Pelaksanaan Otonomi Daerah Secara Luas, Nyata dan Bertanggung Jawab

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009. USU Repository © 2009 e. Daerah otonom dapat sebagai laboratorium dalam hal-hal yang berhubungan dengan pemerintahan, yang dapat bermanfaat bagi seluruh negara. Hal-hal yang baik dapat diterapkan diseluruh wilayah negara, sedangkan yang kurang baik dapat dibatasi pada daerah tersebut dan oleh karena itu lebih mudah untuk ditiadakan. f. Mengurangi kemungkinan kesewenang-wenangan Pemerintah Pusat. g. Dari segi psikologi, desentralisasi dapat lebih memberikan kepuasaan bagi daerah- daerah karena sifatnya yang lebih langsung. Untuk itu desentralisasi dilaksanakan pada daerah-daerah yang memenuhi kriteria suatu wilayah menjadi daerah otonom dan bagi daerah yang tidak mampu berotonomi maka Daerah tersebut dimungkinkan untuk dapat dihapus dan atau digabung dengan daerah lain. Ada beberapa prinsip otonomi daerah yang perlu kita pahami terlebih dahulu agar dapat lebih menghayati dan pada akhirnya diharapkan akan dapat memantapkan Otonomi Daerah dalam rangka peningkatan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.

2.4 Pelaksanaan Otonomi Daerah Secara Luas, Nyata dan Bertanggung Jawab

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah merupakan dasar bagi pengelolaan keuangan daerah. Dengan ditetapkannya kedua Undang-undang ini masing-masing Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009. USU Repository © 2009 tanggal 7 Mei 1999 dan 19 Mei 1999 maka Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa tidak berlaku lagi. Otonomi yang diberikan pada Daerah merupakan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah telah memberikan implikasi berupa timbulnya kewengan dan kewajiban yang lebih luas bagi daerah untuk melaksanakan berbagai kegiatan pemerintahan secara lebih mandiri dalam mengurus rumah tangganya sendiri. Adapun konsep terpenting yang harus menjadi perhatian adalah dukungan kemampuan daerah terhadap keberadaan daerah sebagai Daerah Otonom, yaitu kaitan antara kewenangan yang dimilikinya serta sumber-sumber keuangan daerah yang menjadi hak daerah. Kaitan tersebut merupakan wujud kemampuan daerah untuk mendukung berbagai kewenangan yang dimilikinya tersebut, sehingga daerah dituntut untuk mampu berkreasi secara positif dalam melaksanakan dan memanfaatkan berbagai kewenangan yang dimilikinya. Karena itu, keberadaaan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai sub sistem Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah menjadi sangat relevan dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah, terutama dalam mendukung Pemerintah Daerah untuk menjalankan fungsi utamanya melaksanakan pembangunan dan menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat. Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009. USU Repository © 2009 Gambaran kemampuan Daerah dalam menjalankan fungsi utamanya tersebut tampak sebagaimana diatur dalam pasal 3 dan 4 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa dalam pelaksanaan desentralisasi Daerah berhak atas sumber-sumber penerimaan berupa : a Pendapatan Asli Daerah. b Dana Perimbangan. c Pinjaman Daerah. d Lain-lain penerimaan yang sah. Sedangkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri atas : a Hasil Pajak Daerah. b Hasil Retribusi Daerah. c Hasil Perusahaan Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan. d Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Pasal 6 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 mengatur tentang Dana Perimbangan yang menjadi hak Pemerintah Pusat, Daerah, Provinsi dan KabupatenKota, yang terdiri dari : a. Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dan Penerimaan dari Sumber Daya Alam. b. Dana Alokasi Umum. Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009. USU Repository © 2009 c. Dana Alokasi Khusus. Persentase Dana Alokasi Umum ditetapkan sebesar sekurang-kurangnya 25 dari penerimaan dalam negeri dari dana alokasi umum tersebut, Daerah Provinsi mendapatkan bagian sebesar 10 dan Daerah kabupatenkota mendapatkan 90. Sedangkan pembagian dana alokasi umum dibagi berdasarkan : a. Bobot Daerah. b. Potensi Ekonomi Daerah, Variabel minimum yang dipergunakan dalam menentukan bobot Daerah, adalah : • Jumlah penduduk. • Luas wilayah. • Keadaan geografi. • Tingkat pendapatan masyarakat. Sedangkan variabel minimum yang digunakan dalam menentukan potensi ekonomi daerah, adalah : • Potensi industri. • Potensi sumber daya alam. • Potensi sumber daya manusia. • PDRB. Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009. USU Repository © 2009 Variabel bobot Daerah dan potensi ekonomi Daerah tersebut menunjukkan sifat yang statis, sehingga untuk menampung pertumbuhan Daerah yang relatif cepat, diperlukan variabel-variabel yang lain yang bersifat dinamis, seperti : a. Laju pertumbuhan penduduk. b. Kontribusi Daerah terhadap penerimaan nasional. c. Pengembangan wilayah perkotaan dan pedesaan. d. Tingkat pendidikan umum dan lain-lain. Dana Alokasi Khusus ini diatur dalam pasal 8 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 dalam pengertian bahwa dana tertentu membiayai kebutuhan khusus dengan memperhatikan tersedianya dalam APBN, dana alokasi khusus diantaranya termasuk yang berasal dari dana Reboisasi dibagi dengan imbangan sebagai berikut : a. 40 dibagi dengan Daerah Penghasil sebagai Dana Alokasi Khusus. b. 60 untuk Pemerintah Pusat.

2.5 Pembangunan Pendidikan