengan meningkatkan
frekuensi sidang terutama menyangkut program pembinaan asimilasi dan integrasi bagi narapidana.
Selanjutnya, dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan tugas Hakim WASMAT, tidak pula ditentukan suatu sanksi bagi Hakim WASMAT apabila tidak melaksanakan tugasnya. Ketiadaan ketentuan
mengenai kelalaian Hakim WASMAT dalam pelaksanaan tugasnya untuk mendukung pola pembinaan narapidana juga diduga kuat sebagai faktor lainnya
pelaksanaan tugas Hakim WASMAT sebagaimana terjadi di Lapas Siborong- borong.
2. Faktor kelembagaan
Kelembagaan Hakim WASMAT dan Lapas ataupun lembaga Kejaksaan sebagai mitra kerja pada kenyataannya kurang mendukung efektifnya pelaksanaan
pengawasan dan pengamatan. Dalam hal terjadinya kelalaian dalam pelaksanaan putusan pengadilan oleh Jaksa dan Lapas secara kelembagaan ketiga institusi
tersebut mempunyai tata organisasi tersendiri dan kedudukannya adalah sama, sehingga Hakim WASMAT tidak mempuyai kewenangan untuk menegur secara
langsung, hanya sebatas menyampaikan surat kepada pimpinan instansi masing- masing.
Selanjutnya secara kelembagaan pelaksanaan tugas Hakim WASMAT juga harus didukung oleh kualitas dan kuantitas Hakim WASMAT itu sendiri.
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
Secara kualitas Hakim WASMAT yang ada saat ini memang sudah memenuhi kualifikasi seorang Hakim WASMAT yang dipersyaratkan oleh Boy Mardjono
Reksodiputro
152
yang mengatakan bahwa: “... oleh karena itu diperlukan seorang hakim dengan pengalaman yang luas seorang hakim yang senior untuk
memangku jabatan ini. Tak mungkin jabatan ini dipegang oleh seorang hakim yang baru memulai kariernya”. Hakim WASMAT Pengadilan Negeri Tarutung
saat ini seorang hakim senior namun secara kuantitas jumlah yang ada saat ini tidak memadai, yakni hanya 1 satu orang Hakim WASMAT. Sedikitnya
diperlukan 2 dua orang Hakim WASMAT untuk melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap narapaidana di Lapas Siborongborong sebanding dengan
jumlah narapidana sebagaimana dalam tabel 5 di atas. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Pengadilan Negeri Tarutung
yang pada pokoknya membenarkan sampai saat ini Hakim WASMAT yang ditunjuk baru 1 orang sebagaimana dalam Surat Keputusan Ketua Pengadilan
Negeri Tarutung No. W2.U6.2437PIDXI2008, tanggal 20 November 2008, hal tersebut karena jumlah tenaga hakim dengan volume perkara belum seimbang,
dan untuk itu dimasa-masa mendatang jumlah tenaga hakim Hakim WASMAT akan ditambah dan demikian juga fasilitas sarana dan prasarananya.
153
Selain terbatasnya kuantitas dan ditambah pula dengan padatnya tugas pokok hakim wasmat, kurangnya tenaga yang membantu hakim wasmat dalam
152
Boy Mardjono Reksodiputro, Op.,Cit. hal. 74.
153
Hasil wawancara dengan Bapak Gerchat Pasaribu, Op.,Cit.
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
perlindungan hak-hak narapidana dijelaskan oleh Hakim WASMAT Pengadilan Negeri Tarutung menjadi suatu hambatan pula. Dijelaskan lebih lanjut oleh
Hakim WASMAT Pengadilan Negeri Tarutung, kurangnya tenaga yang membantunya dalam pelaksanaan tugas dalam perlindungan hak-hak narapidana,
menjadi salah satu pula sebab tidak setiap hari register pengawasan dan pengamatan ditutup dan ditandatangani olehnya. Register pengawasan dan
pengamatan ditandatangani oleh Hakim WASMAT Pengadilan Negeri Tarutung hanya 1 kali dalam 1 bulan. Pasal 279 KUHAP padahal menentukan register
tersebut seharusnya ditutup dan ditandatangani setiap hari oleh panitera dan Hakim WASMAT.
154
Apabila dari kelembagaan Hakim WASMAT, kuantitas dan kepadatan tugas pokok Hakim WASMAT serta kurangnya pegawai yang membantu Hakim
WASMAT dalam pelaksanaan tugas dalam pembinaan narapidana menjadi hambatan untuk efektifnya tugas Hakim WASMAT, maka dari kelembagaan
Lapas hambatannya lain lagi. Hambatan dari Lapas adalah tidakkurang dipahaminya tentang tugas Hakim WASMAT dalam perlindungan hak-hak
narapidana. Tugas Hakim WASMAT dalam perlindungan hak-hak narapidana dilihat justru lebih sebagai campur tangan Pengadilan atas tugas-tugas
Pemasyarakatan. Akibatnya tugas Hakim WASMAT dalam perlindungan hak-hak narapidana tidakkurang mendapat respons dari Lapas. Integrated criminal justice
system, yakni keterpaduan sistem peradilan pidana nampaknya memang baru
154
Hasil wawancara dengan Bapak Frans Efendi Manurung, Op.,Cit..
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
sebatas slogan. Diduga kuat tidakkurang dipahaminya oleh umumnya petugas Lapas tentang tugas Hakim WASMAT dalam perlindungan hak-hak narapidana
tersebut adalah karena peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tugas Hakim WASMAT dalam perlindungan hak-hak narapidana tersebut sendiri
tidak terpadu. Seperti dijelaskan sebelumnya di dalam Bab XX KUHAP, Pasal 277 – 283 telah ditentukan prosedur acara pengawasan dan pengamatan putusan
pengadilan putusan yang menjatuhkan pidana perampasan kemerdekaan, demikian pula di dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia
7 Tahun 1985, namun tidak dikenal dalam Undang-undang Pemasyarakatan. Selanjutnya, setelah lembaga peradilan menjadi satu atap dengan
Mahkamah Agung, permasalahan menyangkut pelaksanaan tugas pengawasan dan pengamatan semakin bertambah. Semula Pengadilan dan Lembaga
Pemasyarakatan berada dibawah Departemen Kehakiman dan HAM, sehingga akan lebih memudahkan dalam melakukan koordinasi pelaksanaan pengawasan
dan pengamatan antara Hakim WASMAT dengan Lembaga Pemasyarakatan. Namun dengan disatukannya lembaga peradilan di bawah Mahkamah Agung,
maka pengawasan dan pengamatan memerlukan adanya pedoman pelaksanaan tugas pengawasan dan pengamatan yang dapat mengikat hakim pengawas dan
pengamat serta Lembaga Pemasyarakatan
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
3. Faktor sarana dan prasarana