BAB II PERAN DAN TANGGUNG JAWAB HAKIM WASMAT
TERHADAP POLA PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
A. Dasar Pemikiran Lahirnya Lembaga Hakim WASMAT
Perubahan yang signifikan dan mendasar pada sistem peradilan pidana Criminal Justice System di Indonesia terjadi setelah diberlakukannya Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana selanjutnya ditulis KUHAP pada tanggal 31 Desember 1981. Sebagaimana
diketahui hukum acara pidana yang berlaku sebelum KUHAP adalah Het Herziene Inlandsch Reglement atau HIR Staatsblad Tahun 1941 Nomor 44 yang pada
awalnya dimaksudkan untuk meningkatkan hukum acara pidana bagi Raad van Justitie.
58
Tercantumnya hal ikhwal tentang pengawasan dan pengamatan terhadap pelaksanaan putusan pengadilan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
bukanlah merupakan hal yang baru, akan tetapi merupakan suatu lembaga baru yang belum pernah dijumpai dalam kehidupan hukum di Indonesia sebelumnya.
Bersumber pada Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman pada Pasal 33 dan Pasal 34, yang
mengamanahkan sebagai berikut :
58
Al. Wisnubroto dan G. Widiartana, Pembaharuan Hukum Acara Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005, hal. 7
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
Pasal 33 : 1
Pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara pidana dilakukan oleh Jaksa.
2 Penguasaan pelaksanaan putusan pengadilan tersebut 1 oleh Ketua
Pengadilan yang bersangkutan, diatur lebih lanjut dengan Undang- Undang.
3 Pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara perdata dilakukan oleh
Penitera dan Jurusita dipimpin oleh Ketua Pengadilan. 4
Dalam pelaksanaan putusan pengadilan diusahakan supaya peri kemanusiaan dan peri keadilan tetap terpelihara.
Pasal 34 : “Pelaksanaan putusan pengadilan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Perundang-Undangan”. Dari pernyataan bunyi pasal 33 ayat 1 dan 2 serta pasal 34 tersebut diatas,
maka pengawasan dan pengamatan terhadap eksekusi putusan pengadilan “supervision” terhadap “execution of the sentence” merupakan salah satu
pembaharuan dalam KUHAP sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 277 sampai dengan Pasal 283.
Lembaga baru berupa hakim yang bertugas untuk mengawasi eksekusi dari putusan pidana sebagaimana diatur oleh KUHAP telah dikenal di Perancis sejak
tahun 1959 sebagai negara pertama yang memperkenalkan lembaga tersebut dengan nama “juge de l’application des peines”, atau sering disingkat dengan “j.a.p.”, yang
dapat disejajarkan dengan hakim pengawas dan pengamat yang diintrodusir oleh Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman dan KUHAP. Dalam bukunya Le nouveau visage de magistartrure dan Le juge-cet en counu, Georges Verpreat menggambarkan beberapa
hakim yang ada di Prancis seperti, hakim yang telah melaksanakan profesinya pada
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
tingkatan permulaan pemeriksaan juge dinstruction, hakim untuk anak-anak juge des eufauts, hakim untuk soal-soal pengampunan juge des tutelles dan hakim yang
dapat disejajarkan dengan hakim wasmat juge de l’application des peines yang disingkat j.a.p.
59
Istilah Juge de L’application des Peines j.a.p yang sering dipergunakan di
negara Perancis, Portugal, Italia, Jerman dan Brazil dapata diartikan sebagai Hakim yang melaksanakan keputusan pengadilan Rechterder Executie yang dipergunakan
di negara Perancis khususnya dimana orientasi pemikiran tentang “Hakim Pelaksana” tersebut akan mengarahkan kita pada suatu tata peradilan pidana Perancis yang selalu
mengidentifikasikan kepada doktrin Ketahanan Sosial Social Defense. Di Perancis, peranan hakim pengawas dan pengamat juge de l’application
des peines adalah melakukan pengawasan dan pengamatan dalam lembaga pemasyarakatan maupun pelepasan bersyarat. Peranan aktif dari hakim pengawas dan
pengamat tidak berakhir pada saat hakim menjatuhkan pidana, melainkan masih berperan pula selama dan sesudah narapidana meninggalkan lembaga
pemasyarakatan.
60
Dari pernyataan diatas berarti memperkenalkan kita pada Hakim dengan hukum penitentiare disamping Hakim dalam peranannya sebagai pengawas dan
pengamat terhadap pelaksanaan putusan juga akan membiasakan diri dengan beberapa aspek hukum penitentiare yang akan memberikan sedikit banyak
59
Oemar Seno Adji, KUHAP Sekarang Jakarta: Erlangga, 1984, hal. 126-127
60
Ibid., hal 125-129.
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
pengaruhnya terhadap kebijaksanaan dalam menjatuhkan hukuman untuk masa-masa yang akan datang.
Apabila ditelusuri lebih jauh lahirnya lembaga hakim pengawas dan pengamat di Indonesia, sebenarnya merupakan hal baru yang dikemukakan oleh Oemar Seno
Adji almarhum sebagai Guru Besar Hukum Pidana dan Acara Pidana di Universitas Indonesia. Inovasi ini merupakan wujud dari komentarnya terhadap Pasal 33 2 UU
No. 14 tahun 1970 yang menyamakan hakim ini dengan “juge de l’application des peines” yang dikenal di Prancis tahun 1959. Pada dasarnya para hakim di Prancis
diberi tugas khusus untuk menjamin pelaksanaan pidana termasuk memutuskan apakah treatment penintentiar dari orang yang dipidana, sesuai atau tidak dengan
placement in out side, yaitu memberikan kesempatan kepada narapidana untuk dapat bekerja di luar Lapas ; memberikan semi liberty kepada narapidana, ia dapat berada
di luar Lapas tanpa pengawasan dengan kewajiban kembali ke Lapas pada malam hari dan tetap berada di Lapas setiap hari libur permission to leave, yaitu seorang
narapidana diijinkan berada di luar Lapas dalam waktu tertentu.
61
Pendapat Oemar Seno adjie mengenai hakim wasmat ini dikemukakan pada saat menyampaikan pidato ilmiah selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Krisnadwipayana pada upacara Dies Natalis ke XX tanggal 2 April 1974. Selanjutnya dalam kedudukannya sebagai Menteri Kehakiman, ia mengajukan pendapat tersebut
dalam rancangan KUHAP, kemudian diajukannya ke DPR tanggal 12 September
61
Oemar Seno Adji, Hukum Acara Pidana Dalam Prospeksi, Jakarta: Erlangga, 1984, hal. 256-258.
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
1979. Istilah yang dipergunakan adalah hakim khusus yang bertugas melakukan pengawasan terhadap narapidana selama mereka menjalani pidana penjara, tentang
kelakuan mereka masing-masing ataupun tentang keperlakuan oleh para petugas pengasuh dari Lapas tersebut atas para narapidana.
62
Setelah ditetapkannya KUHAP pengaturan mengenai hakim wasmat ini tetap dipertahankan, yang dipertegas lagi
dalam pedoman pelaksanaan KUHAP Keputusan Menteri Kehakiman No. M.O.PW. 07.03 tahun 1982 dengan judul yang sama, yaitu Pengawasan dan Pengamatan
Putusan Pengadilan. Karena tugas hakim Pengawas dan Pengamat berhubungan erat dengan
instansi kejaksaan sebagai aparat eksekusi dan petugas lembaga pemasyarakatan yang melaksanakan pembinaan terhadap napi, menurut Andi Hamzah, seperti yang dikutip
Abdul Wahid dikatakan, Dengan adanya ketentuan tentang pengawasan hakim terhadap pelaksanaan
hakim dan kenyataan pelaksanaan pidana di LP dan di luar LP jika napi diperkerjakan di situ dapat di jembatani. Hakim akan lebih didekatkan dengan
jaksa dan pejabat lembaga permasyarakatan. Hakim dapat mengikuti perkembangan keadaan terpidana sehingga dapat aktif memberikan
pendapatnya dalam hal pembebasan bersyarat. Dengan demikian tujuan pemidanaan dapat percapai. Hakim dapat mengikuti perkembangan terpidana
sebagai napi dan juga perlakuan para petugas lembaga permasyarakatan yang bersangkutan.
63
Pendapat di atas menunjukkan kegiatan hakim wasmat secara aktif dilaksanakan sejak pelaksanaan putusan sampai pada dijalaninya pidana oleh napi,
62
Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia dalam Sistim Peradilan Pidana, Kumpulan Karangan Buku Ketiga, Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dh Lembaga Krimininologi UI, 1984,
hal. 60-61.
63
Abdul Wahid, Menggugat Idealisme KUHAP, Bandung: Tarsito, 1990, hal. 28.
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
baik di dalam Lapas ataupun di luar tembok Lapas. Keaktifan hakim yang demikian ditegaskan oleh Oemar Seno Adjie sebagai arsitek dari Hakim WASMAT, menurut
beliau hakim harus bekerja secara aktif bukan saja di pengadilan, tetapi setelah menjatuhkan putusannya. Dengan demikian, setiap napi yang menjalani pidana di
dalam lembaga permasyarakatan ataupun di luar lembaga pemasyarakatan berhak untuk memperoleh pengawasan dari Hakim WASMAT, baik terhadap pelaksanaan
putusan oleh Jaksa ataupun pembinaan oleh petugas Lapas. Dari keseluruhan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa hakim wasmat
dibentuk dengan tujuan yang menyentuh langsung kemanusiaan dari narapidana atau terpidana, apakah hal ini merupakan alasan dicetuskannya konsep hakim wasmat
dalam KUHAP No. 8 tahun 1981. Menurut Mardjono Reksodiputro, untuk dapat memahami secara baik maksud pembuat rancangan KUHAP tentang diadakannya
hakim khusus, dapat dilihat pada penjelasan rancangan yang disampaikan pada rapat paripurna DPR tanggal 9 Oktober 1979 yang menetapakan tugas hakim khusus ini
sebagai berikut: 1.
Sebagai pelaksana ketentuan pasal 33 2 UU No. 14 tahun 1970 yang menyatakan pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan diatur lebih lanjut
dengan UU; 2.
Untuk mengetahui hasil putusan Pengadilan tersebut, bagi diri napi masing- masing, ikut dalam mempertimbangkan seseorang karna sebagian besar dua
per tiga dari pidana yang telah dijatuhkan atas dirinya telah dijalani.
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
Pertimbangan yang diberikan yaitu dapat atau tidaknya seorang napi diberi pelepasan bersyarat;
3. Bertujuan lebih mendekatkan pengadilan dengan permasyarakatan,
menempatkan permasyarakatan dalam rangkaian proses pidana dan memberi tugas kepada hakim untuk tidak berakhir pada saat putusan pengadilan
dijatuhkan, tetapi yang tidak usah mengakibatkan hakim itu menjadi pengganti dari kepala lembaga permasyarakatan.
64
Mengacu kepada penjelasan rancangan KUHAP dalam rapat paripurna DPR, pada intinya menekankan ketentuan bahwa Hakim WASMAT ini dibentuk untuk
secara yudiris melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat 2 UU No. 14 tahun 1970 yaitu menetapkan hakim tersebut untuk membantu ketua pengadilan melaksanakan
pengawasan terhadap putusan pengadilan oleh jaksa serta mengamati dijalaninya putusan tersebut oleh narapidana di dalam Lembaga Permasyarakatan, agar dapat
diketahui manfaat putusannya bagi napi dan ikut memberikan pertimbangan demi pelepasan bersyarat. Dari sudut bekerjanya sistem peradilan pidana, Hakim
WASMAT bertugas mendekatkan pengadilan dengan permasyarakatan. Sebenarnya, secara eksplisit atau tegas tidak dinyatakan bahwa tugas Hakim WASMAT di atas
merupakan alasan dibentuknya Hakim WASMAT, tetapi secara implisit dapat dikatakan bahwa hal di atas telah memberikan jawaban tentang kehadiran Hakim
WASMAT yang secara tidak langsung memunculkan permasalahan di seputar
64
Mardjono Reksodiputro, Op. Cit.
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
pelaksanaan putusan pengadilan dan hak-hak narapidana. Permasalahannya adalah sebagai berikut:
1. Dalam UU pokok kekuasaan kehakiman No. 14 tahun 1970 telah ditetapkan
bahwa pengawasan terhadap putusan pengadilan dibebankan kepada ketua pengadilan, tetapi belum terealisir dalam kenyataannya.
2. Karena tidak adanya pengawasan, hakim tidak dapat mengetahui hasil
putusannya terhadap nara pidana, bagaimana kondisi perlakuan terhadap napi, dan dapatkah napi diberi keringanan-keringanan dalam menjalani pidananya,
berupa pelepasan bersyarat. 3.
Adanya jarak antara pengadilan dengan permasyarakatan dan kejaksaan karena ada angapan bahwa tugas hakim berakhir ketika menjatuhkan putusan,
berakibat ia tidak mempermasalahkan pelaksanaan putusan pengadilan ataupun pembinaan nara pidana merupakan tanggung jawab jaksa ataupun
petugas lembaga permasyarakatan. Di samping itu, dengan diangkatnya permasalahan mengenai penempatan lembaga permasyarakatan dalam proses
peradilan pidana menunjukkan bahwa selama itu lembaga permasyarakatan belum ada dalam proses tersebut.
Setiap putusan yang telah dijatuhkan oleh hakim menghendaki untuk dilaksanakan. Pelaksanannya melalui pejabat Kejaksaan dalam hal ini sebagai
penuntut umum. Tugas ini telah diamanatkan oleh undang-undang No. 15 tahun 1961 tentang Kejaksaan Republik Indonesia dalam pasal 2 ayat 1b. Kejaksaan
mempunyai tugas menjalankan keputusan dan penetapan hakim pidana. Dalam
Thurman S.M. Hutapea : Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong, 2009
penjelasan pasal ini dikatakan bahwa yang dimaksud menjalankan keputusan dan penetapan hakim ialah eksekusi dari keputusan tersebut, dan eksekusi berakhir pada
saat terhukum diserahkan kepada instansi Lembaga Permasyarakatan.
B. Hakim WASMAT Dalam Sistem Peradilan Pidana