Khususnya mengenai pelaksanaan putusan pengadilan selanjutnya diatur dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman pada
Bab VI Pasal 36, dimana disebutkan sebagai berikut: 1
Pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara pidana dilakukan oleh jaksa. 2
Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1 dilakukan oleh ketua pengadilan yang bersangkutan berdasarkan
undang-undang.
3 Pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara perdata dilakukan oleh
panitera dan juru sita dipimpin oleh ketua pengadilan. 4
Putusan pengadilan dilaksanakan denagn memperhatikan nilai kemanusiaan dan keadilan.
E. Metoda dan Mekanisme Kerja Hakim WASMAT
Metoda yang digunakan dalam melakukan pengawasan dan pengamatan adalah metoda edukatif, persuasif yang ditunjang oleh azas kekeluargaan dalam arti
di dalam menjalankan tugasnya Hakim Pengawas dan Pengamat harus selalu menggunakan tata cara pendekatan yang dijiwai oleh itikad untuk mencapai tujuan
yang mulia melalui pengarahan-pengarahan, saran-saran dan himbauan-himbauan serta tidak dibenarkan sampai menyinggung perasaan pihak-pihak lain ataupun
mencampuri secara formal wewenang instansi lain. Apabila seandainya sedikit banyak Hakim Pengawas dan Pengamat akan masuk dalam bidang instansi lain,
hendaknya itu tetap bertumpu pada sikap kekeluargaan yang di landasi oleh kearifan dan kebijaksaan disatu sisi.
Disisi lain pihak Hakim Pengawas dan Pengamat hendaknya harus tetap menjunjung tinggi jenjang hierarki yang berlaku dalam lingkungan instansi
Kejaksaan sebagai obyek pengawasan dan lingkungan Lembaga Pemasyarakatan
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
sebagai obyek pengamatan. Sesuai dengan susunan organisasi dan tata kerja masing- masing.
Surat Edaran Mahkamah Agung R.I. Nomor 7 Tahun 1985 butir VI mengisyaratkan bahwa Hakim Pengawas dan Pengamat dapat berjumlah lebih dari
satu orang di satu Pengadilan Negeri. Hal ini tergantung dari besar kecilnya jumlah terpidana yang berada dalam ruang lingkup tugasnya. Misalnya di satu daerah hukum
Pengadilan Negeri terdapat lebih dari satu Lembaga Pemasyarakatan, atau hanya satu Lembaga Pemasyarakatan, atau hanya satu Lembaga Pemasyarakatan akan tetapi
dengan kapasitas penampungan besar. Terhadap metoda yang digunakan maka mekanisme kerja Hakim Pengawas
dan Pengamat harus memenuhi tata cara yang praktis dan pragmatis, artinya ia harus mampu mengumpulkan fakta nyata berdasarkan keadaan sebenarnya jauh dari
pencampuran opini subyektif, misalnya melakukan wawancara secara langsung terhadap narapidana dengan ihwal wawancara sebagai berikut.
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
Tabel 1. Kartu Data Perilaku Narapidana
77
Ihwal Wawancara Penilaian Hakim
Pengawas dan Pengamat Keterangan
di isi penjelasan
a. Perlakuan petugas Lapas
tehadap dirinya. Baik Cukup
Kurang b. Bagaimana
perasaannya berada di dalam Lapas.
Betah Kurang
Betah Tidak
betah c. Bagaimana
perasaannya mengenai tindak pidana yang
dilakukan. Menyesal
Biasa Tidak
Menyesal d. Bagaimana
perasaannya mengenai pidana yang
dijatuhkan Hakim terhadap dirinya.
Adil Kurang
adil Tidak
Adil e. Apa keinginannya setelah
keluar dari Lapas. Positif
Kurang positif
Negatif f. Adakah perasaan malu
terhadap lingkungannya. Positif
Kurang Positif
Negatif
Hal ini dilakukan Hakim Pengawas dan Pengamat dengan nyata dan akurat, untuk mencegah timbulnya kesimpulan yang menyesatkan.
F. Pola Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan