Gambaran Perekonomian Indonesia Gambaran Umum

4.1.2. Gambaran Perekonomian Indonesia

Periode 1966-1970, pemerintah menekankan pada pengendalian inflasi, membangun kembali hubungan dengan komunitas internasional dan rehabilitasi infrastruktur fisik. Perekonomian tumbuh pada tingkat rata-rata 6,6 persen pertahun. Tahun 1968, ditandai sebagai permulaan fase pemulihan, membawa pertumbuhan ekonomi 10,9 persen. Tahun 1971-1981 merupakan sebuah periode dengan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. GDP riil meningkat rata-rata 7,7 persen pertahun. Periode ini ditandai juga sebagai periode penuh dengan ketidak stabilan. Kegagalan panen besar 1972, mengakibatkan harga beras naik dua kali lipat pada 1973, harga minyak bumi meningkat empat kali lipat; kedua kejadian ini, disertai kurang tanggapnya reaksi pemerintah, menyebabkan tingkat inflasi yang besar. Menjelang akhir abad 1970an, Policy Maker mengkhawatirkan kemungkinan jatuhnya harga minyak bumi sebagai akibatnya november 1978 dilakukan devaluasi besar, dengan alasan mengembalikan daya saing sektor perdagangan non migas. Ternyata perkiraan tidak terjadi, dan pada tahun 1979, perang Iran-Iraq, terjadi peningkatan tajam harga minyak dunia. Jatuhnya harga minyak bumi menyebabkan meningkatnya hutang luar negeri. Pada tahun 1982 pertumbuhan ekonomi menurun drastis dan hal ini sebagai tanda berakhirnya dekade pertumbuhan dan kemelimpahan yang dibiayai minyak bumi. A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008. Kebijakan fiskal yang ketat, manajemen nilai tukar yang efektif, dan reformasi ekonomi mikro yang tegas yang dilakukan selama periode 1987-1992 menghasilkan proses pemulihan yang cepat. Pertumbuhan ekonomi 1987-1992 naik rata-rata 6,7 persen pertahun, mendekati pertumbuhan 1971-1981, tetapi kali ini tidak dicapai melalui minyak bumi. Untuk pertama sekali Indonesia menjadi Negara eksportir penting barang-barang industri, mengikuti sukses yang ditempuh negara- negara tetangga di Asia Timur. Sektor perdagangan dan swasta semakin kuat dan mandiri. Sumbangan Badan Usaha Milik Negara BUMN mulai menyusut dan proteksi pemerintah semakin kurang menonjol. Awal 1990-an telah berhasil mengatasi masalah krisis hutang dengan efektif. Dalam Pelita V perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang membaik dengan angka pertumbuhan 5,7 yang melebihi target rata-rata pertumbuhan 5 . Untuk menjaga kelangsungan pembangunan selain dari sumber penghasilan minyak, maka dirasakan perlu digali sumber dana dari dalam negeri dengan meningkatkan ekspor non-migas. Guna mendukung hal itu, pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Deregulasi di Bidang Moneter, Keuangan dan Perbankan pada 27 Oktober 1988 Pakto 1988. Memasuki Tahun 1997 menjadi tahun ujian berat bagi perekonomian Indonesia. Krisis moneter yang terjadi selama paruh kedua perjalanan perekonomian nasional tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda untuk kembali. Pemutusan Hubungan Kerja PHK, kenaikan harga sembilan bahan pokok sembako diluar A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008. tingkat kewajaran, peningkatan angka pengangguran, laju inflasi melampaui dua digit, pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 4,65 atau lebih rendah di banding pertumbuhan ekonomi tahun 1996 yang mencapai 7,98 dan beberapa dampak ikutan dari krisis moneter lainnya seperti meningkatnya aktivitas demokrasi, kerusakan, dan lain-lain. Tak pelak lagi, fundamental perekonomian Indonesia yang dengan susah payah telah dibangun selama kurang lebih 30 tahun , dalam sekejap saja menjadi rapuh. Pertumbuhan ekonomi tahun 1997 tampaknya kurang menggembirakan bahkan boleh dikatakan buram. Badai krisis moneter yang melanda negara-negara kawasan Asia Tenggara, ternyata merembes juga ke Indonesia. Bahkan situasi ini belum juga pulih hingga ujung tahun 1997. Nilai kurs rupiah terhadap dollar US yang terus merosot sejak bulan Juli 1997, telah menyebabkan goncangan yang cukup serius terhadap fundamental perekonomian nasional, yang selama ini dianggap kokoh. Pada periode 1999-2005, perkembangan ekonomi Indonesia mulai membaik, karena banyak faktor positif yang mulai berpengaruh. Faktor-faktor tersebut meliputi : perkembangan ekonomi internasional yang cukup baik, perkembangan sosial politik dalam negeri, terutama pada periode Presiden Megawati, yang cukup kondusif serta situasi moneter yang cukup stabil. Membaiknya perekonomian Indonesia sejak 1999 tidak terlepas dari kebijakan umum Pemerintah dan juga kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia terhadap inflasi dan nilai tukar rupiah. Kebijakan tersebut dilakukan A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008. melalui OPT, intervensi Rupiah di pasar uang dan sterilisasi di pasar valuta asing. BI juga mengatur pemantauan dan pelaporan kegiatan lalu lintas devisa yang dilakukan oleh bank dan LKBB. Ketetapan tersebut berlaku mulai 28 April 2000 bagi bank dan LKBB serta 28 Maret 2002 bagi perusahaan bukan lembaga keuangan.

4.1.3. Perkembangan PDB Indonesia