Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja Hipotesis

konsumsi sekarang dan konsumsi mendatang. Artinya, pihak-pihak pelaku investasi harus bersedia mengorbankan atau mengurangi konsumsi pada saat sekarang ini demi memperoleh konsumsi yang lebih baik di kemudian hari.

b. Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja

Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja yang terjadi beberapa tahun kemudian setelah pertumbuhan penduduk secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga kerja produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Positif atau negatifnya pertambahan penduduk bagi upaya pembangunan ekonomi sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem perekonomian yang bersangkutan untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan tambahan tenaga kerja tersebut. Adapun kemampuan itu sendiri lebih lanjut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input atau factor-faktor penunjang, seperti kecakapan manajerial dan administrasi. Pada tingkat penguasaan teknologi tertentu dan jumlah sumber daya manusia dan modal fisik yang tertentu pula, kurva kemungkinan-produksi memperlihatkan jumlah output maksimum yang berupa kombinasi dua jenis komoditi, misalnya saja, beras padat karya dan radio padat modal atau teknologi, seandainya segenap A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008. sumber daya yang tersedia dalam perekonomian yang bersangkutan benar-benar digunakan secara penuh dan efisien. P1 Radio P P P1 Beras Gambar 2.2 : Dampak kenaikan sumber daya manusia dan fisik Gambar 2.2 terlihat bahwa peningkatan kuantitas sumber daya sampai dua kali lipat itu akan menggeser kurva kemungkinan-produksi ke luar secara sejajar, dari P-P ke P 1 -P 1 .

c. Kemajuan Teknologi

Dalam pengertiannya yang paling sederhana, kemajuan teknologi terjadi karena ditemukannya cara baru atau perbaikan atas cara-cara lama dalam menangani A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008. pekerjaan-pekerjaan tradisional seperti kegiatan menanam jagung, membuat pakaian atau membangun rumah. Ada tiga klasifikasi kemajuan teknologi, yaitu : a. kemajuan teknologi yang bersifat netral neutral techonological progress b. kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja labor saving techonological progress c. kemajuan teknologi yang hemat modal capital-saving technological progress. Kemajuan teknologi yang netral neutral techonogical progress terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama. Inovasi yang sederhana seperti pengelompokkan tenaga kerja semacam spesialisasi yang dapat mendorong peningkatan output dan kenaikan konsumsi masyarakat, adalah contohnya. Ditinjau dari sudut analisis kemungkinan produksi, perubahan teknologi yang netral, yang dapat melipatgandakan output secara konseptual, artinya teknologi yang mampu melipatgandakan semua input produktif.Sementara itu, kemajuan teknologi dapat berlangsung sedemikan rupa sehingga menghemat pemakaian modal atau tenaga kerja artinya, penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memperoleh output yang lebih tinggi dari jumlah input tenaga kerja atau modal yang sama. A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008. Penggunaan komputer elektronik, mesin tekstil otomatis, bor listrik berkecepatan tinggi, traktor dan mesin pembajak tanah, dan banyak lagi jenis mesin serta peralatan modern lainnya, dapat diklasifikasikan sebagai kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja laborsaving technological progress. Sedangkan kemajuan teknologi hemat modal capital-saving technological progress merupakan fenomena yang relatif langka. Hal ini dikarenakan hampir semua penelitian dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan di negara- negara maju dengan tujuan utama menghemat pekerja, dan bukan untuk menghemat modal.

2.8.4 Metode Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi

Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto PDB yang mengukur pendapatan total setiap orang dalam perekonomian Mankiw,2000, hal:72. Untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi data PDB yang digunakan adalah data PDB atas dasar harga konstan, sebab pengaruh perubahan harga terhadap nilai PDB atas dasar harga berlaku telah dihilangkan Triyanto, 1990, hal : 36. Adapun cara perhitungan laju pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan menggunakan formula : 1 1 − − − = Δ t t t t PDB PDB PDB PDB A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008. Keterangan : Δ PDB t = Laju Pertumbuhan Ekonomi t = Tahun tertentu x-1 = Tahun sebelumnya PDB = Produk Domestik Bruto 2.9. Penelitian Sebelumnya Arestis dan Sawyer 2002, melihat bagaimana tingkat bunga sebagai instrumen utama kebijakan moneter mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode OLS dengan menggunakan data tahun 2001-2005, dengan studi kasus di Angeloni salah satu wilayah dalam Zona Euro. Pertumbuhan ekonomi disini diukur dengan PDB. Hasil estimasi memperlihatkan bahwa tingkat bunga berpengaruh signifikan terhadap PDB. Penurunan 1 persen tingkat bunga akan menurunkan 0,2 hingga 0,35 persen PDB. Hafer, Haslag dan Jones 2002, meneliti tentang hubungan antara kebijakan moneter dan output di Amerika Serikat. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode OLS dengan menggunakan data tahun 1961-1982 dan 1961-2000. Penelitian ini terdiri dari tiga kajian. Yang pertama yaitu melihat hubungan antara kebijakan moneter dan output dengan mengestimasi persamaan output gap dimana tingkat pembiayaan bank dalam bentuk kredit menjadi instrumen kebijakan moneter. Yang kedua mengestimasi Congressional Budget Office CbO terhadap output gap, dan yang ketiga mengestimasi pengaruh tingkat bunga terhadap output. Hasil estimasi A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008. memperlihatkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara tingkat pembiayaan bank dalam bentuk kredit terhadap output dalam kurun waktu 1961-1982. Didik J.Rachbini 2003, menyimpulkan bahwa stabilitas ekonomi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas guna meningkatkan kesejahteraan rakyat. Stabilitas tersebut diwujudkan melalui sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter. Evaluasi dan koordinasi penyempurnaan peraturan perbankan seperti manajemen risiko secara konsolidasi, dan giro wajib minimum GWM dapat meningkatkan kapasitas bank untuk menyalurkan kredit kepada dunia usaha yang pada akhirnya dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Purbaya Yudhi Sadewa 2005, dalam suatu penelitian pada data periode 2000- 2005 menunjukkan naik turunnya suku bunga SBI mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Hanya saja pengaruhnya akan lebih signifikan jika suku bunga SBI berada dibawah 10 persen yang dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Budiman Hutabarat dalam buletin agro ekonomi 2001, mengemukakan kebijakan moneter mendukung sektor pertanian andalan yang merupakan penyumbang sektor terbesar kepada PDB.Hal ini dapat terlihat pada tahun 1992, sektor agribisnis memberikan sumbangan sebesar US 6,24 milyar dan meningkat menjadi US 12,96 milyar pada tahun 1997, atau kenaikan sekitar 21 persen per tahun. Pesatnya laju perkembangan di atas tidak terlepas dari kebijakan ekonomi makro yang ditempuh pemerintah, termasuk kebijakan di sektor moneter. A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008. Easterly dan Robelo 1993, menemukan bahwa investasi pada negara-negara sedang berkembang memiliki korelasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan koefisien yang sangat tinggi dengan menggunakan data dari 43 negara sedang berkembang selama kurun waktu 20 tahun. Shekar dan Narendra Nath 2005 dalam suatu penelitian di India, mengemukakan kebijakan moneter di India memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara itu.Sehingga diperlukan intervensi dan pengawasan dari pemerintah terhadap setiap kebijakan moneter yang dilakukan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2.10. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kajian empiris yang telah dilakukan sebelumnya, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : 1. Suku bunga SBI mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, ceteris paribus. 2. Kredit mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, ceteris paribus. 3. Investasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, ceteris paribus. A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008.

2.11. Kerangka Pemikiran