b. Indikator Dalam Implimentasi Kebijakan Moneter
Indikator kebijakan moneter adalah variabel ekonomi yang memberikan informasi tentang gerakan perubahan dalam sektor riil apakah sudah bergerak ke
arah sasaran yang diinginkan atau belum. Pemilihan indikator sebenarnya merupakan pemilihan variabel moneter yang
secara konsisten memberi informasi tentang pengaruh kebijakan moneter terhadap perekonomian. Ini memerlukan adanya hubungan yang pasti dapat diperkirakan
antara indikator tersebut dengan tujuan sasaran kebijakan moneter. Perubahan sektor riil dapat diperkirakan dari adanya perubahan dalam indikator.
Dengan melihat indikator ini dapat diperkirakan apakah arah kebijakan moneter itu sejalan menuju kesasaran yang ingin dicapai atau tidak. Kalau tidak, penguasa
moneter dapat mengubah instrument kebijakan moneter. Dengan demikian indikator ini memberikan informasi apakah sasarannya akan tercapai atau tidak.
c. Target Operasional
Target operasional adalah variabel ekonomi moneter yang selalu diawasi tiap hari oleh penguasa moneter Bank Sentral dalam menjalankan kebijakan jual-beli
surat berharga open market operation. Beberapa syarat harus dipenuhi agar supaya sesuatu variabel dapat dipakai sebagai target operasional, antara lain :
1. Bank Sentral harus dapat mengukur target operasional ini dalam jangka yang
relative pendek.
A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008.
2. Bank Sentral harus dapat mengatur volume target operasional ini dengan cara
merubah instrument kebijakan moneter. 3.
Perubahan volume target operasional dari waktu ke waktu mempunyai pengaruh yang besar terhadap perubahan dalam variabel indikator.
2.8. Pertumbuhan Ekonomi 2.8.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi
i.Teori Ekonomi Klasik
Orang yang pertama membahas pertumbuhan ekonomi secara sistematis adalah Adam Smith 1723-1790 yang membahas masalah ekonomi dalam bukunya An
Inquiry into the Nature and Causes of The Wealth of Nations 1776. Inti ajaran Smith adalah agar masyarakat diberi kebebasan seluas-luasnya dalam menentukan
kegiatan ekonomi apa yang dirasanya terbaik untuk dilakukan. Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas akan menciptakan efisiensi,
membawa ekonomi kepada kondisi full employment, dan menjamin pertumbuhan ekonomi sampai tercapai posisi stasioner stationary state. Posisi stasioner terjadi
apabila sumber daya alam telah seluruhnya termanfaatkan. Kalaupun ada pengangguran, hal itu bersifat sementara.
Pemerintah tidak perlu terlalu dalam mencampuri urusan perekonomian. Tugas pemerintah adalah menciptakan kondisi dan menyediakan fasilitas yang mendorong
pihak swasta berperan optimal dalam perekonomian. Pemerintah tidak perlu terjun langsung dalam kegiatan produksi dan jasa. Peranan pemerintah adalah menjamin
A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008.
keamanan dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat serta membuat “aturan main” yang memberi kepastian hukum dan keadilan bagi para pelaku ekonomi.
Dalam hal ini pemerintah berkewajiban menyediakan prasarana sehingga aktivitas swasta menjadi lancar. Pengusaha perlu mendapat keuntungan yang
memadai tidak hanya sekadar keuntungan minimum agar dapat mengakumulasi modal dan membuat investasi baru, sehingga dapat menyerap tenaga kerja baru.
Terhadap pemikiran Smith, perlu dicatat pendapat Schumpeter 1911 dalam bahasa Jerman, 1934 dalam bahasa Inggris, yang mengatakan bahwa posisi stasioner tidak
akan terjadi karena manusia akan terus melakukan inovasi. Sebagai akibat depresi ekonomi dunia tahun 1929-1932, pandangan Smith
kemudian dikoreksi oleh Keynes 1936 dengan mengatakan bahwa untuk menjamin pertumbuhan yang stabil pemerintah perlu menerapkan kebijakan fiskal perpajakan
dan perbelanjaan pemerintah, kebijakan moneter tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar, dan pengawasan langsung. Ahli ekonomi setelah itu ada yang
mendukung dan memperluas pandangan Keynes. Kedua kelompok ini tetap mengandalkan mekanisme pasar.
Perbedaannya adalah ada yang menginginkan peran pemerintah yang cukup besar tetapi ada pula yang menginginkan peran pemerintah haruslah sekecil mungkin.
Walaupun berbeda, kedua kelompok umumnya sependapat bahwa salah satu tugas negara adalah menciptakan distribusi pendapatan yang tidak terlalu pincang ada
kaitan dengan tingkat saving dan konsumsi sehingga pertumbuhan ekonomi bisa mantap dan berkelanjutan.
A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008.
Belakangan disadari bahwa pemerintah perlu turun tangan untuk menyediakan jasa yang melayani kepentingan orang banyak ketika swasta tidak berminat
menanganinya apabila tidak diberi hak khusus. Misalnya pembangkit tenaga listrik, telepon dan air minum. Swasta mungkin berminat menyediakan fasilitas ini apabila
diberi hak monopoli dan karena hal itu mungkin tidak diterima oleh masyarakat dan penanganannya diambil alih oleh pemerintah. Atau, kalaupun itu dikelola oleh swasta
harus diawasi oleh pemerintah. Hal lain yang dianggap wajar pemerintah ketika turun tangan adalah mengatur
stok pangan agar tercipta harga yang stabil. Dalam kerangka ekonomi wilayah, ada pandangan Smith yang tidak bisa diterapkan sepenuhnya, misalnya tentang lokasi
dari kegiatan ekonomi tersebut. Sesuai dengan tata ruang yang berlaku maka lokasi dari berbagai kegiatan sudah diatur dan kegiatan yang akan dilaksanakan harus
memilih diantara lokasi yang diperkenankan. Terlepas dari kekurangan yang terdapat dalam teori Smith, pandangannya masih
banyak yang relevan untuk diterapkan dalam perencanaan pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk itu, hal yang perlu dilakukan pemerintah daerah adalah memberi
kebebasan kepada setiap orangbadan untuk berusaha pada lokasi yang diperkenankan; tidak mengeluarkan peraturan yang menghambat pergerakan orang
dan barang; tidak membuat tarif pajak daerah yang lebih tinggi dari daerah lain sehingga pengusaha enggan berusaha di daerah tersebut; menjaga keamanan dan
ketertiban sehingga relatif aman untuk berusaha; menyediakan berbagai fasilitas dan prasarana sehingga pengusaha dapat beroperasi dengan efisien serta tidak membuat
A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008.
prosedur penanaman modal yang rumit; berusaha menciptakan iklim yang kondusif sehingga investor tertarik menanamkan modalnya di wilayah tersebut.
Walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit, teori Smith akan tumbuh subur pada kondisi pasar sempurna. Kondisi pasar sempurna untuk semua transaksi
memang sulit diwujudkan, namun pemda harus berusaha untuk membuat kondisi pasar mengarah ke kondisi pasar sempurna. Pemda tidak memberi hak monopoli
penjual tunggal atau monopsoni pembeli tunggal kepada pihak swasta atas dasar lisensi, serta informasi tentang pasar disebarluaskan kepada masyarakat.
ii. Teori Harrod-Domar
Teori ini dikembangkan hampir pada waktu bersamaan oleh Harrod 1948 di Inggris dan Domar 1957 di Amerika Serikat. Di antara mereka menggunakan proses
perhitungan yang berbeda tetapi memberikan hasil yang sama, sehingga keduanya dianggap mengemukakan ide yang sama dan disebut teori Harrod-Domar. Teori ini
melengkapi teori Keynes, dimana Keynes melihatnya dalam jangka pendek kondisi statis sedangkan Harrod-Domar melihatnya dalam jangka panjang kondisi dinamis.
Teori Harrod-Domar didasarkan pada asumsi : 1.
Perekonomian bersifat tertutup 2.
Hasrat menabung MPS = s adalah konstan 3.
Proses produksi memiliki koefisien yang tetap constant return to scale, serta 4.
Tingkat pertumbuhan angkatan kerja n adalah konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk.
A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008.
Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap seluruh kenaikan
produksi dapat diserap oleh pasar hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut :
g = K = n, Dimana :
g : Growth tingkat pertumbuhan output K : Capital tingkat pertumbuhan modal
n : Tingkat pertumbuhan angkatan kerja
Agar terdapat keseimbangan maka antara tabungan S dan investasi I harus terdapat kaitan yang saling menyeimbangkan, padahal peran k untuk menghasilkan
tambahan produksi ditentukan oleh v capital output ratio = Rasio modal-output. Apabila tabungan dan investasi adalah sama I = S, maka :
V S
Y K
Y S
K Y
Y S
K S
K I
= =
= =
=
Agar pertumbuhan tersebut mantap, harus dipenuhi syarat g = n = sv. Hal ini lebih mudah dimengerti dengan menggunakan contoh. Misalnya, perekonomian
berada dalam kapasitas penuh dengan total pendapatan Y = 1.000 triliun rupiah. Hasrat menabung s = 20 . Karena I = S maka tingkat investasi adalah 20 x
A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008.
1.000 triliun rupiah = 200 triliun rupiah. Misalnya rasio modal-output adalah 5 : 1 diperlukan modal Rp.5,00 agar terdapat kenaikan produksi sebesar Rp.1,00 per tahun
atau produktivitas modal = 0,20. Besarnya kenaikan output adalah Iv = 2005 = 40 triliun rupiah. Dengan demikian, laju pertumbuhan ekonomi adalah
4 000
. 1
40 =
= triliun
triliun g
Akan tetapi, hal ini hanya tercapai apabila laju pertumbuhan tenaga kerja juga 4. Contoh diatas dapat dilihat dari sisi lain. Misalnya, kita menginginkan
pertumbuhan ekonomi 5 atau ada kenaikan output sebesar 1.000 triliun rupiah x 0,05 = 50 triliun rupiah. Hal ini berarti investasi haruslah sebesar 50 triliun rupiah x
v = 50 triliun rupiah x 5 =250 triliun rupiah. Artinya, tingkat tabungan harus dinaikkan dari 0,20 menjadi 0,25 atau kekurangannya harus dipinjam dari luar.
Karena s,v,dan n bersifat independen maka dalam perekonomian tertutup, sulit tercapai kondisi pertumbuhan mantap. Harrod-Domar mendasarkan teorinya
berdasarkan mekanisme pasar tanpa campur tangan pemerintah. Akan tetapi, kesimpulannya menunjukkan bahwa pemerintah perlu merencanakan besarnya
investasi agar terdapat keseimbangan dalam sisi penawaran dan sisi permintaan barang.
Untuk perekonomian daerah, Richardson Robinson Tarigan, 2003mengatakan kekakuan diatas diperlunak oleh kenyataan bahwa perekonomian daerah bersifat
terbuka. Artinya, faktor-faktor produksihasil produksi yang berlebihan dapat
A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008.
diekspor dan yang kurang dapat diimpor. Impor dan tabungan adalah kebocoran- kebocoran dalam menyedot output daerah.
Sedangkan ekspor dan investasi dapat membantu menyedot output kapasitas penuh dari faktor-faktor produksi yang ada di daerah tersebut. Kelebihan tabungan
yang tidak terinvestasikan secara lokal dapat disalurkan ke daerah-daerah lain yang tercermin dalam surplus ekspor. Apabila pertumbuhan tenaga kerja melebihi dari apa
yang dapat diserap oleh kesempatan kerja lokal maka migrasi neto dapat menyeimbangkan n dan g. Jadi, dalam perekonomian terbuka, persyaratannya
menjadi sedikit longgar. Syarat statistik bagi perekonomian terbuka :
S + M = I + X dapat dirumuskan menjadi : s + m Y = I + X, atau :
Y X
m s
Y I
− +
=
Kita mengetahui bahwa ekspor suatu daerah i dapat dirumuskan sebagai impor daerah-daerah lain.
j ji
n j
ji n
j
Y M
M Xi
1 1
= =
∑ =
∑ =
Ekspor daerah i = total impor daerah-daerah j dari daerah i = nilai m marginal propensity to impor daerah-daerah j dari daerah I dikalikan dengan tingkat
pendapatan masing-masing setiap daerah j.
A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008.
Dengan demikian, Richardson dalam Tarigan merumuskan persamaan pertumbuhan suatu wilayah adalah :
i i
j ij
i i
i
v Y
Y m
m s
g ∑
− +
=
Catatan :
Y X
m s
Y I
− +
=
v v
s Y
S Y
I .
= =
di mana
v s
g =
i j
ji i
i i
i
Y Y
m m
s v
g .
∑ −
+ =
i i
j ji
i i
i
v Y
Y m
m s
g ∑
− +
=
Berdasarkan rumus di atas maka agar suatu daerah tumbuh cepat atau g
i
tinggi, dikehendaki agar : s
I
tingkat tabungan = tinggi, m
i
impor = tinggi, ekspor = kecil, v
i
capital output ratioCOR = kecil, artinya dengan modal yang kecil dapat meningkatkan output yang sama besarnya. Yang termasuk dalam ekspor dan impor
adalah barang konsumsi dan barang modal. Dalam model ini, kelebihan atau
A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008.
kekurangan tabungan dan dengan tenaga kerja dapat dinetralisir oleh arus keluar atau arus masuk dari setiap faktor di atas.
Pertumbuhan yang mantap tergantung pada apakah arus modal dan tenaga kerja interregional bersifat menyeimbangkan atau tidak. Pada model ini arus modal dan
tenaga kerja searah karena pertumbuhan membutuhkan keduanya secara seimbang. Dalam praktiknya, daerah yang pertumbuhannya tinggi daerah yang telah maju akan
menarik modal tenaga kerja dari daerah lain yang pertumbuhannya rendah dan hal ini membuat pertumbuhan antardaerah menjadi pincang. Artinya, daerah yang maju kian
maju dan yang terbelakang akan makin ketinggalan.Jadi, pertumbuhan antar daerah akan mengarah kepada heterogenous makin pincang.
Teori Harrod-Domar sangat perlu diperhatikan bagi wilayah yang masih terbelakang dan terpencil atau hubungan keluarnya sangat sulit. Dalam kondisi seperti
ini, biasanya barang modal sangat langkah sehingga sulit melakukan konversi antara barang modal dengan tenaga kerja. Untuk wilayah seperti itu, bagi sektor yang hasil
produksinya tidak layak atau kurang menguntungkan untuk diekspor karena biaya angkut tinggi atau produk tidak tahan lama maka peningkatan produksi
mengakibatkan produk tidak terserap oleh pasar lokal dan tingkat harga turun drastis sehingga merugikan produsen. Oleh karena itu, lebih baik mengatur pertumbuhan
berbagai sektor secara seimbang. Dengan demikian, pertambahan produksi di satu sektor dapat diserap oleh sektor lain yang tumbuh secara seimbang.
A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008.
ii.Teori Pertumbuhan Neoklasik
Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Robert M.Solow 1970 dari Amerika Serikat dan T.W. Swan 1956 dari Australia. Model Solow-Swan
menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi. Perbedaan utama dengan model
Harrod-Domar adalah dimasukkannya unsur kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain itu, Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan
adanya substitusi antara kapital K dan tenaga kerja L. Dengan demikian, syarat- syarat adanya pertumbuhan yang mantap dalam model Solow-Swan kurang restriktif
disebabkan kemungkinan subsitusi antara modal dan tenaga kerja. Hal ini berarti adanya fleksibilitas dalam rasio modal-output dan rasio modal-tenaga kerja.
Teori Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbangan sehingga pemerintah tidak perlu terlalu banyak
mencampurimempengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Hal ini membuat teori mereka dan
pandangan para ahli lainnya yang sejalan dengan pemikiran mereka dinamakan teori Neoklasik.
Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga sumber, yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan peningkatan teknologi. Teknologi ini
terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan teknik sehingga produktivitas perkapita meningkat. Dalam model tersebut, masalah teknologi dianggap fungsi dari waktu.
Oleh sebab itu, fungsi produksinya berbentuk :
A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008.
Y
i
= f
i
K,L,t Dalam kerangka ekonomi wilayah, RichardsonRobinsonTarigan,
2003kemudian menderivasikan rumus di atas menjadi sebagai berikut : Y
i
= a
i
k
i
+ 1-a
i
n
i
+ T Di mana :
Y
i
= besarnya output k
i
= tingkat pertumbuhan output n
i
= tingkat pertumbuhan tenaga kerja T
i
= kemajuan teknologi a = bagian yang dihasilkan oleh faktor modal
1-a = bagian yang dihasilkan oleh faktor di luar modal
Agar faktor produksi selalu berada pada kapasitas penuh perlu mekanisme yang menyamakan investasi dengan tabungan dalam kondisi full employment. Dengan
demikian, pertumbuhan mantap membutuhkan syarat bahwa : p
K Y
a MPK
i i
i i
= =
MPK
I
= Marginal productivity of capital Jika p sudah tertentu dan a konstan maka Y dan K harus tumbuh dengan tingkat
yang sama. Syarat keseimbangan bagi keseluruhan system adalah :
A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008.
∑ ∑
= =
=
1 1
i i
i i
S I
walaupun di suatu region tabungan bisa saja tidak sama dengan investasi. Suatu daerah akan mengimpor modal jika tingkat pertumbuhan modalnya lebih
kecil dari rasio tabungan domestik terhadap modal. Dalam pasar sempurna marginal productivity of labour MPL adalah fungsi langsung tapi bersifat terbalik dari
marginal productivity of capital MPK. Hal ini bisa dilihat dari nilai rasio modal tenaga kerja KL.
Apabila tiap daerah dimisalkan menghasilkan output yang homogen dan fungsi produksi yang identik maka di daerah yang KL-nya tinggi terdapat upah riil yang
tinggi dan MPK yang rendah. Adapun di daerah yang KL-nya rendah terdapat upah riil yang rendah tetapi MPK yang tinggi. Sebagai akibatnya modal akan mengalir dari
daerah yang upahnya tinggi ke daerah yang upahnya rendah karena akan memberikan balas jasa untuk modal yang lebih tinggi.
Sebaliknya, tenaga kerja akan mengalir dari daerah upah rendah ke daerah upah tinggi. Mekanisme di atas pada akhirnya menciptakan balas jasa faktor-faktor
produksi di semua daerah sama. Dengan demikian, perekonomian regionalpendapatan per kapita regional akan mengalami proses konvergensi makin
sama. Teori neoklasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar kondisi
selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna, perekonomian bisa tumbuh maksimal. Sama seperti dalam model ekonomi klasik,
A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008.
kebijakan yang perlu ditempuh adalah meniadakan hambatan dalam perdagangan termasuk perpindahan orang, barang dan modal. Harus dijamin kelancaran arus
barang, modal, tenaga kerja dan perlunya penyebarluasan informasi pasar. Harus diusahakan terciptanya prasarana perhubungan yang baik dan
terjaminnya keamanan, ketertiban, dan kestabilan politik. Demikian pula model Neoklasik sangat memperhatikan faktor kemajuan teknik, yang dapat ditempuh
melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia SDM. Mutu SDM adalah menyangkut keahlian dan moral, dan moral sangat dipengaruhi oleh aturan main yang
berlaku. Hal khusus yang perlu dicatat bahwa model Neoklasik mengasumsikan I = S. Hal ini berarti kebiasaan masyarakat yang suka menyimpan uang kontan dalam
jumlah besar di rumah bukan di bank tanpa tujuan khusus, dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
Hal ini perlu disosialisasikan kepada masyarakat. Paham neoklasik melihat peran kemajuan teknologiinovasi sangat besar dalam memacu pertumbuhan wilayah.
Oleh sebab itu, pemerintah perlu mendorong terciptanya kreativitas dalam kehidupan masyarakat, agar produktivitas per tenaga kerja terus meningkat. Analisis lanjutan
dari paham Neoklasik menunjukkan bahwa untuk terciptanya suatu pertumbuhan yang mantap steady growth, diperlukan suatu tingkat s saving yang pas dan
seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali di wilayah tersebut.
A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008.
iii. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat Yang Disinergikan
Teori pertumbuhan jalur cepat turnpike diperkenalkan oleh Samuelson 1955. Setiap negarawilayah perlu melihat sectorkomoditi apa yang memiliki potensi besar
dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor itu memiliki competitive advantage untuk dikembangkan.
Artinya dengan kebutuhan modal yang sama sector tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu yang relative singkat
dan volume sumbangan untuk perekonomian juga cukup besar. Agar pasarnya terjamin, produk tersebut harus dapat menembus dan mampu bersaing pada pasar luar
negeri. Perkembangan sektor tersebut akan mendorong sektor lain turut berkembang sehingga perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh.
Mensinergikan sector-sektor adalah membuat sektor-sektor saling terkait dan saling mendukung. Misalnya usaha perkebunan yang dibuat bersinergi dengan usaha
peternakan. Rumputlimbah perkebunan dapat dijadikan makanan ternak, sedangkan teletongkotoran ternak bisa dijadikan pupuk untuk tanaman perkebunan. Contoh lain
adalah usaha pengangkutan dan usaha perbengkelan. Dengan demikian, pertumbuhan sektor yang satu mendorong pertumbuhan sektor yang lain, begitu juga sebaliknya.
Menggabungkan kebijakan jalur cepat turnpike, dan mensinergikannya dengan sektor lain yang terkait akan mampu membuat perekonomian tumbuh cepat.
Selain itu, perlu diperhatikan pandangan beberapa ahli ekonomi Schumpeter dan lain-lain yang mengatakan bahwa kemajuan ekonomi sangat ditentukan oleh
jiwa usaha entrepreneurship dalam masyarakat. Jiwa usaha berarti pemilik modal
A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008.
mampu melihat peluang dan berani mengambil resiko membuka usaha baru maupun memperluas usaha yang telah ada.
Dengan pembukaan usaha baru dan perluasan usaha tersedia lapangan kerja tambahan untuk menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap tahunnya. Angkatan
kerja yang tidak tertampung dapat menciptakan instabilitas keamanan sehingga investor tidak berminat melakukan investasi dan ekonomi menjadi mandek.
Perekonomian yang mandek membuat makin banyak pencari kerja tidak tertampung sehingga instabilitas bertambah parah. Apabila jaminan keamanan berusaha sudah
tidak ada, investor yang sudah ada pun akan merelokasi usahanya. Apabila hal ini terjadi akan terjadi depresi ekonomi dan kemakmuran menjadi menurun.
2.8.2 Konsep Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijakan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi
yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang.
Pertumbuhan merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan dan hasil pertumbuhan ekonomi akan dapat pula dinikmati masyarakat sampai dilapisan paling
bawah, baik dengan sendirinya maupun dengan campur tangan pemerintah.
A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008.
Pertumbuhan harus berjalan secara beriringan dan terencana mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembangunan hasil-hasil pembangunan
dengan lebih merata. Dengan demikian maka daerah yang miskin, tertinggal tidak produktif akan menjadi produktif, yang akhirnya akan mempercepat pertumbuhan itu
sendiri. Strategi ini dikenal dengan istilah “Redistribution With Growth”. Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dari tahun ke
tahun tergambar melalui penyajian PDB atas harga konsumen secara berkala, yaitu pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian,
sebaliknya apabila negatif menunjukkan terjadinya penurunan. Pertumbuhan biasanya disertai dengan proses sumber daya dan dana negara.
Selain itu pertumbuhan ekonomi umumnya juga disertai dengan terjadinya pergeseran pekerjaan dari kegiatan yang relatif rendah produktifitasnya kegiatan yang
lebih tinggi. Dengan perkataan lain pertumbuhan ekonomi secara potensial cenderung meningkatkan produktifitas pekerja, dan meningkatkan skala unit usaha.
Kuznets dalam Sirojuzilam2005:5 mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai “Kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk
menyediakan semakin banyak barang kepada penduduknya, kemampuan ini bertambah sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan
ideologis yang diperlukan”. Pertumbuhan
ekonomi Economic Growth juga merupakan perubahan nilai
kegiatan ekonomi dari tahun ke tahun untuk satu periode ke periode yang lain dengan mengambil rata-ratanya dalam waktu sama, maka untuk mengatakan tingkat
A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008.
pertumbuhan ekonomi harus dibandingkan dengan tingkat pendapatan nasional dari tahun ke tahun atau dapat diformulasikan sebagai berikut :
GNP GNP
g
t
Δ =
atau :
1 1
− −
− =
t t
t t
GNP GNP
GNP g
Dimana : g
t
= pertumbuhan ekonomi GNP = Real Gross National Product
Δ
= perubahan
2.8.3. Komponen Utama Pertumbuhan Ekonomi
Ada tiga komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu :
a. Akumulasi Modal
Akumulasi modal capital accumulation terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar ouput
dan pendapatan dikemudian hari. Pengadaam pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku meningkatkan stok modal capital stock secara fisik suatu daerah yakni,
nilai riil “neto” atas seluruh barang modal produktif secara fisik dan hal itu jelas memungkinkan akan terjadinya peningkatan ouput di masa-masa mendatang.
A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008.
Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan berbagai investasi penunjang yang disebut investasi “infrastruktur” ekonomi dan
sosial. Contohnya adalah pembangunan jalan-jalan raya, penyediaan listrik, persediaan air bersih dan perbaikan sanitasi, pembangunan fasilitas komunikasi dan
sebagainya, yang kesemuanya itu mutlak dibutuhkan dalam rangka menunjang dan mengintegrasikan segenap aktivitas ekonomi produktif. Sebagai contoh, investasi
yang dilakukan oleh seorang petani sayuran berupa pembelian sebuah traktor baru pasti dapat meningkatkan produksi sayurannya. Tetapi tanpa fasilitas transportasi
jalan danatau kenderaan yang memadai guna mengangkut tambahan produksi tersebut ke pasaran, maka investasi sang petani tersebut tidak akan banyak menambah
produksi pangan. Di samping investasi yang bersifat langsung seperti itu, banyak cara yang
bersifat tidak langsung untuk menginvestasikan dana dalam berbagai jenis sumber daya. Pembangunan sistem irigasi akan dapat memperbaiki kualitas tanah pertanian
serta meningkatkan produktivitas lahan per hektar. Jika 100 hektar tanah irigasi dapat memproduksi output yang sama jumlahnya dengan yang dihasilkan oleh 200 hektar
tanah tanpa irigasi, maka itu berarti pembangunan sistem irigasi tersebut sesungguhnya telah melipatgandakan “kuantitas” tanah.
Demikian pula, penggunaan pupuk buatan dan pestisida juga akan meningkatkan produktivitas lahan-lahan pertanian. Semua bentuk investasi tersebut
diatas merupakan sarana untuk meningkaatkan produktvitas sumber daya tanah.
A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008.
Dampak positif peningkatan seluruh stok tanah yang produktif, untuk berbagai keperluan, sebenarnya identik dengan pembuka lahan-lahan pertanian baru.
Investasi dalam pembinaan sumber daya manusia juga dapat meningkatkan kualitas modal manusia, sehingga pada akhirnya akan membawa dampak positif yang
sama terhadap angka produksi, bahkan akan lebih besar lagi mengingat terus bertambahnya jumlah manusia. Pendidikan formal, program pendidikan dan pelatihan
dalam kerja atau magang, kursus-kursus, dan aneka pendidikan informal lainnya perlu lebih diefektifkan untuk mencetak tenaga-tenaga terdidik dan sumber daya
manusia yang terampil melalui investasi langsung dalam pembangunan serta pengadaan gedung-gedung, peralatan dan bahan baku misalnya, buku-buku,
proyektor film, komputer, peraltan ilmiah, serta alat-alat dan mesin pendidikan kejuruan seperti mesin bubut dan gerinda.
Pendidikan guru yang bermutu dengan kurikulum yang tepat dan relevan, sama halnya dengan penyediaan buku-buku ekonomi yang baik, pasti akan dapat
meningkatkan kualitas, kepemimpinan dan produktivitas tenaga kerja.Segenap kegiatan yang dijelaskan diatas merupakan bentuk-bentuk investasi yang menjurus ke
akumulasi modal. Akumulasi modal akan menambah sumber daya baru contohnya, pembukaan tanah-tanah yang semula tidak digunakan atau meningkatkan kualitas
sumber daya yang sudah ada misalnya, perbaikan sistem irigasi, pengadaan pupuk, pestisida.
Satu hal penting yang harus dipahami di sini adalah, bahwasanya untuk mencapai maksud investasi tersebut selalu dituntut adanya pertukaran antara
A. Mahendra: Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia USU e-Repository © 2008.
konsumsi sekarang dan konsumsi mendatang. Artinya, pihak-pihak pelaku investasi harus bersedia mengorbankan atau mengurangi konsumsi pada saat sekarang ini demi
memperoleh konsumsi yang lebih baik di kemudian hari.
b. Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja