Kerang Darah Anadara granosa Kerangka Konsep Penelitian Hipotesis Penelitian

kemudian benih spat tersebut menempel pada substrat dan akan menjadi kerang hijau dewasa Induk setelah 5 - 6 bulan kemudian. Habitat kerang hijau belum diketahui secara merata di perairan Indonesia, namun dapat dicatat karakteristik perairan yang sesuai bagi budidaya kerang hijau antara lain suhu perairan berkisar antara 27 o C – 37 o C, pH air antara 3 – 4 , arus air dan angin tidak terlalu kuat dan umumnya pada kedalaman air antara 10 m-20 m. Laju pertumbuhan kerang hijau berkisar 0,7-1,0 cm bulan. Ukuran konsumsi yang panjangnya sekitar 6 cm dicapai dalam waktu 6-7 bulan. Klasifikasi kerang hijau adalah sebagai berikut Rukmana, 2004: Kingdom : Animalia Phylum : Mollusca Class : Bivalvia Ordo : Filibranchia Family : Mytilidae Genus : Mytilus Spesies : Mytilus viridis

b. Kerang Darah Anadara granosa

Cangkang kerang darah memiliki belahan yang sama melekat satu sama lain pada batas cangkang. Rusuk pada kedua belahan cangkangnya sangat menonjol. Cangkang berukuran sedikit lebih panjang dibanding tingginya tonjolan umbone. Setiap belahan Cangkang memiliki 19-23 rusuk Sudrajat, 2008. Dibanding kerang hijau, laju pertumbuhan kerang darah relatif lebih lambat. Laju pertumbuhan 0,098 mmhari. Untuk tumbuh sepanjang 4-5 mm, kerang darah Universitas Sumatera Utara memerlukan waktu sekitar 6 bulan. Presentase daging terbesar dimiliki oleh A. granola, yaitu sebesar 24,3. Kerang darah memijah sepanjang tahun dengan puncaknya terjadi pada bulan AgustusSeptember. Hewan ini termasuk hewan berumah dua diocis. Kematangan gonad terjadi pada saat kerang darah mencapai ukuran panjang 18-20 mm dan berumur kurang dari satu tahun. Adapun pemijahan mulai terjadi pada ukuran 20 mm. Kerang ini hidup dalam cekungan-cekungan di dasar perairan di wilayah pantai pasir berlumpur. Jenis kekerangan ini menghendaki kadar garam antara 13-28 gkg, kecerahan 0,5-2,5 m, dan pH 7,5-8,4. Klasifikasi kerang darah adalah sebagai berikut Ramadhan, 2008: Kingdom : Animalia Phylum : Mollusca Class : Bivalvia Ordo : Arcioda Family : Arcidae Genus : Anadara Spesies : Anadara granosa

c. Kerang Bulu Anadara antiquata

Kerang darah Anadara granosa dan kerang Bulu Anadara antiquata adalah family arcidae dan genus Anadara. Secara umum kedua kerang ini memiliki ciri morfologi yang hampir sama. Cangkang memiliki belahan yang sama melekat satu sama lain pada batas cangkang. Perbedaan dari kedua kerang ini adalah morfologi cangkangnya. Kerang bulu Anadara antiquata memiliki cangkang yang ditutupi Universitas Sumatera Utara oleh rambut-rambut serta cangkang tersebut lebih tipis daripada kerang darah Anadara granosa. Kerang darah memiliki cangkang yang lebih tebal, lebih kasar, lebih bulat, dan bergerigi dibagian puncaknya serta tidak ditumbuhi oleh rambut- rambut. Kerang bulu pada umumnya hidup di perairan berlumpur dengan tingkat kekeruhan tinggi. Klasifikasi kerang bulu adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Mollusca Class : Bivalvia Ordo : Arcioda Family : Arcidae Genus : Anadara Spesies : Anadara antiquata

2.5.3. Kadmium Cd Pada Jenis Kerang

Hewan air jenis kerang-kerangan Bivalvia atau jenis binatang lunak Mollusca, baik jenis Clam kerang besar atau Oister kerang kecil, pergerakannya sangat lambat di dalam air. Mereka biasanya hidup menetap di suatu lokasi tertentu di dasar air. Hal inilah yang mengakibatkan kerang mampu mengakumulasi logam lebih besar daripada hewan air lainnya. Pada penelitian Sari 2005, hasil pemeriksaan terhadap 20 sampel kerang bulu menunjukkan bahwa kerang bulu yang dijual di daerah Pantai Kenjeran Surabaya telah tercemar oleh logam berat kadmium. Kandungan kadmium dalam 20 sampel daging kerang bulu berkisar antara 1,61-3,97 ppm. Universitas Sumatera Utara Penelitian yang pernah dilakukan pada kerang darah yang berasal dari perairan belawan diperoleh kadar logam Cd pada kerang darah 0,2461 ± 0,0597 mgKg. Kadar tersebut sudah melewati batas maksimum yang diizinkan Ditjen POM Juliana, 2010. Selain itu, hasil pemeriksaan terhadap kerang hijau, kerang bulu dan kerang batu dari daerah belawan juga menunjukkan kerang-kerang tersebut telah tercemar logam kadmium. Pada kerang hijau diperoleh kadar kadmium sebesar ±0,2525 ppm, pada kerang bulu sebesar ±0,3570 ppm dan pada kerang batu sebesar ±0,2286 ppm. Artinya kadar kadmium pada ketiga jenis kerang tersebut telah melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia yaitu 0,2 ppm Alfian, 2005. Jenis kerang banyak digunakan sebagai indikator pencemaran logam. Hal ini disebabkan karena kerang dapat mengakumulasi logam lebih besar daripada hewan air lainnya karena habitat hidupnya yang menetap, lambat untuk menghindarkan diri dari pengaruh polusi dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap logam tertentu. Kerang banyak dikonsumsi oleh manusia maka sifat bioakumulatif inilah yang menyebabkan kerang harus diwaspadai bila dikonsumsi terus menerus Darmono, 2001.

2.6. Penurunan Kadar Logam Berat

Upaya menurunkan kadar logam berat pada makanan banyak dilakukan dengan penambahan sekuestran. Sekuestran pada penelitian ini adalah buah belimbing wuluh Averrhoa bilimbi yang secara tradisional telah digunakan oleh masyarakat sebagai bahan tambahan makanan dan obat-obatan. Universitas Sumatera Utara Menurut Tranggono 1990, sekuestran dapat mengikat logam dalam bentuk ikatan kompleks sehingga dapat mengalahkan sifat dan pengaruh jelek logam tersebut dalam bahan makanan. Ion-ion logam dapat terlepas dari ikatan kompleksnya karena hidrolisis maupun degredasi. Molekul atau ion dengan pasangan elektron bebas dapat mengkompleks ion logam. Oleh karena itulah senyawa-senyawa yang mempunyai dua atau lebih gugus fungsional seperti –OH, -SH, -COOH, -PO 3 OH 2 -C=O, -NR 2 , -S- dan – O- dapat mengkelat logam dalam lingkungan yang sesuai. Menurut Armando 2009, proses pengikatan logam merupakan proses keseimbangan pembentukan ion kompleks logam dengan sekuestran senyawa pengkelat. Artinya proses ini dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa yang ada. Secara umum keseimbangan ini dapat ditulis sebagai berikut: L + S LS Keterangan: L = ion logam S = sekuestran ligan LS = kompleks logam-sekuestran

2.6.1. Karakteristik Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi

Belimbing wuluh, belimbing sayur atau belimbing asam Averrhoa bilimbi memiliki pohon kecil, tinggi mencapai 10 m dengan batang yang tidak begitu besar dan mempunyai garis tengah hanya sekitar 30 cm. Pohon ini menghendaki tempat tumbuh tidak ternaungi dan cukup lembab Anonimus, 2009. Universitas Sumatera Utara Belimbing wuluh mempunyai batang kasar berbenjol-benjol, percabangan sedikit, arahnya condong ke atas. Daunnya majemuk, berselang-seling, panjang 30-60 cm dan berkelompok di ujung cabang warnanya hijau, permukaan bawah hijau muda. Perbungaan berupa malai, berkelompok, keluar dari batang atau percabangan yang besar dengan tangkai bunga berambut, bunga kecil-kecil berbentuk bintang warnanya ungu kemerahan. Buahnya buah buni, bentuknya bulat lonjong bersegi, panjang 4-6,5 cm. Warna buah ketika muda hijau jika buah masak berwarna kuning atau kuning pucat. Kulit buah berkilap dan tipis. Bijinya kecil 6mm, berbentuk pipih, dan berwarna coklat, serta tertutup lendir. Perbanyakan dengan biji dan cangkok. Klasifikasi ilmiah belimbing wuluh dalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Oxalidales Familia : Oxalidaceae Genus : Averrhoa Spesies : A. bilimbi

2.6.2. Kandungan Buah Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi

Buah Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi mengandung senyawa kimia antara asam format, asam sitrat, asam askorbat Vitamin C, saponin, tanin, glukosid, flavonoid, dan beberapa mineral terutama kalsium dan kalium dalam bentuk kalium sitrat dan kalsium oksalat Mursito, 2002. Universitas Sumatera Utara Rasa asam yang teramat sangat pada belimbing sayur karena mengandung kadar vitamin C cukup tinggi. Kandungan vitamin C yaitu 25,8 mg 100 gram sehingga mampu membantu mengeringkan luka sariawan Buah ini juga mengandung kalium yang mampu melancarkan keluarnya air seni sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu, adanya kandungan asam sitrat pada belimbing wuluh memiliki manfaat yang besar. Menurut Tranggono 1990, asam sitrat dapat digunakan dalam pengawetan bahan pangan, sebagai antioksidan yang mencegah ketengikan dan mempertahankan warna dan aroma. Asam sitrat juga dapat berfungsi sebagai sekuestran yaitu senyawa kimia pengikat logam dalam bentuk ikatan kompleks. Sifat tersebut dapat mengalahkan sifat dan pengaruh jelek logam dalam bahan pangan. Dengan demikian senyawa ini dapat membantu mengurangi kadar logam berat seperti kadmium pada kerang.

2.6.3. Kegunaan Buah Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi

Rasa buah belimbing wuluh yang asam dan sejuk banyak digunakan sebagai penyedap pada masakan sayur asam, pindang ikan dan manisan. Dapat juga dipakai untuk membersihkan noda kain, pengilap peralatan yang terbuat dari kuningan dan tembaga serta sebagai obat tradisional Purwaningsih, 2007. Obat tradisional dari belimbing wuluh dapat menghilangkan sakit analgetik, memperbanyak pengeluaran empedu, anti radang, peluruh kencing, astringent, penghilang jerawat, sariawan dan batuk. Selain itu juga banyak digunakan sebagai obat pada gusi berdarah, sakit gigi berlubang, panu, tekanan darah tinggi, kelumpuhan, memperbaiki fungsi pencernaan dan radang rectum. Universitas Sumatera Utara

2.7. Kerangka Konsep Penelitian

2.8. Hipotesis Penelitian

Ho: Tidak ada pengaruh pemberian belimbing wuluh Averrhoa bilimbi terhadap kadar kadmium Cd pada kerang Bivalvia. Ha: Ada pengaruh pemberian belimbing wuluh Averrhoa bilimbi terhadap kadar kadmium Cd pada kerang Bivalvia. Kadar Cd pada: a. Kerang hijau Mytilus viridis b. Kerang darah Anadara granosa c. Kerang bulu Anadara antiquata Pemberian Belimbing Wuluh Averhoa bilimbi pada kerang dengan: a. Konsentrasi 0 Kontrol b. konsentrasi 5, 15 dan 25 selama 30 menit c. konsentrasi 5, 15 dan 25 selama 60 menit Kadar Cd pada Kerang hijau, Kerang darah dan kerang bulu setelah pemberian Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi Ada Pengaruh Tidak ada Pengaruh Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimen murni True Experimental. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan acak lengkap RAL dengan pola faktorial 3x2, dimana perlakuan konsentrasi Belimbing wuluh Averhhoa bilimbi dilambangkan dengan N sebagai faktor pertama terdiri atas 3 taraf yaitu N1 5, N2 15 dan N3 25. Perlakuan waktu T sebagai faktor kedua terdiri atas 2 taraf yaitu T1 30 menit dan T2 60 menit dan dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan dilakukan untuk setiap jenis sampel kerang kerang hijau, kerang darah dan kerang bulu. Rancangan acak lengkap dengan pola faktorial dapat digambarkan pada tabel sebagai berikut: Tabel 3.1 Rancangan Perlakuan pemberian belimbing wuluh pada kerang Konsentrasi N Pre Test Waktu Perlakuan T 30 menit T1 60 menit T2 0 KontrolN0 X N0T1 N0T2 5 N1 N1T1 N1T2 15 N2 N2T1 N2T2 25 N3 N3T1 N3T2 Keterangan: X = Kadar kadmium pada awal percobaan N0T1 = Perlakuan dengan pemberian 0 kontrol belimbing wuluh selama 30 menit N1T1 = Perlakuan dengan pemberian 5 belimbing wuluh selama 30 menit Universitas Sumatera Utara