Ketersediaan Modal Ketersediaan Tenaga Kerja

43 truk per 10.000 batu bata, dengan biaya bahan baku sebesar Rp 2.160.000 per bulan atau Rp 365.486 per 10.000 batu bata. Pemilik usaha batu bata memperoleh bahan baku dari para pemasok. Pemasok mendapatkan tanah sawah dari masyarakat sekitar yang memiliki tanah sawah. Biasanya banyak lahan sawah digali untuk membuat irigasi atau mendapatkan cukup banyak air, sehingga tanah hasil galian tersebut yang dijadikan bahan baku pembuatan batu bata. Begitu juga dengan tanah bukit, diperoleh dari pemasok. Pemasok mendapatkan tanah bukit dari masyarakat yang memiliki tanah bukit ataupun dari penjual tanah bukit. Untuk mengetahui apakah bahan baku tanah sawah dan tanah bukit tersedia atau tidak di daerah penelitian, dapat dilihat dari hasil wawancara dengan 20 pemilik usaha batu bata yang mengatakan bahwa sampai saat ini belum pernah mengalami kekurangan bahan baku dalam pengusahaannya. Dari uraian sebelumnya, dapat dikatakan bahwa bahan baku untuk pembuatan batu bata selalu tersedia bagi pengarjin.

5.2.2 Ketersediaan Modal

Modal merupakan hal yang sangat penting untuk keberlangsungannya suatu usaha, karena dalam proses pengolahan dibutuhkan dana awal untuk bahan baku dan biaya operasional untuk menghasilkan suatu produk. Untuk itu tersedia atau tidaknya modal dalam suatu usaha penting untuk diketahui agar dapat menentukan langkah apa yang akan diambil selanjutnya. Dari 20 pengrajin yang diteliti, semuanya menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usaha pembuatan batu bata Lampiran 1. Selanjutnya Untuk Universitas Sumatera Utara 44 melanjutkan usahanya, para pengrajin batu bata memperoleh modal dari hasil penjualan batu bata. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa modal untuk usaha pembuatan batu bata tersedia di daerah penelitian.

5.2.3 Ketersediaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam usaha pembuatan batu bata adalah warga daerah penelitian yang belum mendapatkan pekerjaan, biasanya pemuda-pemuda setempat yang masih mencari pekerjaan tetap. Namun ada juga orang yang memang bekerja tetap sebagai pembakar batu bata karena merasa sudah cukup untuk membiayai kehidupannya. Untuk mengetahui kebutuhan tenaga kerja dalam usaha pembuatan batu bata di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja dan Upah Tenaga Kerja Usaha Pembuatan Batu Bata di daerah Penelitian No. Uraian Rata-Rata Jiwa Range Jiwa Upah Rpbatu 1 Pencampuran dan Pencetakan 5,5 4-8 40 2 Penjemuran 2,85 1-5 10 3 Penyusunan di Dapur 3,05 0-5 11 4 Pembakaran 1 0-1 13 Sumber: Data Primer Diolah Dari Lampiran 5, 2015 Dari Tabel 14 dapat dilihat rata-rata penggunaan tenaga kerja pada usaha pembuatan batu bata dan upah masing-masing kegiatan. Proses pencampuran dan pencetakan dibutuhkan rata-rata 5,5 orang dengan upah Rp 40batu. Proses penjemuran dibutuhkan rata-rata 2,85 orang dengan upah Rp 10batu. Penyusunan di dapur dibutuhkan rata-rata 3,05 orang dengan upah Rp 11batu. Untuk proses pembakaran rata-rata hanya dibutuhkan 1 orang saja dengan upah Rp 13batu. Untuk setiap proses pembuatannya hanya dibutuhkan tenaga kerja pria saja, baik Universitas Sumatera Utara 45 tenaga kerja dalam keluarga TKDK ataupun tenaga kerja luar keluarga TKLK berdasarkan hasil wawancara, selama ini pengrajin batu bata belum pernah mengalami kekurangan tenaga kerja. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tenaga kerja usaha pembuatan batu bata tersedia di daerah penelitian.

5.3 Analisis Pendapatan Usaha Pembuatan Batu Bata