Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai

(1)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENGARUH OTONOMI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PENDIDIKAN SEKOLAH NEGERI DI KOTA

TANJUNG BALAI

Skripsi Diajukan oleh:

FAUZI RIDWAN 050501085

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRACT

Area Autonomi is exactly began on January 1st, 2001 in Tanjungbalai City. By giving autonomi for this City, the writer want too see how far its influence especially for education.

Because of that, the writer’s scription titled “Autonomous Influence Area to Increase of The Quality of Education Of public School Services In Tanjungbalai City”. The problem faced is how Autonomous influence area to Increase of The Quality Of Services Of Education Of Public School in Tanjungbalai City. The writer choose 5 indicators that are the fund of government rate, the fund of committee’s school, the cost unit, the student ratio per teacher, and the growth of the schools and the schools infrastructure.

According to the result of research that area autonomy will give influence to increase the quality of service of education of public school from the segment the fund of government rate, the cost unit, and the growth of the schools and the schools infrastructure. Eventough from the segment of the student ratio per teachers and the fund of the committee’s school, the area autonomy does not influence the quality of education public school services. These are caused of the committee’s school more take a part from the quality of committee’s school works as the support department of rising the school quality in public school not from the fund. Eventhough the distribution of teachers and students have been equally spread, as well as before and after the regency autonomy has been done.

Keyword: government participation, school committee, student ratio per teacher, the cost unit, school development and school infrastructure


(3)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Dengan penuh kerendahan hati penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari program Strata-1 (S-1), Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pendidikan sekolah Negeridi Kota Tanjungbalai.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pula pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, Darman (Alm) dan Chairumi, yang selama ini telah banyak memberikan dukungan baik dukungan semangat, materi, dan doa yang tak pernah putus yang selalu membimbing penulis dalam setiap langkah. Dan kepada keluarga besar yang banyak memberikan dorongan dan bantuan khususnya abang dan kakak saya, dan kepada semua pihak yang mendukung dalam penyelesaian skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.


(4)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

3. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu yang sangat bernilai dari awal sampai selesainya skripsi ini. 4. Bapak Drs. Rahmat Sumanjaya selaku dosen wali.

5. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Ec selaku dosen penguji I dan Bapak Drs. Rujiman, M.A sebagai penguji II.

6. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

7. Kepada Teman-teman yang selalu ada di samping penulis yang banyak membantu dalam hal sumbangan pikiran dan semangat yang tak henti, My Babe’s Ade Ilham Jusuf, Aidil (Cinta Fitriadi) Fahruky, Ikhsan Kathrook (orang paling tampan di komplek USU), Ade Suryani (wanita 24 karat), Andriani Syafitri (teman yang hilang), Indrie (Makhluk Tuhan paling sexy), Marina (Kharisa Putra), Sarah Dina (Femi Star), Wenny Subandi (Aura Kisah), Senia Dafmi (sensational women), Feny Pratiwi (Miss Kota Binjai), Monika Andrasari (the best ‘06), Bayu Pahleza (sekutu iblis). Dan kepada semua teman-teman satu angkatan di Ekonomi Pembangunan ’05 yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih telah memberikan kerja sama, inspirasi dan kebersamaan selama ini.

8. Teman-Teman Saya di Kota Tanjungbalai yang telah membantu saya dalam menyelesaikan dan mengumpulkan data untuk kebutuhan skripsi saya, Irza Suganda, Bang Taufik, Heru, serta Miss Tanjungbalai yang turut mencucikan pakaian saya selama di Kota Tanjungbalai.


(5)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

9. Teman-teman di Rumah Aidil, Andi Milanisti yang telah membantu saya mengkoreksi ulang skripsi saya secara tuntas dan Rizvan yang juga membantu saya mengoreksi skripsi ini dari awal sampai selesai, Sindentosaka, bang Rivi, Bang Rio yang bersedia melapangkan tempatnya untuk saya menuliskan skripsi ini.

10 Kepada Adinda Anastasya Avanti yang telah memberikan dukungan moril dan semangat mendalam terhadap penulisan skripsi ini. Dan saya harapkan kita dapat menggapai harapan kita sesuai apa yang kita cita-cita kita bersama.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terkira dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, 14 Maret 2009


(6)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman

Abstract ... i

Kata pengantar ...……….... ii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ....….………. vii

Daftar Gambar ...……… viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2 Perumusan Maalah ………... 8

1.3 Hipotesis ………... 8

1.4 Tujuan Penelitian ………... 9

1.5 Manfaat Penelitian ……….... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Nasional dan Daerah ……….. 10

2.2 Otonomi Daerah ………... 12

2.3 Keuangan Daerah ………... 23

2.4 Pelaksanaan Otonomi Daerah Secara Luas, Nyata, Dan Bertanggung Jawab ... 25

2.5 Pembangunan Pendidikan ... 29

2.6 Kebijakan dan Perencanaan Pendidikan ... 32


(7)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

2.8 Sumber Keuangan Sekolah ... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitia ... 49

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 49

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.4 Pengolahan Data ... 50

3.5 Analisis Data ... 51

3.6 Defenisi Operasional ... 59

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Ganbaran Umum Daerah Penelitian ... 61

4.2 Susunan Organisasi Dinas P&K ... 64

4.3 Pendidikan ... 68

4.4 Indikator Kualitas Pelayanan Pendidikan... 70

4.5 Analisis Paired Sampel T-Test ... 75

4.6 Analisis Pada Indikator Jumlah Sekolah dan Keadaan Infrastuktur Sekolah ... 80

4.7 Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis ... 83

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 91

5.2 Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... ix


(8)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Pola Manajemen Pendidikan di Indonesia Sebelum Dengan

Setelah Otonomi Daerah... 31 2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Kecamatan... 62 3. Tugas Pokok dan Fungsi Bagian/Sub Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan... 66 4. Banyakny Sekolah Negeri dan Swasta Menurut Jenis Tahun

2000 dan 2008... 68 5. Perbandingan Jumlah Guru Terhadap Siswa Berdasarkan

Jenjang Pendidikan... 70 6. Indikator Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri

di Kota Tanjungbalai Tahun 2000... 73 7. Indikator Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri

di Kota Tanjungbalai Tahun 2000... 74 8. Banyaknya Sekolah, Siswa, Guru, gedung, Ruang Kelas

dan Jumlah Komputer Pada Sekolah-Sekolah Negeri di Kota

Tanjungbalai Tahun 2000 ... 81

9. Banyaknya Sekolah, Siswa, Guru, gedung, Ruang Kelas dan Jumlah Komputer Pada Sekolah-Sekolah Negeri di Kota

Tanjungbalai Tahun 2008 ... 81


(9)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Analisis Uji Paired Sample T-Test ... 52 2. Analisis Uji Paired Sample T-Test Pada Indikator Angka

Partisipasi Pemerintah ... 54 3. Analisis Uji Paired Sample T-Test Pada Indikator Angka

Partisipasi Komite Sekolah ... 55 4. Analisis Uji Paired Sample T-Test Pada Indikator Satuan Biaya ... 57 5. Analisis Uji Paired Sample T-Test Pada Indikator Rasio

Siswa per Guru ... 58 6. Uji Paired Sample T-Test Pada Indikator Angka Partisipasi

Pemerintah ... 76 7. Uji Paired Sample T-Test Pada Indikator Angka

Partisipasi Komite Sekolah ... 77 8. Uji Paired Sample T-Test Pada Indikator Satuan Biaya ... 79

9. Uji Paired Sample T-Test Pada Indikator Rasio


(10)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Konsep otonomi yang tertuang dalam Undang-undang No.5 Tahun 1974 sebenarnya mempunyai tujuan yaitu melancarkan pembangunan dan menciptakan stabilitas politik dan mewujudkan kesatuan bangsa dengan adanya keserasian hubungan antara pusat dengan daerah. Undang-undang No.5/1974 ini telah meletakkan dasar-dasar sistem hubungan pusat-daerah yang dirangkum dalam 3 (tiga) prinsip, yang dijelaskan sebagai berikut : Pertama, desentralisasi yang mengandung arti penyerahan urusan pemerintahan dari pemerintah pusat kepada daerah. Kedua, dekonsentrasi yang berarti bahwa pelimpahan wewenang dari pemerintah atau kepala wilayah atau kepala instansi vertikal tingkat atasnya kepada pejabat-pejabatnya di daerah. Ketiga, Tugas perbantuan yang berarti bahwa pengkoordinasian prinsip tunggal di daerah dan wakil pemerintah pusat di daerah. Akibat prinsip ini, dikenal adanya daerah otonom dan wilayah administratif.

Dalam pelaksanaannya titik tolak desentralisasi di Indonesia adalah daerah Tingkat II (dati II), dengan dasar pertimbangan, yaitu : Pertama, dimensi politik, Dati II dipandang kurang mempunyai fanatisme kedaerahan sehingga resiko gerakan sparatisme dan peluang berkembangnya aspirasi federalis relatif minim. Kedua, dimensi administratif, penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada


(11)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

masyarakat relatif dapat lebih efektif. Ketiga, dati II adalah daerah ’’ujung tombak’’ pelaksanaan pembangunan sehingga Dati II-lah yang lebih tahu kebutuhan akan dan potensi rakyat yang ada di daerahnya. Yang pada akhirnya, hal ini akan dapat meningkatkan local accountibility Pemda terhadap rakyatnya. Atas dasar inilah prinsip otonomi yang dianut, yaitu otonomi yang nyata, bertanggung jawab dan dinamis, yang diharapkan dapat dengan mudah direalisasikan. “Nyata” berarti otonomi secara nyata diperlukan sesuai dengan situasi dan kondisi yang objektif di daerah. “Bertanggung jawab” mengandung arti pemberian otonomi diselaraskan atau diupayakan untuk melancarkan pembangunan di seluruh tanah air. “Dinamis” berarti pelaksanaan otonomi selalu menjadi sarana dan dorongan untuk lebih baik dan maju.

Undang-undang No.5/1974 terebut sebenarnya sangat Relevan tetapi pelaksanaannya belum konsisten. Kewenangan Daerah kurang diberikan, semua keputusan penting hanya dapat diambil oleh pemerintahan pusat. Dalam keadaan seperti ini, partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan untuk daerahnya menjadi tidak ada. Pada pasal 55 UU No. 5/1974, pendapatan daerah salah satunya berasal dari pemberian pemerintah pusat. Hal ini mendorong terjadinya ketimpangan distribusi keuangan pusat dengan daerah. Selain itu terjadi pula penyeragaman struktur pemerintahan daerah secara nasional, padahal belum tentu setiap daerah dapat disamakan potensinya.

Sejak pemerintahan orde baru, pemerintah Indonesia telah membangun suatu pemerintahan nasional yang kuat dengan menempatkan stabilitas politik sebagai


(12)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

landasan untuk mempercepat pembangunan ekonomi Indonesia. Oleh karena itulah pemerintah mengambil peran sebagai pelaku utama dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini terjadi karena keadaan ekonomi nasional pada masa sebelum orde baru mengalami kemunduran sehingga dirasa perlu untuk melaksanakan pembangunan. Memang tidak ada yang salah dengan kebijakan pemerintah yang berorientasi terhadap pembangunan, tetapi peranan pemerintah yang terlalu menonjolkan pembangunan mengharuskan terjadinya keselarasan suatu sistem perencanaan terpusat yang mengakibatkan terjadi pengendalian pemerintahan yang terpusat. Perencanaan dan pengendalian secara terpusat tersebut mengharuskan adanya keserasian antara sistem pemerintahan daerah dengan pemerintahan pusat, dan secara tidak sengaja, pemerintah daerah seolah-olah mendapat komando secara langsung dari pemerintah pusat, yang artinya sistem pemerintahan yang sebenarnya terjadi adalah sistem pemerintahan terpusat. Akibatnya akan semakin kuat ketergantungan suatu daerah terhadap pemerintahan pusat. Hal inilah yang mulai dirasakan oleh sebagian daerah bahwa apa yang diperoleh pemerintah daerah tidak sesuai dengan kebutuhan daerah itu sendiri.

Untuk menjamin proses desentralisasi berlangsung dan berkesinambungan, pada dasarnya mengacu pada dasar otonomi daerah itu sendiri yang telah dituangkan dalam UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan daerah, yang kemudian direvisi menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan


(13)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

UU No. 33 tahun 2004, yaitu peraturan tentang 2 sumber penerimaan daerah yang baru, yaitu dana perimbangan dan pinjaman daerah. Dengan adanya desentraliasi kewenangan pusat kepada daerah berarti suatu daerah diberi kesempatan untuk mengenal dan menemukan solusi-solusi terhadap permasalahan daerahnaya.

Pemberian hak otonomi didasarkan pada kemampuan fisik suatu daerah untuk membiayai dirinya sendiri dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah. Menurut UU No. 32 tahun 2004, bahwa prinsip otonomi daerah dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam

penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan maksud pemberian otonomi yang ada yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional. Dalam hal ini otonomi daerah dibentuk dan memperhatikan syarat-syarat kemampuan ekonomi, jumlah penduduk, masyarakat daerah, pertahanan-keamanan nasional, serta syarat-syarat lainnya yang memungkinkan daerah tersebut melakukan pembangunan, kestabilan politik dan kesatuan bangsa dengan bertanggung jawab. Penyerahan sebanyak mungkin kewenangan pemerintah terhadap daerah kecuali untuk bidang keuangan dan moneter, politik luar negeri, peradilan, pertahanan, keagamaan, serta beberapa bidang kebijakan pemerintah yang bersifat strategis nasional sesuai dengan UU No. 22 tahun 1999 pasal 7. Dalam hal ini pemerintah


(14)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

daerah dibagi atas dua ruang lingkup bukan tingkatan, yaitu daerah kabupaten dan kota yang diberi status otonomi penuh, sedangkan provinsi diberi status otonomi terbatas. Otonomi penuh berarti tidak ada campur tangan pemerintah pusat di daerah kecuali bidang-bidang yang telah disebutkan diatas, sedangkan otonomi terbatas adalah pemerintah pusat diberikan kesempatan untuk campur tangan di pemerintah daerah.

2. Otonomi yang seluas-luasnya adalah daerah yang diberi kewenangan

mengurus dan mengatur semua urusan pemerintah diluar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan dalam UU. Daerah tersebut memiliki kewenangan membuat kebijakan daerahnya dan memberikan pelayanan peningkatan peran serta prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas yang berarti daerah diberi kewenangan dalam hal mengatur daerahnya secara luas mencakup segala bidang pemerintahan kecuali bidang-bidang yang telah dijelaskan diatas.

3. Otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan

pemerintah dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyatanya dan berpotensi untuk tumbuh dan hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan ke-khasan daerah tersebut. Otonomi nyata maksudnya pengaturan yang dibuat oleh pemerintah daerah secara nyata ada dan diperlukan di daerah tersebut


(15)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

Pelayanan publik yang diberikan pemda otonomi kepada warga daerah haruslah memberikan makna atas pelaksanaan otonomi. Semakin merata dan berkualitas pelayanan publik yang diberikan pemda otonomi, maka semakin bermakna pula otonomi daerah bagi warga daerah. Atau bahkan sebaliknya jika pelayanan yang diberikan pemerintah pusat lebih baik dari pada yang diberikan pemda otonomi maka otonomi daerah akan menjadi sia-sia.

Semakin disadari bahwa pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan pendidikan pada khususnya tidak lagi dapat diselesaikan oleh dan dari pusat. Pembangunan nasional pada bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas bangsa Indonesia. Oleh karena itu pemerintah kota dan kabupaten haruslah dapat meningkatkan kualitas sumberdaya pembangunan (dana, SDM, sarana atau prasarana, dan informasi). Pembangunan sumber daya manusia berkaitan erat dengan pola perencanaan berbagai aspek pendidikan. Berdasarkan substansi UU No.22 tahun 1999 maka kewenanangan di bidang pendidikan merupakan salah satu kewenangan pemerintah yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah kota dan kabupaten. Agar desentralisasi atas penyelenggaraan pendidikan tersebut memberikan arti dan manfaat secara optimal, perlu disusun strategi peningkatan pelayanan pendidikan secara nyata yang disertai dengan mengoptimalkan partisipasi masyarakat. Dalam rangka penyelenggaraan


(16)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

strategi peningkatan pelayanan pendidikan maka pemerintah daerah kabupaten dan kota dapat melakukan upaya-upaya sebagai berikut.

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas guru dan tenaga kependidikan. 3. Meningkatkan kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan.

4. Meningkatkan anggaran pendidikan.

Pemerintah Tanjungbalai yang sejak januari 2001 dikatakan sebagai daerah otonom, yang berarti pemerintah Kota Tanjungbalai berhak dan berwenang serta berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri secara bertanggung jawab, sehingga perlu diketahui sejauh mana otonomi daerah telah dilaksanakan dan memberikan makna terhadap kualitas pendidikan di Kota Tanjungbalai. Untuk mewujudkan visi Kota Tanjungbalai yaitu ”terwujudnya Kota Tanjungbalai sebagai kota pelabuhan, pusat perdagangan dan industri regional dengan masyarakat yang madani” maka tindakan yang paling realistis yang dapat dilakukan oleh pemerintah Kota Tanjungbalai yaitu menyediakan serta melakukan perbaikan terhadap sektor sarana maupun prasarana publik dan melakukan perbaikan terhadap kualitas pendidikan demi terciptanya sumber daya manusia yang berpendidikan dan berkualitas yang dapat mendukung terwujudnya visi Kota Tanjungbalai tersebut. Oleh karena itu disini penulis lebih menyoroti bagaimana pengaruh otonomi daerah terhadap kualitas pelayanan pendidikan. Berdasarkan Anggaran Pembangunan dan Belanja (APBD) Kota Tanjungbalai Tahun Anggaran 2008 belanja rutin yang


(17)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

dialokasikan pada pos Dinas P & K sebesar Rp.70,150 milyar. Mengacu pada tahun anggaran sebelumnya sumber dana bagi belanja rutin dan belanja pembangunan pada Dinas P & K berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dan berdasarkan rincian Dana Alokasi Khusus daerah provinsi dan kabupaten/kota tahun anggaran 2007 pemerintah Kota Tanjungbalai mendapat Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp. 25,515 milyar, dan sebesar Rp. 9,076 milyar dari Dana Alokasi Khusus (DAK) tersebut dialokasikan untuk anggaran pendidikan. Program pembangunan yang dilakukan Pemerintah Kota Tanjungbalai berorientasi terhadap perdagangan dan regional industri dengan memanfaatkan tenaga kerja yang terampil dan terdidik. Oleh karena itu penulis ingin melihat sejauh mana pengaruh otonomi daerah terhadap peningkatan kualitas pelayanan pendidikan sekolah negeri di Kota Tanjungbalai. Maka penulis mengangkatnya ke dalam penulisan skripsi yang berjudul

” Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri di Kota Tanjungbalai ”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan di atas maka

penulis akan mengambil suatu perumusan masalah yaitu :

”Apakah ada pengaruh otonomi daerah terhadap peningkatan kualitas pelayanan pendidikan sekolah negeri di Kota Tanjungbalai”.


(18)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009 1.3 Hipotesis

Dari perumusan masalah di atas maka hipotesis yang dapat dibuat adalah sebagai berikut:

” Pelaksanaan otonomi daerah di Kota Tanjungbalai meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan sekolah negeri di Kota Tanjungbalai ”.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan penulis dalam penelitian ini adalah :

”Untuk mengetahui hubungan pelaksanaan otonomi daerah terhadap peningkatan kualitas pelayanan pendidikan sekolah negeri di Kota Tanjungbalai apabila otonomi daerah dilakukan dengan baik”.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah:

1. Sebagai bahan studi atau literatur tambahan terhadap penelitian yang sudah ada sebelumnya.

2. Sebagai bahan studi dan literatur bagi mahasiswa/mahasiswi ataupun peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis selanjutnya.


(19)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

3. Sebagai bahan masukan yang berguna bagi pengambilan keputusan di masa yang akan datang.

4. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau instansi-instansi yang terkait.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Nasional dan Daerah

Dasar pembangunan Indonesia tertuang di UU 1945 pada alinea ke empat. Pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan atas pemerataan dan keadilan sehingga dapat dicapai pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang tinggi. Setiap rakyat Indonesia diberi kesempatan dan kebebasan dalam berusaha disemua bidang sesuai dengan kemampuannya, kesempatan untuk berperan dalam pembangunan nasional maupun daerah, kebebasan memperoleh keadilan (Nurmawan, 2003:14)


(20)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

Pembangunan daerah adalah merupakan rangkuman upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk dapat melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam Pembukaan UU 1945.

Pembangunan daerah merupakan usaha untuk meningkatkan perikehidupan manusia dan masyarakat daerah yang dilakukan secara terus menerus berlandaskan kepada kemampuan nasional dan daerah dengan memanfaatkan kemajuan tekhnologi (Nurmawan, 2003 : 17). Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antar pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Pembangunan daerah bertujuan untuk (Nurmawan, 2003 : 18) :

a. Meningkatkan keadaan ekonomi daerah yang mandiri.

b. Meningkatkan keadaan sosial daerah untuk mencapai kesejahteraan sosial yang adil dan merata.

c. Mengembangkan setiap ragam budaya daerah.

d. Meningkatkan dan memelihara keamanan masyarakat.

e. Menbantu pemerintah pusat dalam mempertahankan dan memelihara NKRI.


(21)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

Ada 4 peranan yang dapat diambil oleh pemrintah daerah dalam proses pembangunan ekonomi daerah yaitu (Syamsi Ibnu, 1994 : 45)

1. Enterpreneur

Pemerintah daerah bertanggung jawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis. Pemerintah daerah bisa mengembangkan suatu usaha sendiri (BUMD).

2. Koordinator

Pemerintah daerah dapat bertindak sebagai koordinator untuk menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi untuk melakukan strategi-strategi bagi pembangunan di daerahnya. Pemerintah daerah bisa juga melibatkan lembaga-lembaga pemerintah lainnya, dunia usaha, dan masyarakat dalam penyusunan sasaran-sasaran ekonomi, rencana-rencana dan strategi.

3. Fasilisator

Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan lingkungan melalui lingkungan attitudinal (prilaku atau budaya masyarakat) di daerahnya.

4. Stimulator.

Pemerintah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan mempengaruhi


(22)

perusahaan-Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut dan menjaga agar perusahaan-perusahaan yang telah ada tetap berada di daerah terebut.

2.2 Otonomi Daerah

2.2.1 Pengertian Otonomi Daerah

Pengertian otonomi daerah secara etimologis berasal dari bahasa Latin, menurut (Situmorang, 1993) yaitu ”autos” yang berarti sendiri, dan ”nomos” yang berarti aturan, jadi dapat diartikan bahwa otonomi adalah mengurus dan mengatur rumah tangga sendiri. Otonomi berasal dari bahasa Inggris, ”autonomi”, ”auto” yang berarti sendiri dan ”nommi” sama dengan ”nomos” yang berarti aturan atau undang-undang. Otonomi berasal dari bahasa Yunani, ”Outonomos/Autonomi” yang berarti keputusan sendiri. Sedangkan berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dalam pasal 1 mengatakan bahwa Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Daerah otonom selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Republik Indonesia.

Sementara itu dalam UU No.22 tahun 1999 mendefinisikan Otonomi Daerah adalah wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat


(23)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam sistem negara kesatuan untuk pengaturan dan pelaksanaan kekuasaan negara secara garis besar hanya mempunyai dua bentuk asas pemerintahan yaitu dipusatkan (asas dekonsentrasi) atau dipencarkan ( asas desentralisasi). Dekonsentrasi merupakan bagian dari sentralisasi dan tugas perbantuan merupakan bagian dari desentralisasi. Dalam negara Kesatuan, kekuasaan Pemerintah Pusat tidak sederajat dengan Pemerintah Daerah, kekuasaaan negara terletak pada Pemerintah Pusat dan dalam prakteknya dapat menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada pejabat-pejabatnya di daerah dalam rangka dekonsentrasi atau kepada daerah berdasarkan hak otonomi dalam rangka desentralisasi.

2.2.2 Adapun Prinsip-Prinsip Otonomi Daerah Tersebut, adalah :

a. UU No. 1 tahun 1945

UU yang berlaku adalah UUD 1945 dengan sistem pemerintahan presidensil dan prinsip otonomi yang dianut oleh Otonomi Indonesia Berdasarkan Kedaulatan rakyat. UU ini mengatur mengenai penyelenggaraan pemerintahan daerah yang pertama sejak Indonesia merdeka. Batasan otonomi tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi waktu itu yang didasarkan pada semangat kemerdekaan dan kedaulatan rakyat, karena UU ini mengatur tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah yang pertama sejak Indonesia merdeka. Pengertian yang terkandung dalam prinip tersebut


(24)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

adalah asal tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang lebih luas daripadanya, ini berarti suatu kemerdekaan untuk mengatur, meskipun dengan pembatasan.

b. UU No. 22 Tahun 1948

UUD yang berlaku adalah UUD 1945 ditambah Maklumat Wakil Presiden No.X tahun 1945 dengan sistem pemerintahan bukan lagi presidensil tetapi parlementer. Prinsip Otonomi yang kita anut adalah “Otonomi yang sebanyak-banyaknya”. Batasan otonomi tersebut hampir sama dengan otonomi yang seluas-luasnya dan pengertiannya adalah memberikan kekuasaan yang besar kepada Pemerintah Daerah yang pelaksanaanya dilakukan oleh DPRD sebagai pemegang kekuasan tertinggi di daerah.

c. UU No.1 Tahun 1957

UU yang berlaku adalah UUD 1950 dengan sistem pemerintahan parlementer. Prinsip Otonomi yang dianut adalah “Otonomi yang riil dan seluas-luasnya” dengan pengertian kepada daerah-daerah diberikan otonomi yang seluas-luasnya untuk mengurus rumah tangganya sendiri.

2.2.3 Pengertian Sentralisasi, Desentralisasi, Dekonsentrasi serta Tugas Perbantuan


(25)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil manajer atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi. Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah.

Kelemahan dari sistem sentralisasi adalah di mana seluruh keputusan dan kebijakan di daerah dihasilkan oleh orang-orang yang berada di pemerintah pusat, sehingga waktu yang diperlukan untuk memutuskan sesuatu menjadi lama. Kelebihan sistem ini adalah di mana pemerintah pusat tidak harus pusing-pusing pada permasalahan yang timbul akibat perbedaan pengambilan keputusan, karena seluluh keputusan dan kebijakan dikoordinir seluruhnya oleh pemerintah pusat.

2.2.3.2 Desentralisasi

Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan dan kebijakan kepada manajer atau orang-orang yang berada pada level bawah dalam suatu struktur organisasi. Pada saat sekarang ini banyak perusahaan atau organisasi yang memilih serta menerapkan sistem desentralisasi karena dapat memperbaiki serta meningkatkan efektifitas dan produktifitas suatu organisasi.

Pada sistem pemerintahan yang terbaru tidak lagi banyak menerapkan sistem sentralisasi, melainkan sistem otonomi daerah atau otda yang memberikan sebagian wewenang yang tadinya harus diputuskan pada pemerintah pusat kini dapat di putuskan di tingkat pemerintah daerah atau pemda. Kelebihan sistem ini adalah


(26)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa adanya campur tangan dari pemerintahan di pusat. Namun kekurangan dari sistem desentralisasi pada otonomi khusus untuk daerah adalah euforia yang berlebihan di mana wewenang tersebut hanya mementingkat kepentingan golongan dan kelompok serta digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat. Beberapa pengertian dari Desentralisasi, yaitu

Di dalam Encyclopedia of the social sciences disebutkan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah, baik yang menyangkut bidang legislatif, yudikatif atau administrasi. Selanjutnya disebutkan pula bahwa kebalikan dari desentralisasi adalah sentralisasi, tetapi jangan dikacaukan dengan pengertian dekonsentrasi, sebab istilah ini secara umum lebih diartikan sebagai pendelegasian dari atasan kepada bawahannya untuk melakukan suatu tindakan atas nama atasannya tanpa melepaskan wewenang dan tanggung jawab atasannya.

United Nation Memberikan batasan tentang desentralisasi, desentralisasi lebih

berorientasi kepada penjelasan tentang proses penyerahan kewenangan dari pusat kepada badan pemerintah di daerah. Proses itu melalui dua cara, yaitu


(27)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

dengan delegasi kepada pejabat-pejabatnya di daerah atau dengan devolusi kepada badan-badan otonom daerah.

Adapun ciri-ciri desentralisasi, adalah :

a. Berinisiatif sendiri (menyusun kebijakan daerah, rencana, dan pelaksanaanya). b. Memiliki alat pelaksana sendiri yang kualified.

c. Membuat peraturan sendiri ( dengan perda ).

d. Menggali sumber-sumber keuangan sendiri, menetapkan pajak retribusi, dan lain-lain usaha yang sah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2.2.3.3 Dekonsentrasi

Dekonsentransi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan atau perangkat pusat di Daerah. Dengan kata lain Gubernur memiliki hak secara penuh untuk mengatur dan menjalankan kebijakan-kebijakan pemerintahan secara bertanggung jawab. Tetapi dalam menjalankan wewenang tersebut Gubernur harus memiliki hubungan secara horizontal terhadap Pemerintah diatasnya, sesuai dengan perundang-undangan serta harus selaras dengan pembangunan dan tujuan nasional.


(28)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

Tugas Perbantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada Daerah dan Desa dan dari Daerah ke Desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggung jawabkannya kepada yang menugaskan. Suatu daerah dapat dikatakan mempunyai suatu otonomi kalau mempunyai ciri-ciri :

a. Adanya unsur tertentu diserahkan oleh Pemerintah Pusat atau Daerah Tingkat Atas kepada Daerah untuk diatur dan diurusnya dalam batas-batas wilayahnya.

b. Pengaturan dan pengurusan tersebut atas inisiatif sendiri dan didasarkan pada kebijaksanaan sendiri pula.

c. Ada alat-alat perlengkapan atau organ-organ atau operator sendiri untuk mengatur dan mengurus urusan-urusan tersebut.

d. Untuk dapat mengatur dan mengurus urusan-urusan tersebut, maka daerah perlu memilki sumber-sumber keuangan sendiri.

Agar pelaksanaan otonomi daerah yang didasarkan atas asas desentralisasi dapat berjalan dengan baik, ada 3 (tiga) prasyarat minimal yang harus dipenuhi, yaitu:

a. Daerah memiliki sumber keuangan sendiri, minimal sumber keuangan yang hasilnya dapat membiayai kegiatan rutin pemerintah daerah


(29)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

b. Daerah memiliki sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan daerah itu sendiri. Dengan kata lain daerah memiliki hak menentukan syarat-syarat rekruitmen pegawai baru yang benar-benar mereka butuhkan.

c. Daerah dapat berinisiatif membuat aturan atau menterjemahkan aturan sesuai dengan kondisi riil yang dihadapi sedapat mungkin dearah bebas dari jeratan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dari pemerintah pusat.

Pembentukan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat disamping sebagai sarana pendidikan politik di tingkat nasional. Dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 terdapat 3 (tiga) pola daerah otonom, yaitu Provinsi, Kabupaten dan Kota. Disamping sebagai Daerah Otonom, Provinsi ditetapkan pula sebagai Daerah Administrasi dengan demikian Gubernur berperan ganda, disisi lain sebagai Kepala Daerah dan disisi lainnya sebagai Wakil Pemerintah. Dalam menyelanggarakan otonomi, daerah memilki hak, yaitu :

a. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya. b. Memilih pimpinan daerah.

c. Mengelola aparatur daerah.

d. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah.

e. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolalaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada didaerah.


(30)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

f. Mendapatakan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah memiliki kewajiban, yaitu :

a. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. c. Mengembangkan kehidupan demokrasi. d. Mewujudkan keadilan dan pemerataan. e. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan. f. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan.

g. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak. h. Mengembangkan sistem jaminan social.

i. Menyusun perencanaan tata ruang daerah.

j. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah. k. Melestarikan lingkungan hidup.

l. Mengelola administrasi kependudukan. m. Melestarikan nilai budaya sosial.

n. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya.

o. Kewijiban lain yang diatur dalam perundang-undangan.


(31)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

Sejarah perekonomian mencatat desentralisasi telah muncul ke permukaan sebagai paradigma baru dalam kebijakan dan administrasi pembangunan sejak dasawarsa 1970-an. Tumbuhnya perhatian terhadap desentralisasi tidak hanya dikaitkan dengan gagalnya perencanaan terpusat dan populernya strategi pertumbuhan dengan pemerataan (growth with equity), tetapi juga adanya kesadaran bahwa pembangunan adalah suatu proses yang kompleks dan penuh ketidakpastian yang tidak mudah dikendalikan dan direncanakan dari pusat. Ada berbagai pengertian desentralisasi. misalnya, Maddick, mendefinisikan desentralisasi sebagai proses dekonsentrasi dan devolusi (Maddick, 1983). Devolusi adalah penyerahan kekuasaan untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu kepada pemerintah daerah, sedang dekonsentrasi merupakan pendelegasian wewenang atas fungsi-fungsi tertentu kepada staf pemerintah pusat yang tinggal diluar kantor pusat.

Salah satu fenomena paling mencolok dari hubungan antara sistem pemerintahan daerah (pemda) dengan pembangunan adalah ketergantungan Pemda yang tinggi terhadap pemerintah pusat. Ketergantungan ini jelas terlihat dari aspek keuangan : Pemda kehilangan kekuasaan bertindak (local discretion) untuk mengambil keputusan-keputusan penting dan adanya campur tangan pemerintah pusat yang tinggi terhadap Pemda. Pembangunan didaerah terutama fisik memang cukup pesat, tetapi tingkat ketergantungan fiskal antara daerah dengan pusat sebagai akibat dari pembangunan juga semakin besar. Ketergantungan fiskal terlihat dari relatif rendahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dominannya transfer dari pusat.


(32)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

Adalah ironis, kendati UU telah menggaris bawahi titik berat otonomi pada kabupaten/kota, namun justru kabupaten/kota lah yang mengalami tingkat ketergantungan yang lebih tinggi dibangding provinsi.

Adapun tujuan, tugas, dan kewajiban negara dan pemerintah Indonesia secara jelas dinyatakan dalam alinea terakhir UUD 1945 yang berbunyi : “…..melindungi segenap tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.” Dengan melihat uraian diatas tadi maka dapat kita katakan bahwa tugas pokok dari pemerintah adalah untuk melakukan pelayanan terhadap masyarakat dan melakukan pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan pemberian hak otonomi terhadap suatu daerah.

2.2.5 Sejarah Desentralisasi Indonesia

Sentralisasi ataupun desentralisasi sebagai suatu sistem admnistrasi pemerintahan, dalam banyak hal, tidak dapat dilepaskan dari proses pertumbuhan suatu negara. Sejarah mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang surut seiring dengan perubahan bentuk dasar politik yang melekat dan terjadi pada perjalanan kehidupan bangsa. Pada prakemerdekaan, Indonesia dijajah Belanda dan Jepang. Penjajah telah menerapkan desentralisasi yang bersifat sentralis, birokratis, dan feodalistis untuk kepentingan mereka. Penjajah Belanda menyusun suatu hierarki Pangreh Praja Bumiputera dan Pangreh Praja Eropa yang harus tunduk kepada


(33)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

Gubernur Jenderal. Dikeluarkannya Decentralisatie Wet pada tahun 1903, yang ditindak lanjuti dengan Bestuurshervorming Wet pada tahun 1922, menetapkan daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri sekaligus membagi daerah-daerah otonom yang dikuasai Belanda menjadi gewest (identik dengan propinsi),

regentschap (kabupaten) dan staatsgemeente (kotamadya).

Pemerintah pendudukan Jepang pada dasarnya melanjutkan sistem pemerintahan daerah zaman Belanda, dengan perubahan ke dalam bahasa jepang. Pada masa pemerintahan kolonial terdapat 2 (dua) administrasi pemerintahan yang ada di masyarakat, yaitu administrasi pemerintahan kolonial yang dipimpin oleh seorang Gubernur Jenderal yang merupakan wakil pemerintah Belanda dan administrasi pemerintahan setempat yang berada dibawah pemerintahan kerajaan. Salah satu warisan pemerintah kolinial Belanda yang kemudian dipraktikkan dalam penyelenggaraan pemerintahaan di Indonesia adalah sentralisasi kekuasaan pada pusat pemerintahan, dam pola penyelenggaraan pemerintah daerah yang bertingkat.

2.3 Keuangan Daerah

Konsep otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab dapat diterjemahkan bahwa Pemerintah Daerah diberikan keleluasaan untuk mengatur rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi masyarakat di daerah masing-masing. Hal ini berarti dalam pelaksanaannya Pemerintah Daerah harus memiliki kemampuan untuk menangkap aspirasi dan kebutuhan masyarakat di


(34)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

daerahnya, kemudian kebutuhan dan aspirasi tersebut didefinisikan, selanjutnya Pemerintah Daerah berprakarsa untuk mengakomodasikan kebutuhan tersebut dalam pembangunan daerah. Proses tersebut dilaksanakan secara transparan dengan melibatkan peran serta rakyat tanpa meninggalkan prinsip-prinsip efisiensi dan efektifitas, sehingga Pemerintah Daerah dapat mempertanggung jawabkan kewenangan tersebut pada masyarakat. Dalam otonomi yang demikian, Daerah memiliki keleluasaan yang bulat dan utuh dalam penyelenggaraan pemerintahan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Kewenangan yang bulat dan utuh tersebut harus pula dipertanggung jawabkan secara utuh kepada masyarakat.

2.3.1 Keuangan yang diperoleh dengan dianutnya sistem desentralisasi,

Keuangan yang diperoleh dengan dianutnya sistem desentralisasi antara lain : a. Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di Pusat Pemerintahan.

b. Dalam menghadapi masalah yang amat mendesak yang membutuhkan

tindakan cepat, Daerah tidak perlu menunggu instruksi lagi dari pusat.

c. Dapat mengurangi birokrasi dalam arti yang buruk karena setiap keputusan dapat segera dilaksanakan.

d. Dapat diadakan perbedaan dan pengkhususan yang berguna bagi kepentingan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan keadaan khusus Daerah.


(35)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

e. Daerah otonom dapat sebagai laboratorium dalam hal-hal yang berhubungan dengan pemerintahan, yang dapat bermanfaat bagi seluruh negara. Hal-hal yang baik dapat diterapkan diseluruh wilayah negara, sedangkan yang kurang baik dapat dibatasi pada daerah tersebut dan oleh karena itu lebih mudah untuk ditiadakan.

f. Mengurangi kemungkinan kesewenang-wenangan Pemerintah Pusat.

g. Dari segi psikologi, desentralisasi dapat lebih memberikan kepuasaan bagi daerah- daerah karena sifatnya yang lebih langsung.

Untuk itu desentralisasi dilaksanakan pada daerah-daerah yang memenuhi kriteria suatu wilayah menjadi daerah otonom dan bagi daerah yang tidak mampu berotonomi maka Daerah tersebut dimungkinkan untuk dapat dihapus dan atau digabung dengan daerah lain. Ada beberapa prinsip otonomi daerah yang perlu kita pahami terlebih dahulu agar dapat lebih menghayati dan pada akhirnya diharapkan akan dapat memantapkan Otonomi Daerah dalam rangka peningkatan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.

2.4 Pelaksanaan Otonomi Daerah Secara Luas, Nyata dan Bertanggung Jawab

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah merupakan dasar bagi pengelolaan keuangan daerah. Dengan ditetapkannya kedua Undang-undang ini ( masing-masing


(36)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

tanggal 7 Mei 1999 dan 19 Mei 1999 ) maka Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa tidak berlaku lagi.

Otonomi yang diberikan pada Daerah merupakan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah telah memberikan implikasi berupa timbulnya kewengan dan kewajiban yang lebih luas bagi daerah untuk melaksanakan berbagai kegiatan pemerintahan secara lebih mandiri dalam mengurus rumah tangganya sendiri. Adapun konsep terpenting yang harus menjadi perhatian adalah dukungan kemampuan daerah terhadap keberadaan daerah sebagai Daerah Otonom, yaitu kaitan antara kewenangan yang dimilikinya serta sumber-sumber keuangan daerah yang menjadi hak daerah. Kaitan tersebut merupakan wujud kemampuan daerah untuk mendukung berbagai kewenangan yang dimilikinya tersebut, sehingga daerah dituntut untuk mampu berkreasi secara positif dalam melaksanakan dan memanfaatkan berbagai kewenangan yang dimilikinya.

Karena itu, keberadaaan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai sub sistem Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah menjadi sangat relevan dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah, terutama dalam mendukung Pemerintah Daerah untuk menjalankan fungsi utamanya melaksanakan pembangunan dan menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat.


(37)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

Gambaran kemampuan Daerah dalam menjalankan fungsi utamanya tersebut tampak sebagaimana diatur dalam pasal 3 dan 4 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa dalam pelaksanaan desentralisasi Daerah berhak atas sumber-sumber penerimaan berupa :

a) Pendapatan Asli Daerah. b) Dana Perimbangan. c) Pinjaman Daerah.

d) Lain-lain penerimaan yang sah.

Sedangkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri atas : a) Hasil Pajak Daerah.

b) Hasil Retribusi Daerah.

c) Hasil Perusahaan Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan.

d) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

Pasal 6 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 mengatur tentang Dana Perimbangan yang menjadi hak Pemerintah Pusat, Daerah, Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang terdiri dari :

a. Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dan Penerimaan dari Sumber Daya Alam. b. Dana Alokasi Umum.


(38)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

c. Dana Alokasi Khusus.

Persentase Dana Alokasi Umum ditetapkan sebesar sekurang-kurangnya 25% dari penerimaan dalam negeri dari dana alokasi umum tersebut, Daerah Provinsi mendapatkan bagian sebesar 10% dan Daerah kabupaten/kota mendapatkan 90%. Sedangkan pembagian dana alokasi umum dibagi berdasarkan :

a. Bobot Daerah.

b. Potensi Ekonomi Daerah,

Variabel minimum yang dipergunakan dalam menentukan bobot Daerah, adalah : • Jumlah penduduk.

• Luas wilayah. • Keadaan geografi.

• Tingkat pendapatan masyarakat.

Sedangkan variabel minimum yang digunakan dalam menentukan potensi ekonomi daerah, adalah :

• Potensi industri.

• Potensi sumber daya alam. • Potensi sumber daya manusia.


(39)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

Variabel bobot Daerah dan potensi ekonomi Daerah tersebut menunjukkan sifat yang statis, sehingga untuk menampung pertumbuhan Daerah yang relatif cepat, diperlukan variabel-variabel yang lain yang bersifat dinamis, seperti :

a. Laju pertumbuhan penduduk.

b. Kontribusi Daerah terhadap penerimaan nasional. c. Pengembangan wilayah perkotaan dan pedesaan. d. Tingkat pendidikan umum dan lain-lain.

Dana Alokasi Khusus ini diatur dalam pasal 8 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 dalam pengertian bahwa dana tertentu membiayai kebutuhan khusus dengan memperhatikan tersedianya dalam APBN, dana alokasi khusus diantaranya termasuk yang berasal dari dana Reboisasi dibagi dengan imbangan sebagai berikut :

a. 40% dibagi dengan Daerah Penghasil sebagai Dana Alokasi Khusus. b. 60% untuk Pemerintah Pusat.

2.5 Pembangunan Pendidikan

UU No.25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) di bidang pendidikan menyebutkan bahwa kebijakan pembangunan pendidikan adalah sebagai berikt :

a) Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh


(40)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

terciptanya masyarakat indonesia berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti.

b) Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga pendidik sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga pendidikan.

c) Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaharuan

kurikulum, berupa difersifikasi kurikulum untuk meleyani keragaman peserta didik, penyusunan kurikulum yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat, serta difersifikasi jenis pendidikan secara profesional. d) Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah

sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.

e) Melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan nasional

berdasarkan prinsip desentralisasi, otonomi, keilmuan dan manajemen.

f) Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk memantapkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni.


(41)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

g) mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara

terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan potensinya.

Bukti-bukti empiris lemahnya pola lama manajemen pendidikan nasional dan digulirkannya otonomi daerah maka sebagai konsekwensi logis bagi manajemen pendidikan di Indonesia adalah perlu dilakuakannya penyesuaian dari pola lama manajeman pendidikan menuju pola baru manajemen pendidikan masa depan yang lebih bernuansa otonomi dan yang lebih demokratis. Tabel ini menunjukkan dimensi-dimensi perubahan pola baru manajemen dari yang lama menuju yang baru yakni (Depdiknas Direktoral Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 2001 ; 7-8)

Tabel 1

Pola Manajemen Pendidikan di Indonesia Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

Pola Lama Pola Baru

Subordinasi Otonomi

Pengambilan keputusan terpusat Pengambilan keputusan partisipatif

Ruang gerak kaku Ruang gerak dinamis

Pendekatan birokratis Pendekatan profesional


(42)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

Diatur Motivasi diri

Overregulasi Deregulasi

Mengontrol Mempengaruhi

Mengarahkan Memfasilitasi

Menghindari resiko Mengelola resiko

Gunakan uang semuanya Gunakan uang seefisien mungkin

Individual yang cerdas Teamwork yang cerdas

Informasi berpribadi Informasi terbagi

Pendelegasian Pemberdayaan

Organisasi hierarkis Organisasi datar

Sumber : Dinas P&K Kota Tanjungbalai.

Sentralisasi pengaturan pendidikan yaitu nyata dalam kurikilum, seragam siswa, waktu belajar, pengaturan guru ujian. Sekolah yang baik akan terhambat karena dipaksa mengikuti aturan-aturan pemerintah pusat sehingga sekolah-sekolah akan memanipulasi laporan demi baiknya dan demi tuntutan pusat yang tidak memperhatikan kepentingan lokal. Sentralisasi digeser ke arah desentralisasi, sejumlah kewenangan yang semula ditangani oleh pemerintah pusat di bidang pendidikan mulai ditangani oleh daerah. Kewenangan itu antara lain menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan pengelolaan sekolah, penetapan kurikulum lokal yang yang mengacu pada kurikulum nasional dan pengadaan buku pelajaran. Dalam kebijakan administratif, pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk


(43)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

melakukan pengangkatan atau pemberhentian tenaga kependidikan, mengatur gaji atau tunjangan keejahteraan dan pengembangan profesionalnya.

2.6 Kebijakan dan Perencanaan Pendidikan 2.6.1 Kebijakan Pendidikan

Penerapan sistem desentralisasi pendidikan secara otomatis mengimplikasikan perlunya kesiapan personil, khususnya para pengelola pendidikan di daerah dan lembaga pendidikan. Mereka dituntut untuk memahami kebijakan pendidikan pusat dan sekaligus mampu mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan pendidikan setempat. Mereka harus mampu merumuskan kebijakan-kebijakan pendidikan lembaga atau daerahnya yang selaras dengan kebijakan-kebijakan pendidikan pusat dan sekaligus memenuhi tuntutan kebutuhan dan permasalahan pendidikan khas setempat. Dengan kata lain, kemandirian dan profesionalisme

personil benar-benar dipersyaratkan untuk mengimplementasikan sistem

desentralisasi pendidikan secara efektif (Depdiknas Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 200 : 1).

Dalam sistem kebijakan utama dibuat oleh Pemerintah Pusat di Kantor Menteri Pendidikan Nasional. Pemerintah Provinsi, dalam hal ini Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Nasional Provinsi, menterjemahkan kebijakan itu untuk kemudian dilaksanakan oleh Kantor Departemen Kabupaten/Kota dan Kecamatan di tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Sekolah. Dengan cara seperti itu, kebijakan


(44)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

pendidikan di Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut (Depdiknas Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 200 : 12-13).

a. Kebijakan nasional

Yaitu Suatu kebijakan yang disusun oleh Departemen Pendidikan Nasional dalam rangaka pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di seluruh Indonesia.

b. Kebijakan provinsi

Suatu kebijakan yang disusun oleh Kanwil Departemen Pendidikan Nasional Provinsi yang sejalan dengan kebijakan nasional dan dimaksudkan untuk dilaksanakan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kepentingan darah. c. Kebijakan Kabupaten/Kota

Suatu kebijakan yang disusun Kantor Departemen Pendidikan Nasional Kabupaten/Kota yang mendukung dan memfasilitasi pelaksanaan kebijakan nasional dan provinsi dalam wilayah kabupaten/kota masing-masing.

d. Kebijakan Kecamatan

Suatu kebijakan yang disusun oleh Kantor Departemen Pendidikan Nasional yang lebih lanjut pelaksanaan kebijakannya dilakukan di wilayah kecamatan masing-masing dari instansi yang berada di atasnya. Pada saat ini kecamatan hanya mempunyai wewenang terbatas untuk menyusun kebijakan yang diterapkan di sekolah.


(45)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

e. Kebijakan Sekolah

Kebijakan-kebijakan yang disusun oleh sekolah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh instansi yang lebih tinggi untuk menangani isu dan masalah tertentu atau untuk mencapai tujuan sekolah yang bersangkutan. Kebijakan sekolah melayani kepentingan dan kebutuhan sekolah, guru, siswa, staf administrasi, orang tua, dan masyarakat setempat. Maksud utama kebijakan sekolah antara lain ialah untuk meningkatkan usaha dan kerja sama antar kepala sekolah, guru, staf administrasi, BP3, dan masyarakat setempat dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

2.6.2 Perencanaan Pendidikan

Bagi para pengelola pendidikan, kemampuan pemecahan masalah serta perencanaan pendidikan merupakan hal yang mutlak perlu dikuasai. Diperlukan pemahaman kebijakan pendidikan makro dan mikro. Kegiatan perencanaan pendidikan yang terjadi di tingkat daerah baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, maupun di tingkat sekolah ditinjau dari pandangan pusat. Perencanaan ini dimaksudkan untuk (Depdiknas Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 2000 : 22). :

a. Lebih menjamin adanya persamaan dalam mendistribusikan pelayanan pendidikan yang diatur secara nasional.


(46)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

b. Lebih menyesuaikan program pendidikan dengan kebutuhan masyaakat

daerah.

c. Untuk lebih menghemat penggunaan sumber daya yang ada.

2.7 Indikator Kualitas Pelayanan Pendidikan.

Indikator merupakan suatu konsep dan sekaligus ukuran. Sebagai suatu konsep, indikator pendidikan merupakan besaran kuantitatif mengenai suatu konsep tertentu yang dapat digunakan untuk mengukur proses dan hasil pendidikan atau dampak dari suatu instrumen kebijakan pendidikan. Indikator kualitas pelayanan pendidikan sekolah negeri diperlukan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan pembangunan pendidikan seperti Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Ketua Bappeda, Bupati, DPRD, kalangan industri, dan masyarakat. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan pendidikan sekolah negeri antara lain :

1. Angka Partisipsi Pemerintah

Kegunaannya untuk mengetahui berapa bantuan pemerintah dalam pembiayaan pendidikan. Semakin besar nilainya berarti semakin besar pula bantuan pemerintah dalam pembiayaan pendidikan.

2. Angka Partisipasi Komite Sekolah

Kegunaannya untuk mengetahui berapa Komite Sekolah di dalam pembiayaan pendidikan siswa. Makin besar nilainya berarti makin


(47)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

besar pula partisipasi Komite Sekolah dalam pembiayaan pendidikan siswa.

3. Satuan Biaya

Kegunaanya yaitu untuk mengetahui tinggi rendahnya satuan biaya di suatu daerah sehingga dapat ditentukan kebijakan baru. Makin tinggi satuan biaya berarti makin tinggi biaya pendidikan pada jenjang pendidikan dan diharapkan makin tinggi mutu pendidikan.

4. Rasio Siswa per Guru

Kegunaannya untuk mengetahui rata-rata banyaknya siwa harus dilayani guru di suatu daerah. Makin tinggi Rasio berarti makin banyak siswa yang harus dilayani oleh seorang guru atau semakin kurang jumlah guru di suatu daerah.

5. Jumlah Sekolah dan Keadaan Infrastruktur Sekolah

Kegunaannya untuk mengetahui jumlah sekolah negeri dan Keadaan fisik sekolah-sekolah negeri di suatu daerah. Adapun poin-poin yang dilihat seperti : jumlah murid, jumlah guru, jumlah sekolah, dan jumlah ruang kelas. Semakin banyak sekolah negeri serta semakin lengkap sarana pendidikan yang tersedia di suatu wilayah diharapkan makin tinggi kualitas pelayanan pendidikan.

2.8 Sumber Keuangan Sekolah 2.8.1 Dana dari Pemerintah


(48)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

Sumber keuangan sekolah yang diperoleh dari pemerintah berupa gaji guru dan kesejahteraan pegawai yang disusun dalam anggaran rutin sekolah. Selain berupa gaji guru dan kesejahteraan pegawai, dana yang diperoleh dapat juga berupa dana bantuan yang digunakan sebagai dana pendukung, bantuan ini disebut Block Grant dan Dana Bantuan Langsung.

Untuk menata kembali sistem pemerintahan maka terbentuklah otonomi daerah. Perubahan sistem pemerintahan ini telah menggeser hak dan kewenangan penyelenggaraan pendidikan. Implementasi penyelenggaraan yang berbasis kepada sekolah dan masyarakat diwujudkan melalui penerapan konsep manajemen berbasis sekolah dengan titik berat Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPBS) dan partisipasi berbasis masyarakat (community-based participated) dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Upaya peningkatan mutu pendidikan memang bukan merupakan upaya baru. Upaya ini telah ditempuh melalui berbagai model. Pada tahun 1980-an, telah diuji coba model cara pembelajaran Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Akhir-akhir ini, dilakukan pendekatan pembelajaran ”joyful learning” atau yang lebih dikenal dengan model pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan). Dari berbagai pengalaman, apapun konsep yang diterapkan di sekolah akan sangat tergantung kepada sekolah dan seluruh stakeholder pendidikan di sekolah. Itulah sebabnya maka kebijakan dan program yang sedang dan akan diluncurkan melalui upaya pemberdayaan sekolah dan masyarakat sebagai pemilik sejati pendidikan. Program ’’Bantuan Operasional untuk Manajemen Mutu


(49)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

(BOMM)’’ yang telah diluncurkan sejak tahun 1999 merupakan langkah maju untuk memberikan kepercayaan secara penuh kepada sekolah dan masyarakat dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolahnya. Program seperti ini akan diikuti dan dikembangkan melalui program-program lainnya.

Pemerintah pusat melalui Depdiknas memandang perlu mengalokasikan sejumlah anggaran untuk membantu sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta. Pemanfaatan dana dimaksud dikelola langsung oleh sekolah penerima bantuan tersebut, dana bantuan tersebut terdiri dari Block Grant, Dana Bantuan Langsung (DBL), dan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

 Block Grant

Block Grant adalah subsidi yang diberikan dalam satu kesatuan waktu dan disalurkan langsung kepada institusi/sekolah. Pemberian Block Grant dikelompokkan dalam 2 jenis sebagai berikut

1. Perluasan Dan Pemerataan Pendidikan a. Bantuan Imbal swadaya

Jenis bantuan ini mensyaratkan adanya Imbal swadaya/dana pendamping minimal sebesar 25% dari jumlah dana bantuan yang diterima dari pemerintah. Imbal swadaya tersebut sebagai bentuk kepedulian yayasan/sekolah/masyarakat/Pemda pada program perluasan daya tampung siswa. Imbal swadaya tersebut tidak harus dalam bentuk uang melainkan bisa


(50)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

dalam bentuk material, tenaga, atau fasilitas yang belum terselesaikan penyediaannya.

b. Subsidi Pendirian Unit Sekolah Baru (USB)

Dana ini diberikan oleh pemerintah pusat untuk membantu mendirikan unit gedung baru, nilai bantuan yang diberikan sangat terbatas dan masing-masing provinsi berbeda antara satu dengan yang lainnya, tergantung dari kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi yang bersangkutan sedangkan swadaya pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat sekurang-kurangnya 25% dari nilai bantuan tersebut .

2. Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan

a. Bantuan Operasional Manajemen Mut (BOMM)

Jenis Bantuan ini tidak mensyratkan adanya dana pendamping. Dana ini digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan peningkatan mutu, seperti persiapan implementasi Kurikulum dan Sistem Pengujian Berbasis Kompetensi (KSPBK) dan Pembekalan Kecakapan Hidup (life skill), peningkatan pendayagunaan perpustakaan sekolah, laboratorium dan lain-lain. b. Bantuan Program Layanan Pendidikan Berbasis Luas Melalui Pembekalan.

Jenis bantuan ini mensyaratkan adanya dana pendamping minimal sebesar 10% dari jumlah dana bantuan yang diterima dari pemerintah. Dana pendamping tersebut tidak harus dalam bentuk uang melainkan bisa dalam


(51)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

bentuk material, tenaga, atau fasilitas yang belum terselesaikan penyediaannya.

c. Bantuan Pelaksanaan Kurikulum dan Penilaian Berbasis Kompetensi

(KSPBK).

Jenis bantuan ini tidak mensyaratkan adanya dana pendamping. Dana ini dimanfaatkan untuk kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran serta pengelolaan manajemen yang efektif dalam rangka pelaksanaan KSPBK. d. Bantuan Pengembangan Teknologi Informasi (TI)

Dana ini digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan sekolah melalui pengembangan sistem informasi sekolah. Pengembangan Tekhnologi Informasi sekolah untuk membantu sistem pembelajaran dan data base administrasi sekolah.

e. Dana Operasional Sekolah (BOS)

Dana ini digunakan untuk kegiatan operasional dan pembelajaran di sekolah yang diperlukan serta diberikan secara langsung kepada sekolah-sekolah sesuai dengan jumlah murid yang ada di setiap sekolah tersebut. Dana BOS tersebut terdiri dari 2 jenis yaitu:

- Dana BOS Reguler

Yaitu dana bantuan langsung dalam bentuk uang yang diberikan kepada sekolah-sekolah negeri sesuai dengan jumlah


(52)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

siswa yang ada di sekolah tersebut untuk kepentingan operasional sekolah.

- Dana BOS Buku

Yaitu dana bantuan langsung dalam bentuk uang yang diberikan kepada sekolah-sekolah negeri sesuai dengan jumlah siswa yang ada di sekolah tersebut dalam upaya pengadaan buku pelajaran sesuai kurikulum nasional.

 Dana Bantuan Langsung (DBL)

Program Dana Bantuan Langsung (DBL) ini dimaksudkan sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah, yang 90% dananya berasal dari utang pemerintah dari Bank Dunia. Dana Bantuan Langsung digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pembelajaran siswa di dalam kelas seperti (Depdiknas Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 2002 : 28) :

a. Pelatihan guru dan tenaga kependidikan di sekolah.

b. Pengadaan buku teks, buku penunjang, buku perpustakaan. c. Alat dan media pembelajaran.

d. Pembayaran transport untuk narasumber. e. Peralatan/perlengkapan sekolah.


(53)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

f. Perbaikan ringan fasilitas sekolah yang tidak mendapat bantuan

rehabilitasi/USB.

g. Kegiatan dan layanan lain yang mendukung peningkatan lingkungan belajar dan prestasi belajar siswa.

Dana Bantuan Langsung tidak diperkenankan untuk membiayai/membeli kegiatan-kegiatan yang tidak berkaitan dengan peningkatan mutu pembelajaran di sekolah, kegiatan-kegiatan yang tidak diperkenankan itu antara lain (Depdiknas Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 2002 : 28) :

a. Membayar honorium, bonus, transport guru dan atau staf/pegawai sekolah dalam melaksanakan pekerjaan rutin.

b. Mensubsidi biaya pendidikan siswa.

c. Membangun atau memperbaiki gedung sekolah atau kelas.

d. Digunakan untuk kegiatan usaha (investasi) sekolah seperti disimpan di bank untuk dibungakan, dipinjamkan, membuat koperasi dan usaha lainnya. e. Pembayaran pajak.

2.8.2 Dana dari Non Pemerintah/Komite Sekolah

Sumber keuangan sekolah yang diperoleh dari non pemerintah seperti dari orang tua siswa, donatur swasta/yayasan/perorangan. Pihak-pihak yang memiliki kepedulian terhadap peningkatan mutu pendidikan tergabung di dalam Komite Sekolah.


(54)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

Pembentukan Komite Sekolah ditetapkan dalam Keputusan Mendiknas No.044/U/2002 yang merupakan amanat dari UU No.25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional 2000-2004. Komite Sekolah adalah badan yang bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan satuan pendidikan maupun lembaga pemerintahan lainnya. Pembentukan Komite Sekolah bertujuan yaitu (Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2003 : 11) :

a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan dan program pendidikan di satuan pendidikan.

b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.

c. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntable dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.

Untuk menjalankan peranan Komite Sekolah memiliki fungsi yaitu (Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2003 : 12) :

a. Mendorong timbulnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

b. Menampung dan menganalisis aspirasi, pandangan, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang bermutu.


(55)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

c. Memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah/DPRD dan kepada satuan pendidikan mengenai kebijakan dan program pendidikan, kriteria kinerja daerah dalam bidang pendidikan, kriteria tenaga kependidikan, khususnya guru dan kepala satuan pendidikan, kriteria fasilitas pendidikan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pendidikan.

d. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan dan menggalang dan masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

Adapun peranan Komite Sekolah adalah Komite sebagai Badan Pertimbangan (advisory Agency), Badan Pendukung (Supporting agency), Badan Pengawas (Controling Agency), dan Badan Mediator (Mediator Agency)

a. Komite Sekolah Sebagai Badan Pertimbangan (Advisory Agency)

Komite sekolah dalam fungsi perencanaan memiliki peran mengidentifikasi sumber daya pendidikan di sekolah serta memberikan masukan dan pertimbangan dalam menentukan RAPBS. Komite Sekolah sebagai badan penasehat berperan penting dalam memberikan pertimbangan dalam pelaksanaan proses pengelolaan pendidikan di sekolah-sekolah termasuk proses pembelajarannya.


(56)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

Komite sekolah berfungsi memfasilitasi kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah. Komite sekolah akan memberdayakan bantuan sarana dan prasarana yang diperlukan di sekolah melalui sumber daya yang ada di masyarakat.

c. Komite Sekolah Sebagai Badan Pengontrol (Controling Agency)

Komite Sekolah berfungsi sebagai pengontrol dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan pendidikan di sekolah termasuk kualitas kebijakan yang sudah ada. Mengontrol pelaksanaan program di sekolah disamping alokasi dan dan sumber daya bagi pelaksanaan program tersebut. d. Komite Sekolah Sebagai Badan Mediator (Mediator Agency)

Komite Sekolah menjadi penghubung sekolah dengan masyarakat atau antar sekolah dengan Dinas Pendidikan. Komite Sekolah sebagai mediator dapat secara transparan dalam memperlihatkan pelaksanaan program sekolah sehingga dapat diketahui oleh masyarakat.

2.8.3 Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) adalah model manajemen yang memberikan otonomi yang lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah ( siswa, kepala sekolah, guru, karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan


(57)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

nasional. Dengan otonomi yang lebih besar, maka sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih mandiri. MPMBS memiliki tujuan antara lain adalah (Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2001 : 4) :

a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.

b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.

c. Meningkatkan tanggung jawab sekolah terhadap orang tua siswa,

masyarakat dan pemerintah tentang mutu sekolahnya.

d. Meningkatkan kompetisi sekolah yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.

Konsep dasar MPMBS adalah otonomi sekolah dan pengambilan keputusan partisipatif untuk mencapai sasaran mutu sekolah. Otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Sedangkan pengambilan keputusan partisipatif adalah suatu cara untuk mengambil keputusan yang terbuka dan demokratis, dimana warga sekolah didorong untuk terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan. Jadi sekolah merupakan unit utama pengelolaan proses


(58)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

pendidikan, sedang unit-unit diatasnya (Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Provinsi) merupakan unit pendukung dan pelayan sekolah khususnya dalam pengelolaan peningkatan mutu.

MPMBS memiliki karakteristik yang mendasarkannya pada input, proses dan output. Adapun karakteristik MPMBS tersebut adalah (Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2001 : 12-20) :

1. Output yang diharapkan.

Output sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di sekolah. Output diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output berupa prestasi akademik dan non akademik. Output bersifat akademik seperti NEM, lomba karya ilmiah remaja, lomba matematika, cara berfikir. Sedangkan output non akademik seperti keingintahuan yang tinggi, harga diri, kejujuran, kerja sama yang baik, solidaritas, prestasi olah raga maupun kesenian.

2. Proses

Sekolah yang efektif memiliki karakteristik proses sebagai berikut : • Proses belajar mengajar yang efektifitasnya tinggi.

• Kepemimpinan sekolah yang kuat.

• Lingkungan sekolah yang aman dan tertib. • Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif. • Sekolah memiliki budaya mutu.


(59)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

Sekolah memiliki kerja sama ”team work” yang kompak, cerdas, dan dinamis.

• Sekolah memiliki kewenangan (kemandirian).

• Partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan masyarakat. • Sekolah memiliki keterbukaan (transparansi) manajemen. • Sekolah memiliki kemauan untuk berubah.

• Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan. • Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan.

• Komunikasi yang baik.

• Sekolah memiliki akuntabilitas. 3. Input Pendidikan

Sekolah yang efektif memiliki karakteristik input pendidikan sebagai berikut :

• Memiliki kebijakan, sasaran dan tujuan mutu yang jelas • Sumber daya tersedia dan siap

• Staf yang berkompeten dan berdedikasi tinggi • Memiliki harapan dan prestasi yang tinggi • Fokus pada pelanggan (khususnya siswa)


(60)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

• Input manajemen

Adapun aspek-aspek yang dapat dikelola sekolah dalam rangaka MPMBS adalah perencanaan dan evaluasi program sekolah, pengelolaan kurikulum, pengelolaan proses belajar mengajar, pengelolaan ketenagaan, pengelolaan peralatan dan perlengkapan, pengelolaan keuangan, pelayanan siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat, dan pengelolaan iklim sekolah.

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data/informasi empiris guna memecahkan persoalan dan menguji deskriptif terhadap hipotesis suatu penelitian. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan/menguraikan aspek tingkah laku, perbuatan, peristiwa di laporan penelitian. Laporan penelitian akan berisikan kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran dalam penyajian laporan tersebut.


(1)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

Depdiknas Direktoral Jenderal Pendidikan Dasar Dan menengah Direktoral

Pendidikan Menengah Umum : Pemberian Block Grant Pendidikan

Menengah Umum Tahun Anggaran 2007. Jakarta 2007.

Malarangen, A, 2001. Otonomi Daerah Perspektif Teoritis Dan praktis. Yogyakarta :

BIGRAF Publishing.

Syaukani, Afan Gaffar, Ryaas Rasyid, 2002. Otonomi Daerah Dalam Negara

Kesatuan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Tjahya Supriatna, 1996. Sistem Administrasi Pemerintah Di Daerah. Jakarta : Bumi

Aksara.

Sugiyono 1999, Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alvabeta

Todaro, Michael P, 1998. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta : Edisi

keenam Penerbit Erlangga.

..., Badan Pusat Statistik (BPS) : Tanjungbalai Dalam Angka 2008. Sumut.

..., Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah : Dana

Bantuan langung Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Sekolah/Madrasah

2002. Jakarta

..., Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah 2001. Jakarta. Buku I

Konsep dan Pelaksanaan.

..., Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat

Pendidikan Menengah Umum : Pemberian Block Grant Pendidikan Menengah

Umum Tahun Anggaran 2007, 2007. Jakarta

..., Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Pendidikan Bermutu : Kebijakan dan

Perencanaan 2000. Jakarta.


(2)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

T-TEST ANGKA PARTISIPASI PEMERINTAH

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 pemerintah00 27991518.5000 20 25868352.38278 5784339.43938

pemerintah08 204711732.950

0 20 142585362.41834 31883056.29638

Paired Samples Correlations


(3)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

Pair 1 pemerintah00 &

pemerintah08 20 .141 .555

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Lower Upper Lower

Pair 1 pemerintah 00 - pemerintah 08

-176720214.45000 141290823.16775 31593588.52000

-242846355 .18744

-110594073.71256

Paired Samples Test

T df Sig. (2-tailed) Pair 1 pemerintah 00

Pemerintah 08 -5,594 19 .000

T-Test Angka Partisipasi Komie Sekolah

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 komite00 6768635.0000 20 10117547.35731 2262352.36565


(4)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 komite00 & komite08 20 .465 .039

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Lower Upper Lower

Pair 1 komite00 -

komite08 2879635.00000 10295713.98976 2302191.63580 -1938907.47159 7698177.47159

Paired Samples Test

T Df Sig. (2-tailed) Pair 1 komite 00

komite 08 1,251 19 .226

T-Test Angka Partisipasi Satuan Biaya

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 biaya00 86401.45125 20 72892.947694 16299.358612


(5)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 biaya00

biaya08 20 .152 .522

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Lower Upper Lower

Pair 1 biaya00 -

biaya08 -286779.300750 160125.964928 35805.254254 -361720.559178 -211838.042322

Paired Samples Test

T df Sig. (2-tailed) Pair 1 biaya 00

biaya 08 - 8,009 19 .000

T-Test Angka Partisipasi Raio Siswa per Guru

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1 rasio00 23.79460 20 9.954157 2.225817


(6)

Fauzi Ridwan : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Negeri Di Kota Tanjung Balai, 2009.

USU Repository © 2009

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 rasio00

rasio08 20 .297 .204

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Lower Upper Lower

Pair 1 rasio00 - rasio08 2.795600 9.803918 2.192223 -1.792775 7.383975

Paired Samples Test

T df Sig. (2-tailed) Pair 1 rasio 00