Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Tinjauan Pustaka

5 pembakaran tandan kosong tersebut dapat menghasilkan abu yang berguna sebagai pupuk kalium, ada pengumpul yang mengumpulkan abu hasil pembakaran tandan kosong tersebut dari setiap pengusaha batu bata di daerah penelitian yang kemudian akan dijual ke Pekanbaru, Kalimantan, dan daerah lainnya. Abu tersebut akan diolah untuk menjadi pupuk kalium oleh mereka. Melihat prospek tersebut, pengusaha batu bata pun turut menjual abu tandan kosong kelapa sawit tersebut walaupun dengan harga yang murah, sehingga penerimaan yang didapat oleh pengusaha batu bata bukan hanya dari pembuatan batu bata saja tetapi juga penerimaan dari penjualan abu tandan kosong kelapa sawit. Oleh karena itu, saya tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha pembuatan batu bata dengan tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan bakar untuk melihat apakah usaha ini layak atau tidak layak dilakukan secara ekonomis.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana ketersediaan input bahan baku, modal, tenaga kerja pada usaha pembuatan batu bata dengan tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan bakar di daerah penelitian? 2. Berapa pendapatan usaha pembuatan batu bata dengan tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan bakar di daerah penelitian? 3. Bagaimana tingkat kelayakan usaha pembuatan batu bata dengan tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan bakar di daerah penelitian? Universitas Sumatera Utara 6 4. Apa dampak pemakaian tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan bakar untuk usaha pembuatan batu bata di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui ketersediaan input bahan baku, modal, tenaga kerja pada usaha pembuatan batu bata dengan tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan bakar di daerah penelitian. 2. Mengetahui besar pendapatan usaha pembuatan batu bata dengan tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan bakar di daerah penelitian. 3. Mengetahui tingkat kelayakan usaha pembuatan batu bata dengan tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan bakar di daerah penelitian. 4. Mengetahui dampak pemakaian tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan bakar untuk usaha pembuatan batu bata di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang mengembangkan usaha abu tandan kosong kelapa sawit untuk pengembangan usaha ke depan. 3. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi penelitian lainnya yangberhubungan dengan penelitian ini. Universitas Sumatera Utara 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Sebagian besar para petani yang tinggal di daerah pedesaan nyatanya tidak hanya melaukan pekerjaan dibidang pertanian, tetapi juga dibidang lain seperti usaha dagang, kerajinan tangan, dan industri. Perilaku tersebut timbul karena dorongan keadaan ekonomi yang kurang memuaskan sehingga mendesak anggota keluarga untuk melakukan pekerjaan lain dalam rumah tangga yang dapat menambah penghasilan keluarga atau bekerja diluar rumah yang membutuhkan tenaga mereka dengan bayaran yang telah disetujui Sajogyo, 1996. Keadaan ekonomi yang kurang memuaskan membuat masyarakat mengembangkan usaha industri kecil sebagai tambahan ekonomi bagi keluarga. Adapun faktor utama yang mempengaruhi peranan industri kecil di Indonesia adalah antara kecilnya modal, produktivitas tenaga kerja rendah, kemampuan memimpin perusahaan kurang dan sebagainya. Peranan industri kecil dalam pertumbuhan ekonomi negara berkembang adalah besar sekali. Di Indonesia peranan industri kecil masih rendah dalam kemampuannya menyerap tenaga kerja Syahruddin, 1998. Industri adalah kegiatan untuk memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan. Penggolongan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, dapat dibagi sebagai berikut: 1. Industri rumah tangga adalah yang menggunakan tenaga kerja kurang dari 4 orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja Universitas Sumatera Utara 8 berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengolah industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempetahu, dan industri makanan ringan. 2. Industri kecil adalah industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar lima sampai 19 orang. Ciri industri kecil adalah memiliki midal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batu bata, dan industri pengolahan rotan. 3. Industri sedang adalah industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja 13 orang memiliki keterampilan tertentu dan pemimpin perusahaan memiliki kemampuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri border, dan industri keramik. 4. Industri besar adalah industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan fit and proper test. Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang Siahaan, 1996. Industri kecil adalah industri yang tenaga kerjanya berjumlah 5 sampai 19 orang. Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Industri batu bata termasuk golongan industri kecil, yang dimaksud dengan industri batu bata adalah industri yang mengolah bahan baku tanah liat dan bahan pembantu berupa air dan Universitas Sumatera Utara 9 pasir serta serbuk gergaji melalui proses pencampuran, perbentukan bahan, pengeringan dan pembakaran. Industri batu bata mengolah sumber daya alam, dimana lokasinya berada dekat sumber bahan baku. Batu bata atau bata merah dibuat dengan bahan dasar lempung atau secara umum dikatakan sebagai tanah liat yang merupakan hasil pelapukan dari batuan keras beku dan batuan sedimen Suwardono, 2002. Tanah liat terdiri dalam beberapa jenis berdasarkan tempat dan jarak pengankutannya dari daerah asalnya, yaitu sebagai berikut: 1. Tanah liat residual yaitu tanah liat yang terdapat pada tempat dimana tanah liat tersebut belum berpindah tempat sejak terbentuk. 2. Tanah illuvial yaitu tanah liat yang telah terangkat dan mengendap pada satu tempat tidak jauh dari asalnya, misalnya kaki bukit. 3. Tanah liat alluvial atau limpa sungai yaitu tanah liat yang diendapkan oleh air sungai. 4. Tanah liat formasi adalah tanah liat yang terjadi dari endapan yang berada dilaut. 5. Tanah liar rawa adalah tanah liat yang diendapkan di rawa-rawa dan berwarna hitam. 6. Tanah liat danau adalah tanah liat yang diendapkan di danau air tawar Murray, 2011. Di Indonesia pembuatan batu bata pada umumnya menggunakan tanah liat alluvial. Padahal sebagian besar sawah-sawah di Indonesia terdapat endapan alluvial, sehingga kesuburan sawah-sawah pada tempat pembuatan batu bata sangat rendah. Universitas Sumatera Utara 10 Ini berarti pembuatan batu bata atau barang lain yang terbuat dari tanah liat akan merugikan pertanian, karena pada umumnya para pengusaha industry batu bata dalam mencari dan menggunakan bahan baku tidak atau kurang memperhatikan kerugian yang timbul sebagai akibat cara pengambilan bahan baku yang tidak teratur. Misalnya kerugian bagi usaha pertanian apabila dalam pengambilan tanah liat tersebut terambil pula lapisan tanah yang mengandung zat-zat penyubur tanaman Murray, 2011. Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah utama berligniselulosa yang belum termanfaatkan secara optimal dari industri pengolahan kelapa sawit. Basis satu ton tandan buah segar akan dihasilkan minyak sawit kasar sebanyak 0,21 ton 21, minyak inti sawit sebanyak 0,05 ton 0,5, dan sisanya merupakan limbah dalam bentuk tandan kosong, serat, dan cangkang biji yang masing-masing sebanyak 0,23 ton 23, 0,135 ton 13,5, dan 0,055 ton 5,5. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Persentase Produk dan Limbah Padat Kelapa Sawit Setiap 1 Satu Ton Tandan Buah segar TBS Produk TBS Kelapa Sawit Jumlah Ton Persentase Minyak sawit kasar 0,21 21 Minyak inti sawit 0,05 0,5 Tandan kosong 0,23 23 Serat 0,135 13,5 Cangkang biji 0.055 5,5 Sumber: Darnoko, 1992 Padahal tandan kosong kelapa sawit berpotensi untuk dikembangkan menjadi barang yang lebih berguna, salah satunya menjadi bahan baku bioetanol. Hal ini karena tandan kosong kelapa sawit banyak mengandung selulosa yang dapat dihirolisis menjadi glukosa kemudian difermentasi menjadi bioetanol. Kandungan Universitas Sumatera Utara 11 selulosa yang cukup tinggi yaitu sebesar 45 menjadikan kelapa sawit sebagai prioritas untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol Aryafatta, 2008. Abu janjang merupakan produk akhir pembakaran Tandan Kosong pada incinerator pabrik kelapa sawit. Abu janjang bersifat sangat alkalis pH=12, sangat higroskopis mudah menyerap uap air dari udara, menyebabkan iritasi tangan karyawan menyebabkan gatal dan memperparah luka, dan mengandung hara yang sangat mudah larut dalam air. Berdasarkan analisis sampel, secara umum abu janjang mengandung sedikitnya 40 K 2 O serta unsur hara makro dan mikro lainnya. Untuk lebih jelasnya, unsur hara yang terkandung dalam abu janjang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Persentase Unsur Hara Yang Terkandung Dalam Abu Tandan Kosong Kelapa Sawit No. Jenis Unsur Hara Persentase 1. K 2 O 35-47 2. P 2 O 5 2,3-3,5 3. MgO 4-6 4. CaO 4-6 Sumber: Pahan, 2010 Aplikasi abu janjang memiliki keuntungan karena mengandung Kalium K yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk mensubtitusi biaya pupuk MOP. Selain sifatnya yang sangat alkalis pH=12, aplikasi abu janjang dapat memperbaiki pH tanah asam, mengaktifkan pertumbuhan akar, serta meningkatkan ketersediaan hara tanah dan aktivitas mikroorganisme tanah. Atas pertimbangan tersebut, abu janjang sama dengan janjangan kosong dan decanter solid dilihat sebagai produk bernilai tinggi dan dianggap penting untuk membantu dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi TBS tanaman kelapa sawit. Universitas Sumatera Utara 12 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Aspek-Aspek Studi Kelayakan