3. Observasi
Hakim WASMAT dalam mengadakan observasi atas keadaan, suasana dan kegiatan-kegiatan yang berlangsung dalam lingkungan tembok–tembok
Lembaga Pemasyarakatan, khususnya untuk menilai apakah keadaan Lembaga Pemasyarakatan tersebut sudah memenuhi pengertian bahwa “pemidanaan tidak
dimaksudkan untuk menderitakan dan tidak diperkenankan merendahkan martabat manusia”, serta mengamati dengan mata kepala sendiri akan perilaku
narapidana sehubungan dengan pidana yang dijatuhkan kepadanya. Menurut hasil penelitian di lapangan bahwa selama Hakim WASMAT
mengunjungi Lembaga Pemasyarakatan, Observasi yang dilakukan atas keadaan suasana, dan bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan atas keadaan, suasana dan
bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan didalam tembok Lembaga Pemasyarakatan apakah pemidanaan tidak menderitakan dan merendahkan
martabat manusia hasil pembinaan baik kemajuan-kemajuan yang diacapai maupun kemunduran-kemunduran yang terjadi dan sebagainya, seluruhnya
dilaksanakan masih sebatas selayang pandang atau dengan kata lain masih selintas, hal ini disebabkan berbagai faktor antara lain jumlah penghuni WBP
yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Klas. II B Siborong-borong seperti yang tertera dalam tabel dibawah ini.
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
Tabel 2. Jumlah Narapidana pada Lembaga Pemasyarakatan Klas. II B Siborong borong Pada Tahun 2008
Klasifikasi Hukuman No. Bulan
BI 1 th ke atas
BIIa 3 bl -1 th
BIIb ≤3 bulan
BIII Total
1. Januari 160
5 1
4 170
2. Pebruari 165
5 2
4 176
3. Maret 163
5 -
3 171
4. April 194
10 -
2 206
5. Mei 195
9 -
1 205
6. Juni 188
9 -
2 199
7. Juli 187
17 -
5 209
8. Agustus 181
17 -
5 203
9. September 178
9 -
5 192
10. Oktober 160
6 -
2 168
11. November 153
2 7
5 167
12. Desember 154
3 2
6 165
Total 2078 97
12 44
2231
Sumber : Subseksi Registrasi Lapas Klas. II B Siborong-borong.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah warga binaan pemasyarakatan rata-rata menghuni Lembaga Pemasyarakatan Klas. II B
Siborong-borong sejumlah 186 orangperbulan, sementara kapasitas yang tersedia hanya untuk menampung 150 orang, berarti terjadi over kapasitas ± 20
dua puluh persen. Kondisi ini tentu akan sangat menyulitkan bagi Hakim WASMAT karena hanya seorang diri, dan warga binaan pemasyarakatan yang
datang dari latar belakang perkara yang beraneka ragam seperti tabel dibawah ini.
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
Tabel 3. Jenis Tindak Pidana yang Dilakukan No.
Jenis Tindak Pidana Jumlah
orang 1. Pembunuhan
22 2. Penganiayaan
37 3. Kesusilaan
18 4. Pencurian
11 5. Narkoba
61 6. Perampokan
4 7. Perjudian
9 8. Lain-lain
24
Total 186
Sumber : Subseksi Registrasi Lapas Klas. II B Siborong-borong.
Jenis-jenis tindak pidana diatas mutlak diketahui oleh Hakim WASMAT karena erat kaitannya dengan masalah Pengadilan sendiri sebagai bahan penelitian
bagi pemidanaan yang akan datang. Hal ini terlihat dari pedoman pelaksanaan tugas bidang “Pengamatan” yaitu mengumpulkan data-data tentang perilaku
narapidna yang dikategorikan berdasarkan jenis tindak pidananya. Pengumpulan data perilaku narapidana ini dapat berpedoman pada faktor-
faktor antara lain; tipe dari pelaku, perhatian keluarga, catatan kepribadiannya, catatan psychis-nya, dan lain-lain.
Hasil wawancara dengan Hakim WASMAT terhadap kegiatan diatas diperoleh jawaban bahwa pengumpulan data-data tentang perilaku narapidana
yang dikategorikan berdasarkan jenis tindak pidananya masih sebatas pengelompokan jenis semata dan itupun dengan meminta data-data yang ada di
bagian registrasi pihak Lembaga Pemasyarakatan sementara untuk mengetahui
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
lebih dalam tentang perilaku narapidana belum terlaksana dengan baik karena terbatasnya tenaga dan waktu.
134
Terhadap kegiatan Hakim WASMAT tersebut dibenarkan oleh pihak Registrasi Lembaga Pemasyarakatan, namun tidak sesuai dengan harapan yang
diharapkan oleh Petugas Pemasyarakatan, karena mengetahui hal ikhwal tentang perilaku narapidana jauh lebih penting dibandingkan hanya sekedar mengetahui
jenis tindak pidana yang dilakukan. Sebab apabila kita memperoleh perilaku narapidana lebih dalam, maka lebih mudah untuk melakukan pembinaan terhadap
narapidana tersebut.
135
Dari rata-rata diatas dapat disimpulakan bahwa observasi yang dilakukan Hakim WASMAT terhadap Lembaga Pemasyarakatan dan narapidana memberi
kesan sekedar memnuhi peraturan semata, walaupun Undang-undang masih memberi kesempatan kepada Hakim WASMAT untuk meminta informasi dari
Kepala Lembaga Pemasyarakatan secara berkala atau sewaktu-waktu tentang perilaku narapidana tertentu seperti yang diamanahkan dalam pasal 281 Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1981. Akan tetapi Observasi menyeluruh tetap perlu dilakukan demi tercapainya fungsi penngaawasan dan pengamatan yang
diamanahkan dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 dan Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1985.
134
Hasil wawancara dengan Frans Efendi Manurung, Op. ,Cit.
135
Hasil wawancara dengan Ibu Durhem sialagan, Op.,Cit.
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
4. Wawancara